Akhirnya (Saquel Bukan Benci)

557 44 4
                                    

Pagi ini terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Kun tersenyum tipis sembari membenarkan tuxedo putih yang ia kenakan. Sedikit tak sabar melihat betapa cantiknya Haechan mengenakan tuxedo yang sewarna dengannya.

"Pasti menggemaskan," gumamnya.

Kun menatap dirinya di cermin. Tidak menyangka ini akan terjadi begitu cepat. Jantungnya berdegup kencang hingga lelehan airmata terjatuh dari matanya.

"Gege ayo!. Semua sudah siap!."

"Aku datang!."

Kun berlari kecil mendekati Winwin. Berjalan dengan tegas ketika mulai memasuki altar bersama Winwin. Bagi Kun semua ini terasa seperti mimpi. Dengan tatapan penuh harap ia lihat gerbang altar didepannya. Menanam nama Lee Haechan dalam hatinya.

Krieett

Perlahan. Gerbang itu terbuka. Menampakan seorang pria muda yang manis dengan rambut abu - abu berjalan beriringan bersama pemuda kurus tinggi bersurai cokelat. Kun tersenyum lalu mendekati mereka berdua. Menatap wajah malu - malu yang sangat menggemaskan itu.

"Lee Haechan,kamu cantik hari ini," bisik Kun saat jemari mungil itu bertengger manis pada jemarinya.

"Doakan aku tidak lupa dengan janji pernikahan ku!," pinta Haechan dengan pipinya yang merona dan gigi putihnya yang manis.

Kun mengangguk, "Aku akan melakukan yang terbaik,kau juga lakukan yang terbaik ya anak nakal!."

Haechan hanya mencebik kecil dan mengikuti langkah Kun menaiki altar. Hari ini. Hari yang sangat ia nantikan seumur hidupnya. Berdoa dalam hati semoga tuhan memberkati pernikahannya agar tidak terputus ditengah jalan.

"Siap?," tanya Kun.

Dengan mantap Haechan menjawab, "Siap!."

"Tuhan memberkati."

Kun tersenyum tampan pada Winwin. Mengkode pria gugup yang akan menikah hari ini bersama sang pujaan hati. Dengan tangan sedikit gemetar Winwin meraih jemari Haechan sembari menatap mata Haechan yang penuh keyakinan.

Kun berbalik. Bersiap duduk ditempat duduknya. Beberapa liquid bening tak mampu ia cegah. Ada sedikit rasa kecewa yang terselubung diantara kebahagiaannya yang melambung. Melihat seseorang yang ia anggap adik akan menikah dengan cinta pertamanya.

“Lee Haechan,aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Ini adalah janji suci ku yang tulus."

Winwin sudah dewasa. Ia akan menjadi kepala keluarga. Pemuda itu tidak akan menjadi maniak menari lagi dan menangis keras bila kakinya sakit.

“Dong Sicheng,aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Ini ada janji suci ku yang tulus."

Dan Haechan sudah bukanlah bocah manis yang kekanakan. Ia sudah lulus sebagai sarjana sastra tahun lalu. Sekarang ia akan menjadi calon ibu bagi keluarga kecilnya dan Winwin.

"Kak,cinta tak bisa dimiliki dengan kelemahan hati. Ia hanya bisa dimiliki dengan tekad kuat untuk memiliki."

Renjun mengelus punggung kakaknya. Setelah bertahun - tahun menjadi saksi bisu dari kediaman hati Kun yang penuh ketakutan Renjun tahu satu hal. Bahwa pernikahan hari ini adalah hari pembelajaran paling menyakitkan bagi kakaknya.

"Aku.....akan bahagia,demi dia."

Renjun menatap netra Kun yang bersinar sedih.

"Sahabatku."



























































End
Maaf aku gak tau janji pernikahan itu kaya gimana jadi aku nyontek google:"
Saran dan kritik saya perluka:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Haechan Story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang