Chapter. 7

6.2K 262 1
                                    

Siapa yang cinta Stev?
Yang cinta Tom?
Tinggalkan vote dan komen, terima kasih.

01.00 am. Spanyol.

Stev terbangun dari tidurnya setelah menghabiskan sebelas jam di dalam pesawat. Dia menyalakan ponselnya ternyata sudah jam satu pagi. Stev bangun dan setengah duduk untuk mengumpulkan nyawanya. Stev belum mengabari Jenice kalau dia sudah sampai di Spanyol.

Dia turun dari ranjang menuju wastafel yang berada di dalam kamar mandinya. Bersyukur karena kamar mandinya berada di dalam kamarnya ini. Sekelebat ingatannya tentang Jenice yang dianiaya malam itu kembali berputar di dalam otaknya. Stev mematikan kran air dengan kasar dan langsung keluar dari sana.

"Sial! Kau masih saja membuatku khawatir, J."

Stev menyambar ponselnya mencari kontak Jenice. Dia sengaja memberi nama Baby, J di kontaknya, tidak ada yang tahu kecuali dirinya sendiri.

Sudah tiga kali Stev menelponya dan ketiganya tidak ada yang dijawab wanita itu. Stev sempat panik sendirian sampai akhirnya dia duduk di pinggir ranjang menenangkan diri. Dia mulai mencari perbedaan waktu antara Korea-Spanyol di internet. Kalau disini pukul satu pagi berarti di Korea pukul delapan pagi. Artinya wanita itu sedang bekerja di coffee shop itu.

Stev menghela napas leganya. "Syukurlah."

Setibanya di bandara Spanyol, Stev dan Tom berpisah di tempat itu. Tom memiliki tempatnya sendiri begitupun Stev.

"Aku menyukai Jenice," ujar Tom saat itu.

"Apa maksudmu?" Tanya Stev setengah mendelik.

"Aku suka karena dia agak berbeda menurutku. Dia, eum, tidak menggoda kita, kan?"

Stev baru memikirkan ucapan rekannya itu sekarang. Benar, Jenice sama sekali tidak ada tanda-tanda menggoda mereka. Jenice bisa saja melakukannya kalau dia mau.

Astaga, aku merindukannya. Ungkap Stev di dalam hati. Ini masih pukul satu pagi, Stev masih tidak mengerti dengan Jenice. Wanita itu sudah membuat semuanya berbeda. Tanpa pikir panjang, Stev melucuti semua pakaian yang menempel di tubuhnya kecuali celana pendek di dalamnya. Pria itu nyaris telanjang, Stev kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Pukul satu pagi dan pria itu mandi, apa dia gila?

***
"Jenice," panggil Carlote sedikit menyentak. "Eh, maafkan aku membuat kaget."

"Aku yang meminta maaf. Aku tidak mendengarmu, C."

Carlote membawa piring dan gelas kotor ke dalam tempat pencucian piring. Jenice membantu rekan kerja, sahabat, entahlah apapun sebutan yang pas untuk mereka berdua.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya wanita itu. Dia lebih tua dua tahun dari Jenice. Carlote adalah wanita dewasa dengan satu anak. Tidak bisa disebut janda karena dia belum pernah menikah tetapi tidak bisa dsebut gadis juga karena dia sudah memiliki seorang anak.

"Aku,"

"Apa pria kemarin penyebabnya?"

Jenice membeku di tempatnya. Lidahnya mendadak kaku untuk berbicara, sorot matanya terus membalas tatapan Carlote yang seperti mengintimidasinya.

"Tidak perlu kau jawab, aku sudah tau."

Jenice memilih menghembuskan napasnya. "Aku akan menceritakannya setelah jam bekerja kita berakhir."

Jenice sedang membereskam bagian dapur. Jam kerjanya telah selesai, membuat dirinya gelisah sedari tadi. Dia terus memikirkan dari mana dia harus mulai bercerita. Jenice sempat berbohong saat pertama kali Carlote bertanya apakah dirinya mengenal pria itu.

Baby, J (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang