BINAR 3 - ABIMANYU

103 6 0
                                        

Semalaman aku tidak dapat memejamkan mataku. Kejadian di toko buku tadi benar-benar membuatku jengkel. Melihat lelaki butut itu masih berani menghampiri Kalila, membuatku ingin melempar sepatu ke kepalanya. Kalau saja tadi Kalila tidak memaksa pulang, aku pasti bisa  membuatnya babak belur lagi, seperti kejadian setahun yang lalu ketika dia membuat Kalila-ku menangis.

Aku menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk mengontrol emosiku. Hah, dan bisa-bisanya Kalila memuji wajah lelaki itu, didepanku pula. Sampai kapan dia tidak mau menyadari kalau aku ini jauh lebih tampan dari lelaki manapun.

Aku melirik jam dindingku yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Tidak ada gunanya aku memaksa memejamkan mata. Sepertinya nanti aku bisa mencari alasan untuk bisa istirahat di UKS. Ide yang sangat menggoda.

Aku bergegas ke kamar mandi untuk memulai ritual pagiku yang biasanya bisa membantuku menghilangkan semua emosi negatifku.

                                        -**-       

           

            Aku berdiri di depan rumah Lila, teknisnya di depan rumahku juga karena rumahku berhadapan langsung dengan rumah Lila. Aku mengambil ponselku dan memencet nomer yang sudah sangat kuhapal.

            “Halo,” Lila menjawab setelah nada dering kelima.

            “Lol, 10 menit lagi berangkat, aku udah nunggu didepan.”

            “Uh, apaan sih Bi, ini masih jam berapa? Aku masih ngantuk banget.”

            “Ckk, pokoknya 10 menit. Lebih dari itu, kamu berangkat jalan kaki.” Aku langsung menutup ponselku sebelum terdengar omelan Lila.

            Aku berjalan menuju pintu masuk rumah Lila. Rumah-rumah di perumahan kami memang tidak menggunakan pagar besi. Tanganku baru saja hendak mengetuk ketika pintu itu mendadak terbuka.

            “Pagi Tante,” sapaku pada Tante Karina, mama Lila. “Kok tahu aku udah ada didepan?”

            Tante Karina terkekeh. “Ya dari apalagi kalo bukan dari teriakan kebingungan Kalila. Masuk dulu Bi, itu Om masih sarapan. Kamu nemenin Om aja sambil nunggu Lila.”

            Aku mengangguk dan berjalan ke ruang makan mereka.

            “Sini Bi, nemenin Om sarapan,” panggil Om Dika.

            Aku pun duduk dikursi disamping Om Dika.

            “Kok jam segini udah siap berangkat om?”

            “Iya, hari ini Om mau berangkat ke Bandung, jadi subuh-subuh gini udah siap deh. Kamu rajin bener jam segini udah mau berangkat?”

            Aku terkekeh. “Nggak apa-apa sih Om. Pengen ngajakin Lila ngehirup udara pagi yang masih seger aja.”

            Om Dika tertawa. “Iya tuh kayaknya Lila perlu sering-sering kamu ajakin berangkat jam segini deh, Bi. Biar nggak kebiasaan bangun siang terus.”

            “Abi, tadi udah sarapan belum? Sarapan nasi goreng ya?” tanya Tante Karina.

            “Nggak usah Tante, tadi aku udah sarapan kok.”

            “Yaudah minum jus aja ya.” Ujar Tante Karina seraya memberikan segelas jus padaku.

            “Bundamu nggak bingung Bi, kamu berangkat sekolah jam segini?”

BINAR YANG PADAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang