10.Danger

3K 342 15
                                    

Irene masih terbaring dikasurnya. Tubuhnya masih terasa lemas akibat Taehyung kemarin. Matanya sudah terbuka, namun tak berniat sama sekali untuk bangun dari ranjangnya. Dia menatap langit langit kamarnya dalam diam, tidak peduli dengan ponselnya yang terus berdering daritadi.

Pikirannya melayang jauh. Dia benci ketika seseorang masuk dalam kehidupannya, dia juga tak suka pada hal berbau seks. Tapi mengingat bagaimana dia mendesah dibawah Taehyung, mengingat bagaimana dia membiarkan Taehyung menjamah tubuhnya membuatnya tak habis pikir. Apa yang sebenarnya ada diotaknya saat itu. Benar-benar terlihat murahan.

Dering ponselnya kembali terdengar, membuat nya dengan terpaksa meraih ponselnya. Tak berniat menjawab, hanya saja dia berniat membuat ponselnya mati.
Namun, nama yang berbeda yang kini menelpon nya. Bukan lagi nama Taehyung yang sedari tadi membuat ponselnya berdering.

"Halo, Ada apa Wen?" Tanya Irene dengan suara yang begitu pelan.

"Noona"

Irene terbangun dari tidurnya. Terduduk dengan mata yang membulat. Tangannya sedikit gemetar, dia mencoba melihat kembali nama yang tertera dilayar ponselnya. Ini benar nomor Wendy, tapi bagaimana bisa pria yang memanggilnya noona barusan yang berbicara.

"Kau terkejut? Apa kabar noona? Merindukan ku?"

"Dimana Wendy?"

"Bersamaku. Sedang tertidur manis sekali"

"Min Yoongi! Jangan macam macam lagi padanya. Jika saja kau kembali melakukan sesuatu padanya, kupastikan kau tidak bisa bernafas lagi" Irene mengancam dengan penuh penekanan.

"mengancam? Takut sekali" Ucap yoongi sambil terkekeh diseberang sana.

"Bajingan! Dimana kau. Sudah cukup kau membuat Wendy menderita" Irene terbangun dari ranjangnya, berdiri dengan tangannya yang sedikit gemetar. Mengkhawatirkan sahabat satu satunya itu.

"Kau pikir karena siapa dia seperti itu? Karena kau noona. Karna kau!"

"Apa maksudmu. Kau yang melakukan hal jahat padanya. Katakan dimana kau sekarang "

"hei lihatlah siapa yang bicara. Masih tak ingat bagimana wendy memohon padaku karena mu ternyata"

" Jangan bicara yang tidak masuk akal brengsek"

"Datanglah ke alamat yang sudak kukirimkan lewat pesan padamu. Jika ingin wanita ini selamat, dan biar kuingatkan juga apa yang pernah terjadi." Yoongi terkekeh dan kemudian mematikan sambungan telfonnya.
Irene mengerang frustasi. Sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa Yoongi terus saja mengganggu Wendy, dan bahkan sampai melakukan ini.

Lupakan dulu soal rasa penasaran nya, Irene segera melihat pesan yang dikirim Yoongi. Berisi alamat dan juga satu buah foto yang tertera.
Dimana Wendy tengah memejamkan matanya terbaring disebuah sofa. Entah dia tertidur atau pingsan.

Tak menunggu waktu lama. Irene segera meraih kunci mobilnya, dan segera menuju alamat yang sudah dikirim adik tiri nya yang brengsek itu.

Sepanjang perjalanan Irene hanya merasakan gelisah. Rasanya seperti ketakutan yang berlebihan, bukan karena takut akan Yoongi sepertinya. Hanya saja terasa takut jika sesuatu akan terjadi. Firasat nya terasa tak enak.
Mobil Irene bergerak begitu cepat, sehingga tak memakan waktu lama untuk sampai. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun cukup sedikit lebih besar dari rumah Irene disana.

"Min Yoongi! Buka pintunya!" Irene menggedor pintu rumah itu berkali kali disertai teriakannya bergantian memanggil Wendy dan juga Yoongi.

"Halo noona" Satu senyuman terpasang dibibir pria yang baru saja membukakan pintu yang mungkin merasa sakit terus Irene gedor berulang kali.

SCHIZOID [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang