Arka's POV.
teman teman gue dan juga seluruh murid sekolah bersorak sorai dan ada beberapa yang bersiul ria.mereka tengah menyaksikan tontonan gratis ala drakor ditengah lapangan basket.yup mereka tengah menonton gue yang sedang berlutut didepan cewek yang udah buat hati gue terkunci untuk dia,namanya velerie aurora.
pertemuan pertama kita dua tahun lalu,saat pertama kami melakukan MPLS disekolah.saat itu hari pertama MPLS seluruh siswi perempuan wajib mengucir dua rambutnya,dan memakai tanda pengenal yang terbuat dari karton.ya sejenis nametag gitu lah,siapa yang tidak menggunakannya maka akan mendapatkan hukuman.
banyak murid baru angkatan gue yang tidak memakai begituan,termasuk gue dan kedua teman gue juga.tapi ada satu cewek yang menarik perhatian gue dari awal,dia tidak mengucir dua rambutnya dan juga dia tidak menggunakan nametag.saat anak osis menanyakan alasannya dengan entengnya dia menjawab,
'Sorry ya kakak kakak cantik gue gak biasa rambut gue dikepang dua seperti itu.Kalo kalian mau menghukum gue ya silahkan'
Dan setelah mendengar jawaban ve seperti itu dia disuruh lari keliling lapangan.entah kenapa sejak itu gue udah mulai tertarik sama dia,awalnya gue hanya penasaran.setiap hari gue selalu menganggu dia,tapi lama kelamaan rasa penasaran itu berkembang jadi rasa cinta.
Kembali ke cerita awal,gue daritadi berusaha mengumpulkan tekad gue buat ngungkapin perasaan gue.kalian tau bagaimana jantung gue saat ini dag dig dug,udah kerasa mau copot jantung gue.
"Ve gue sebenarnya udah lama pengen ngomong ini,tapi gue belum siap untuk ditolak sama lo,tapi sekarang gue yakin lo pasti mempunyai perasaan yang sama pada gue.velerie aurora maukah lo jadi pacarnya arka rafael jenatan?"
Dengan satu tarikan nafas gue ucapin kalimat yang udah dari lama pengen gue ungkapin.dapat gue lihat keterkejutan dan sekaligus rona merah yang muncul dipipinya.pengen gue cubit tuh pipi,gemes banget.seluruh murid bersorak meneriaki 'terima!!terima!' Gue yang mendengar itu hanya mengulum senyum padahal jantung gue udah degdegan abis.
"Udah terima aja ve!"
Teriak liam-sahabat gue dari brojol sampai saat ini.
"Iya ve terima aja!kalian berdua itu udah cocok kok,"
Itu yang ngomong silvi temannya ve,dan yang lainnya hanya meneriaki 'terima!terima!' secara serentak.tapi daritadi orang yang gue nyatakan perasaan ke dia malah tampak bingung sendiri.
"Ve?"
Ve terkejut saat gue manggil namanya,serius apa jangan jangan ve tidak cinta sama gue?apa mungkin ve menolak gue?kalaw iya terus nasib gue kedepannya bagaimana?nanti malah gue sendiri yang malu,masa seorang mostwantednya sekolah ditolak oleh cewek.gak ada sejarahnya dalam hidup gue,
"Eeh apa?"
Gue menghembus nafas kasar dan berusaha senyum pada ve,
"Apa perlu gue ulangi lagi?velerie aurora maukah lo jadi pacarnya seorang arka?"
Gue dapat lihat keraguan yang terpancar dari manik hazel itu,apa iya ve gak cinta sama gue?jangan jangan gue udah keduluan sama orang lain?atau siapa tuh laki laki kemaren yang kenal sama ve,jangan jangan hati ve udah untuk tuh laki laki? Gue terus menerka dalam otak gue kemungkinan yang bakal terjadi.
"Gu-gue--"
Gue menfokuskan pusat pendengaran gue terhadap apa yang diucapkan oleh ve.ya antisipasi aja biar gue gak salah dengar,tampaknya ve sengaja menggantungkan ucapannya.
"Gue--"
Gue udah siap menerima apapun yang keluar dari mulut mungil itu.tapi tiba tiba ponselnya ve berbunyi,lagi dan lagi gue menghembuskan nafas dengan kasar,
"Ya udah angkat dulu teleponnya ve,"
Pinta gue dengan posisi gue yang sudah berubah dari berlutut sekarang berdiri dengan tangan yang berada disaku celana.gue melihat perubahan eskpresi dari ve,dia tampak syok dan juga air mata.astaga!ve menangis!belum sempat gue mendekat kearah ve dan menanyakan ada apa,tapi dia sudah dulu berlari menembus kerumunan para murid.dan entah kemana dia pergi,yang jelas gue kebingungan sekarang.apa yang terjadi sama ve?siapa yang menelepon dia tadi?pasti ada hal yang penting kalaw tidak ve tidak akan menangis seperti itu.
******
Velerie's POV.
Gue terus berlari menelusuri lorong rumah sakit yang sepi.pikiran gue hanya tertuju pada papi,gue tidak menghiraukan keributan yang gue buat karna berlari didalam rumah sakit.gue gak peduli,gue berusaha meyakinkan dalam hati kalaw papi tidak akan pernah ninggalin gue.papi pasti akan sembuh,papi pasti kuat melawan penyakitnya.
Tiba diruangan tempat papi dirawat gue melihat bi suti yang sudah menangis dengan raut khawatirnya.
"Bi,papi gak kenapa napakan?"
Gue berusaha menenangkan diri gue dan mencoba untuk terus berpikiran positif,
"Non,tuan nugraha kritis.dia lagi ditangani oleh dokter didalam."
Apa?papi kritis?seketika tubuh gue meloroh kelantai setelah mendengar kalimat itu dengan air mata yang masih setia mengalir.bibi berusaha menenangkan gue dan menarik gue kedalam pelukannya.gue sudah menganggap bi suti seperti ibu gue sendiri,semenjak mama meninggal hanya bi suti yang mengerti akan keadaan gue saat papi sibuk dengan kerjaannya.pi ve yakin papi pasti bisa melawan penyakit papi.ve gak mau papi ninggalin ve sama seperti mama.hanya papi yang ve punya didunia ini,ve mohon pi bertahanlah untuk ve.
Gue terus meyakinkan diri gue bahwa papi itu kuat,papi bisa melawan penyakitnya ini.gue gak sanggup kehilangan orang yang berharga dihidup gue lagi untuk kedua kalinya,cukup mama aja yang pergi untuk selamanya.gue berusaha tegar,tapi air mata sialan ini terus saja keluar tanpa ada niat untuk berhenti.
Gue mendengar pintu ruangan tempat papi dirawat terbuka dan menampilkan dokter rey dengan wajah tampak lesu,dan sedikit cemas.gue bangkit dan lansung menghampiri rey,
"Papi gue gak kenapa napa kan?papi gue baik baik aja kan?"
Gue melontarkan pertanyaan itu dengan raut khawatir dan cemas,
"Maaf--"
Maaf?dia bilang maaf?jangan bilang papi--
"Rey?papi gue baik baik aja kan?"
Tanya gue sekali lagi,
"Maaf ve aku gak bisa menyelamatkan nyawa papi kamu,sulit bagiku untuk menyembuhkan tumornya yang sudah stadium empat.memang sebelumnya kita sudah melakukan pengangkatan tumor,tapi--"
gue gak sanggup lagi mendengar lanjutannya,ini semua terasa begitu cepat bagi gue.entah kenapa tangan gue terangkat keatas dan dengan lancangnya gue menampar wajah rey.
Plakkk
Bersambung....
-o000o-
Lanjut di next chapter ya,Jangan lupa votment
Thank you
Gomawo 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU
Teen FictionTakdir begitu kejam,kalimat itulah yang selalu di ulangnya.Semenjak kejadian itu,hidupnya terasa mati.Tidak ada lagi yang sayang padanya,hatinya hancur.Tapi yang namanya takdir tidak dapat kita cegah.Sekiranya itu lah yang di rasakan seorang Valerie...