"Wey si anjir!" Gerutu Rachel membanting handphone Seno karena kalah bermain----
Ludo.
"Hp gue..." Ujar Seno dengan wajah memelas yang datar. Tangannya seolah ingin meraih handphone tersebut tetapi tidak sampai.
*Bisa dibayangin gak?Rachel melirik ke arah handphone itu. Ia baru menyadari bahwa benda tersebut adalah milik temannya.
"Ehe, maap.. Selow bang, ada garansi kan ye? Gak rusak juga hp nya. Masih mulus. Hp mahal, wajar... Kebal bantingan. Hehehe.." Rachel dengan wajah tanpa dosa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Seno hanya bisa pasrah melihat tempered glass handphonenya yang retak.
"Retak lo Chel. M*mpus lo! Gantiin! Tanggung jawab Lo!" Ledek Acsel dengan wajah ngegas.
"Penjara 15 tahun ye kan No?" Tambah Bagas melihat ke arah Seno yang selanjutnya mengangguk dan masih meratapi kerusakan di benda berharganya.
"Dih kan gue gak nyadar kalo itu punya Seno. Kirain punya gue. Maap ye No." Rachel masih menyengir tanpa dosa.
Seno beranjak dari duduknya. Ia pergi ke arah laci kecil diatas meja belajarnya. Nampak ia mengambil sesuatu yang dibungkus dalam kemasan plastik yang modern. Terlihat, benda itu masih baru.
Seno kembali duduk ditempat semula. Mengambil handphonenya dan membuka tempered glass yang tertempel dilayar.
Ia membuka plastik tersebut dan mengeluarkan tempered glass baru didalamnya.
"Wedeeeztt... Horang kaya!!" Ujar Rachel, Acsel, dan Bagas kompak.
"Retak dikit langsung ganti mamank!" Tutur Acsel seraya tertawa.
Seno hanya menaik turunkan salah satu alisnya dan memandang Rachel dengan santai.
Kheeseno Rizarda. Anak bersifat pemalu, polos, ramah yang tingkahnya terkadang membuat orang lain tergelak. Ayahnya adalah seorang bos besar di perusahaan elektronik di daerah Cikarang.
Wajar saja jika apa pun bisa ia lakukan.🍁🍁🍁
Nayra masih dihantui rasa bimbang. Ia berbicara dikampanye kemarin dengan lantang dan percaya diri. Mendapat pujian dari banyak orang.
Bagaimana jika ia benar benar terpilih? Sepertinya ini penyebab utama mengapa Nayra kembali meletakkan kepalanya diatas meja.
Matanya perlahan terpejam lemah. Pipinya memerah entah mengapa.
Tiba tiba..
"Nayraaa bangooon..!! Jan kek kebo napa!" Teriak seorang teman tepat didepan telinga Nayra.
Nayra tak membuka matanya. Ia menutupi wajah dengan tas kecilnya.
"Ni anak abis ngapain tadi malem? Keknya ngantuk amat." Ujar yang lainnya.
Nayra tak tahan, ia mencoba membuka matanya. Ternyata, Acsel dan Rachel. Lagi.
"Aduh, kalian apaan sih? Ganggu aja tau gak? Kenapa?" Nayra terlanjur kesal.
"Wezt.. Santai mamank. Kita cuma mau main sama anda aja!" Tutur Rachel.
Nayra menghela napas panjang. Dia terlewat emosi dan berbicara keras kepeda temannya.
"Aduh, Sorry banget ya. Aku gak ada maksud ngomelin kalian. Kenapa?" Nayra mengusap dahinya.
"Kita cuma gak mau Lo kenapa napa. Diliatin dari tadi murung terus. Lo ada masalah?" Tanya Rachel perhatian.
"Cerita aja Nay! Kita siap Denger apapun dari lo."
Ucap Acsel mantap."Aku cuma takut."
Acsel dan Rachel masih menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last For You
Teen FictionIa menemukan sebuah kotak merah ditumpukan buku. Nayra memutuskan untuk membukanya. Terdapat sepucuk surat dan kalung yang tersimpan rapi didalamnya. Hal itu membuat Nayra tak dapat menahan kesedihannya. Perlahan air mata menetes membasahi pipinya y...