9.Him

3.9K 356 17
                                    

Malam datang dengan begitu cepat. Bulan sudah menampakan diri dilangit. Hembusan angin dimalam ini terasa begitu dingin. Membuat seorang wanita yang tengah berdiri di trotoar jalan merapatkan jaket yang dipakai nya.
Wendy, yang terlihat sedang menunggu seseorang itu bergerak gelisah melihat kesana kemari. Tidak merasa yakin dengan keputusan yang ia ambil tapi juga merasa jika ia harus melakukannya. harus.

"Sudah menunggu lama?" Satu tepukan dibahu Wendy membuatnya sedikit terlonjak kaget. Membuat nya menoleh pada sang pemilik suara yang baru saja menepuknya dan bertanya.

"Ya. Sangat lama" Wendy memutar matanya malas.

"Sorry.  Ikut aku"

"kemana? Tidak bisakah kita bicarakan disini saja?" Wendy tak bergerak sama sekali. Tak berniat mengikuti sesorang yang sudah berjalan perlahan dan memperlihatkan punggungnya.

 Tak berniat mengikuti sesorang yang sudah berjalan perlahan dan memperlihatkan punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harus berdiri, malas. Cepat ikuti saja aku" jawabnya.
Pria berambut mint itu berjalan meninggalkan Wendy. Membuat wendy mau tidak mau sedikit berlari untuk mengikutinya.

"Min yoongi! Setidaknya Katakan dulu apa sebenarnya maumu" Suara wendy yang hampir seperti berteriak itu mampu menghentikan langkah pria yang barusaja wendy panggil dengan nama Min yoongi.

Pria itu berbalik. Berjalan mendekati Wendy. Mendekat kan bibirnya pada telinga Wendy dan berusaha membisikan sesuatu disana.

Beberapa kalimat yang Yoongi katakan mampu membuat Wendy membulatkan matanya. Tangan nya mengepal berusaha menahan amarahnya. Dan satu senyuman miring Yoongi pasang ketika melihat raut wajah Wendy yang seperti itu.
"Jadi bukankah sebaiknya ikut saja?"

-------

Kegiatan Taehyung dipagi ini harus terlihat kurang maksimal. Bagaimana tidak, dia tidak tidur semalaman karena berbagai alasan.
Pertama, semalam itu seks yang terlalu nikmat sampai tak bisa dilupakan.
Kedua, wajah Irene sedang mendesah yang terus terbayang dikepalanya membuat adiknya dibawah sana terus terbangun.
Ketiga, Bagaimana bisa dia diusir begitu saja? Seperti gigolo yang dipesan untuk memuaskan wanita yang haus belaian.
Keempat, kelima, keenam dan seterusnya. Apa sebenarnya alasan seorang Kim Taehyung yang sudah berusaha keras memberikan kenikmatan harus diusir begitu saja ketika selesai bercinta?!

"Sialan!"
Taehyung mendorong meja dihadapannya dengan kakinya. Memikirkan itu semua lagi membuat nya merasa kesal, ya walaupun merasa senang juga mendapatkan pertamanya Bae Irene.

"Sepertinya mood seorang Kim Taehyung sedang buruk?" Satu suara yang kini duduk disampingnya membuat Taehyung menoleh dan menghela nafas kasar.

"Buruk. Sangat sangat buruk." Taehyung menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. Sembari memijat kepalanya yang terasa pening karena tak tidur itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia kekurangan tidur jika mengingat tentang pekerjaan nya. Hanya saja beberapa hal yangmenjadi pusat pikiran nya yang membuat kepalanya pening.

"Butuh seseorang yang bisa mengembalikan mood mu?"

"Oh ayolah jim. Kau masih bertengkar dengan Seulgi? Jangan ajak aku mencari wanita untuk melakukan threesome. Aku tidak ingin si mata kucing itu juga ikut mengamuk padaku"

"Jadi sudah tidak tertarik pada hal yang kutawarkan? Baiklah baiklah. " Jimin mengangguk anggukan kepalanya mengerti. Sebenarnya dia juga tidak serius.

"Lagipula apa yang kau lakukan disini? Mengikutiku? Tidak tidak, jangan bilang kau bertengkar dengan Seulgi karena lebih memilihku. Kau suka padaku? Ya tuhan Park Jimin " Taehyung membelalakan matanya, satu tangan nya ia gunakan untuk menutup mulutnya yang terbuka. Menunjukan ekspresi kaget ceritanya.

"Sialan. Menjijikan" Satu pukulan tangan jimin mendarat sempurna dikepala Taehyung. Membuat Taehyung meringis namun kemudian terbahak.
"Aku habis bertemu rekan kerjaku. Dan kudengar sedang ada syuting iklan yang melibatkan dirimu. Jadi sekalian aku kemari"

"Untuk apa menemuiku?"

"Begini, ada yang ingin kutanyakan pada-"

"Memangnya tidak bisa tanyakan dirumah saja? Kita tinggal dirumah yang sama Park"

"Brengsek. Dengarkan dulu." Satu lagi pukulan dikepala Taehyung membuatnya meringis dan diam tak lagi memotong ucapan Jimin.
"Aku tanyakan sekarang karena butuh jawaban nya sekarang. Jadi, sudah sejauh mana hubunganmu dengan Bae Irene itu?"

"Sejauh kau dan Seulgi" Jawab Taehyung dengan santainya.

"Maksudmu? Kau sudah berpacaran dengan nya? "

"Bagimana ya, berpacaran sih belum. Kalau itu segera. Tapi kalau begini, sudah. Seperti kau dan Seulgi kubilang." ujar Taehyung sembari menautkan kedua tangannya sendiri.

Jimin yang seakan mengerti apa yang dimaksudkan oleh Taehyung mengerutkan keningnya.
"Kau? Dengan Irene? Sudah melakukannya?" Tanya Jimin memastikan.

Taehyung mengangguk. Menyandarkan kembali tubuhnya pada sofa dan memejamkan matanya. "Semalam"

"Wah kau benar benar Kim gila Taehyung. Kim brengsek Taehyung. " Jimin membuka mulutnya tak percaya. Bertepuk tangan untuk sahabatnya yang satu ini. "Bagaimana bisa kalian sudah melakukannya"

"Sudah kubilang. Tak ada yang bisa menolak pesonaku. Aku terlalu menggoda untuk diabaikan. Lagipula kenapa kau bertanya soal ini? Bukan kah ini tak sebegitu pentingnya bagimu?" Taehyung menautkan kedua alisnya dan menatap Jimin.

"Ini yang harus kau tahu. Ini ada kaitannya dengan Irene yang seperti itu"

"bisa jelaskan sekarang apa maksudmu?" Taehyung sudah duduk dengan tegak kembali. Merespon pembicaraan Jimin dengan serius karena memang kelihatannua Jimin sedang serius. Tidak dalam mode bermain-main.

"Dengarkan aku dulu. Pertama, kuharap kau bisa mendengarkan perkataanku. Mulai saat ini kau sudah melangkah terlalu jauh, jadi kau hanya punya dua pilihan saat ini. Jauhi Irene atau Lindungi dia."

"Tunggu. Aku tidak mengerti. Jelaskan dulu dari awal. Aku mana bisa menuruti perkataan mu jika tidak tau apa yang menjadi alasanku untuk melakukannya."

"Begini, Irene sudah tidak punya orangtua bukan?"

"Ya, dan Wendy bilang dia juga tidak punya kerabat atau keluarga lagi "

"Salah. Dia punya adik"

"adik? Lalu? Apa masalahnya jika dia punya seorang adik? Bukankah itu bagus. Berarti dia masih punya keluarga "

"Adik tiri"

"Ya lalu? Jelaskan yang benar. Jangan setengah setengah begitu sialan" Taehyung sedikit kesal dengan Jimin yang terlalu berbelit-belit. Memangnya Jimin pikir ini adalah sebuah sinetron dimana disaat akan mengungkapkan sesuatu akan ada jeda yang begitu panjang diiringi backsoung menegangkan dan wajah yang dizoom berulang kali.

"Bodoh. Kim bodoh Taehyung kembali. Dia punya adik tiri dan dia lebih memilih tinggal seorang diri. Itu berarti ada sesuatu yang salah disini." Jimin mengusap wajahnya, kesal jika temannya ini sedang dalam mode bodoh.
"Min Yoongi. Adik tirinya. Agust D"

"Min Yoongi yang itu? Pria brengsek yang suka bermain wanita? Tidak tidak aku juga pernah bermain wanita. Maksudku pria itu? Yang pernah berulah di club karena hampir membunuh seorang wanita yang menolaknya ketika dia ajak bercinta? " Taehyung membuka mulutnya tak percaya. Bagaimana mungkin pria itu adik Irene. Ralat. Lebih tepatnya adik tiri.

"Ya. Tepat seperti orang yang kau sebutkan. Terkejut? Aku juga sama terkejutnya denganmu. Aku tahu ini dari rekan kerjaku tadi Kim Seokjin. Dia bisa dibilang cukup dekat juga dengan Yoongi. Dan dia menceritakan apa yang diceritakan oleh Yoongi padaku. "

Kepala Taehyung seakan berputar saat ini. Belum terjawab apa yang menjadi pikirannya semalaman. Kini bertambah lagi hal yang membuat kepalanya seperti mau pecah.

.
.
.

SCHIZOID [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang