Sepuluh

538K 22.3K 1.4K
                                    

Ya ampun kalian ini. Hampir aja gak tak edit tadi saking terkejutnya aku 😂😂

Selamat membaca 😘😘

===

Sepanjang perjalanan Xavier terus berdoa. Dia takut sekali Zeva kenapa-kenapa. Rintihan gadis itu membuatnya semakin panik.

"Kumohon," kata Xavier mendesis. Dia mencoba berkonsentrasi pada jalanan, tapi gagal saat lagi-lagi Zeva mengeram kesakitan.

Menghentikan mobil sembarangan. Xavier dengan cepat lompat keluar. Dia membuka pintu kemudi dan membopong Zeva. "Tolong ada pasien yang butuh penanganan segera!" teriak Xavier.

"Pak mobilnya." Teguran dari Satpam rumah sakit diabaikannya.

Xavier meletakan Zeva ke brankar rumah sakit dan ikut mendorong bersama perawat lain. Saat Zeva memasuki ruangan, Xavier ditahan di luar.

Dia menunggu dengan gelisah. Berdoa Zeva dan anaknya baik-baik saja.

"Pak. Mobil Anda harus di pindah karena menghalangi pintu masuk."

Xavier mendongak. "Tolong pindahkan ya Pak, istri saya sedang diperiksa," kata Xavier tanpa sadar. Dia menyerahkan kunci mobil pada lelaki yang tak dikenalnya itu.

Menunggu lagi, Xavier bergerak ke sana-sini. Dia meremas tangan, memohon pada Tuhan.

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Xavier begitu dokter yang memeriksa Zeva keluar.

"Dia baik-baik saja. Beruntung Anda segera membawanya ke sini."

Xavier menghela napas lega. "Bagaimana dengan anak kami, aku melihatnya begitu kesakitan," kata Xavier kembali panik saat teringat Zeva yang terus merintih sepanjang perjalanan.

"Tenang, Anda tidak perlu panik. Saya sudah memeriksanya dan mereka baik-baik saja."

"Syukurlah." Xavier menyentuh dadanya. Dia sampai membungkuk saking leganya. "Saya benar-benar takut."

"Itu wajar saja, karena ini menyangkut istri dan bayi kalian." Dokter itu menepuk-nepuk punggung Xavier, menguatkannya yang terlihat sangat lemah.

"Terima kasih, dokter. Terima kasih."

"Ya. Segera panggil saya jika terjadi sesuatu."

"Tentu saja." Xavier mengangguk. Dia menyalami dokter tersebut dengan senyum lebar.

Setelah Zeva di pindahkan ke ruang perawatan, Xavier harus menunggu dua jam dalam kegelisahan lagi sampai Zeva membuka mata.

Xavier menenggakkan posisinya. "Kamu bangun?" kata Xavier senang.

"Apa kamu haus? Ini minumlah, pelan-pelan saja." Xavier menyodorkan segelas air, dia membantu Zeva mengangkat kepala.

"Anakku."

"Mereka baik-baik saja." Meletakan gelas di atas nakas, Xavier kembali ke sisi Zeva.

"Benarkah, kamu tidak bohong kan?" Zeva menatap Xavier, dia sangat takut terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya. Melihat Xavier mengangguk, Dia langsung mengelus perutnya. "Sayang Mama. Maafkan Mama ya," kata Zeva membuat Xavier menatapnya semakin intens.

Lama mereka terdiam, Zeva masih asyik mengelus perut, sangat bersyukur bayinya baik-baik saja.

"Mereka kembar?"

Pertanyaan Xavier membuat Zeva mendongak, dia menatap lelaki itu yang kini memberi perhatian lebih pada perutnya.

"Ya," kata Zeva pelan. Dia kembali menunduk, tidak berani menebak-nebak apa yang ada dalam pikiran Xavier.

Xavier & Zeva Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang