Chapter. 1

23.1K 525 3
                                    

Enjoyyyyyyyy

Tinggalkan vote dan komentar, terima kasih.

Sembari nunggu PO Angel, mari baca kisah adiknya.

"Sempurna." Kedua matanya berbinar-binar, akhirnya pekerjaannya selesai. Stev menghela napas lelahnya karena selalu menyelesaikan pekerjaannya pukul empat pagi.

Stev beranjak dari kursi dan monitornya melewati tangga kemudian memasuki dapur mininya. Stev yang hidupnya tidak pernah menetap, jadi dia memutuskan untuk menyewa apartemen yang tidak terlalu mewah. Pria itu membuka pintu kulkas mencoba menebak apakah dia pernah mengisi tempat ini dengan makanan siap santap.

Pria itu terkekeh sendiri menyadari kebodohannya. "Aku tau aku tidak pernah mengisi benda ini."

Stev kembali menutup pintu kulkas yang semula terbuka. Ini pukul empat pagi tapi bukan berarti dia tidak bisa mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan. Banyak restoran yang memang memiliki pelayanan dua puluh empat jam nonstop. Jadi, Stev mulai memesan beberapa makanan melalui telepon.

Sembari menunggu, dia kembali duduk di depan monitor tempat dia mengedit hasil potretnya. Senyum pria itu mengembang menyadari bakatnya yang semakin hari semakin baik. Namanya sudah terkenal, bayarannya setara dengan harga super car yang begitu fantastis, tampan, tinggi, bibirnya begitu sensual ditambah rambutnya yang agak kecokelatan. Pria itu baru saja mengecatnya.

Ting!

"Ya Tuhan, akhirnya. Aku akan menyantap kalian semua." Stev berlari ke arah pintu mengambil pesanan makanannya. Ekspresi pria itu begitu girang karena sebentar lagi perutnya akan penuh di isi makanan-makanan lezat ini.

Stev selesai dan baru menyadari kalau dia sudah bersantai selama lima belas menit. Dia harus cepat bersiap, pagi ini dia harus memotret masakan terbaru di salah satu restoran Korea yang akan di pasarkan ke publik.

Pria keturunan Spanyol itu memang sedang berada di negara Korea Selatan, negara yang saat ini menjadi pusat perhatian dari berbagai negara. Kebudayaannya yang masih begitu melekat, kuliner, trend fashion, dan masih banyak lagi hal-hal yang menjadi pusat perhatiannya. Stev mendapat kesempatan disini selama kurang lebih dua minggu.

"Halo, Tom. Jam berapa kau tiba disini?"

"....."

"Aku ingin mandi. Kalau kau lapar, aku menyisakan tteokbokki untukmu di depan TV semoga saja tidak dimakan kucing."

Stev menahan tawanya karena Tom mengumpati dirinya di seberang telpon.

"Kupikir aku akan mulai memikirkan untuk melanjutkan pertemanan ini atau tidak."

"Jangan seperti itu. Kalau kau memilih tidak lagi berteman denganku sama saja kau siap menjadi gelandangan." Stev tidak bisa lagi menahan tawanya yang begitu keras. Dia senang membuat Tom kesal kemudian mengumpat seperti ini.

"Sudahlah aku ingin mandi. Dan, mari berharap semoga saja makanan sisamu tidak dimakan kucing seperti sebelumnya."

Demi Tuhan, pria ini benar-benar bisa membuat orang lain kesal dalam hitubgan detik. Setelah memutuskan sambungan telpon, Stev bergegas mandi dan bersiap-siap. Stev tidak bohong tentang makanan sisa tadi, itu memang ada.

"Sudah datang ternyata." Gumam Stev sambil berjalan ke arah Tom yang masih menikmati makanannya. Bibirnya tersenyum sumringah.

"Sial! Makanan sisa itu memang ada." Cibir Tom.

"Kau pikir aku berbohong."

"Tapi, terima kasih. Kau menyelamatkan jiwa kemiskinanku."

Tom sudah kenyang. Dia tidak makan makanan sisa itu, Stev sengaja meninggalkan beberapa makanan untuk rekan kerjanya itu. Tom tidak selalu bepergian bersama Stev. Hanya terkadang saja mereka diminta melakukan pekerjaan ini bersama-sama .Pekerjaan mereka selalu memuaskan―bukan berarti pekerjaan yang dilakukan pribadi oleh Stev tidak memuaskan.

Baby, J (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang