Sakha berjalan di sepanjang koridor dengan sesekali membalas sapaan dan senyum dari para mahasiswa yang berpapasan dengannya. Setiba di depan ruang kerjanya, ia melihat Lira sudah duduk di teras, menunggu kedatangannya. Gadis itu mengulas senyum dan mengangguk. Sakha tak membalas senyumnya.
"Saya mau langsung ke ruang D12, ada bimbingan mahasiswa yang mengikuti lomba karya ilmiah. Kalau saya sudah free, baru kamu ngadep saya lagi. Mungkin dua hari lagi," ujar Sakha datar.
Lira hanya mengangguk pelan dengan perasaan tercabik-cabik. Ia teringat akan keramahan sang dosen yang mengajaknya buka puasa di warung wedang ronde. Namun kini apa yang ditampilkan sang dosen begitu berbeda. Sakha berubah dingin dan sedikit jutek. Lira bertanya-tanya ada apa gerangan? Apa dia berbuat kesalahan? Lira menduga Respati yang membuat sikap Sakha menjadi dingin terhadapnya. Ia menebak-nebak, pasti Respati berkata pedas pada sang dosen.
Hati Lira teriris-iris. Ia sadar perasaannya tak akan pernah berbalas. Ia juga tahu, Sakha sudah menikah dan tak seharusnya ia jatuh cinta pada laki-laki beristri. Namun ia tak dapat mencegah rasa yang terlanjur melesak. Ia tak pernah berpikir untuk merebut Sakha dari istrinya. Ia hanya mampu memendam perasaannya. Diperlakukan seperti ini oleh Sakha telah menyakiti hatinya yang terdalam.
Lira berjalan lunglai menuju kostnya. Jarak antara kost dan kampusnya tidak begitu jauh. Ia cukup berjalan kaki.
Setiba di kost ia terkejut bukan kepalang saat matanya bertabrakan dengan seorang perempuan yang duduk termenung di kursi depan teras kostnya. Ia mengernyitkan dahi. Siapa perempuan itu?
"Maaf, Mbak, Mbak mencari siapa?"
Wanita bernama Alea itu menyipit. Ia menelisik Lira dari ujung kepala hingga kaki.
"Saya ingin bertemu Lira."
"Saya Lira, ada apa ya, Mbak?"
Alea beranjak dan menatap gadis itu lebih tajam. Gadis berjilbab di depannya ini terlihat cantik dengan proporsi tubuh yang ideal, tidak pendek, juga tidak begitu tinggi. Tidak kurus, juga tidak gemuk. Ia mengenakan atasan yang panjangnya selutut, celana jeans, kerudung segi empat yang menjuntai hingga menutup dada, sepatu kets, juga tas ransel ukuran sedang yang bertengger di pundaknya. Gadis yang terlihat polos tapi berani mendekati suaminya dengan aktif mengirim pesan whatsapp.
"Jadi kamu yang namanya Lira. Saya Alea, istri dari Pak Sakha, dosen pembimbing kamu."
Lira terbelalak. Ia kaget dan di benaknya berseliweran segala prasangka kenapa Alea menemuinya di kost. Apa dia tahu tentang acara buka bersamanya dengan Sakha? Apa dia marah? Ia sedikit gelagapan menghadapi sikap dingin Alea dan wajahnya yang terlihat jutek seperti menahan amarah.
Wanita itu begitu cantik dengan jilbabnya. Lira merasa minder. Ia merasa bukan apa-apa jika disandingkan dengan Alea.
Alea berusaha menetralisir deru emosi yang terus berkecamuk. Sejujurnya, ia ingin memberi pelajaran pada gadis itu. Kalau perlu ia jambak rambut yang tertutup kerudung itu. Sungguh ia begitu marah dan kecewa. Namun ia tak mau gegabah.
"Ada apa ya, Mbak?" Lira menundukkan wajahnya, tak berani menatap Alea yang memandanginya dengan tatapan menghunjam.
"Saya ingin bicara antar perempuan. Saya yakin kamu punya hati dan perasaan. Jadi tolong dengarkan saya kali ini dan turuti kemauan saya." Kata-kata Alea meluncur tegas.
Lira membisu sesaat. Sungguh ia salah tingkah di depan Alea.
"Lebih baik kita bicara sambil duduk," tukas Lira.
Alea mencoba menahan gejolak amarahnya. Dia duduk di kursi yang tadi ia duduki. Lira duduk di kursi satunya. Ada meja kecil yang membentang di antara dua kursi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Mas Duda
RomanceRespati menikahi Lira bukan semata karena cinta. Ia juga menginginkan wanita itu bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anaknya. Namun ujian datang tak hanya dari putra sulung yang belum bisa menerima Lira, juga dari Ayudia, mantan istrinya. *** Res...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi