War (II)

624 62 15
                                    


.

.

.

.

Jimin melangkahkan kakinya menuju bus yang akan mengantarkannya ke Busan. Di punggungnya terdapat ransel yang berisi kebutuhannya selama dia berada di Busan nanti.

Taehyung yang mengantar Jimin hanya melihat sang kekasih dengan tatapan khawatirnya, "Kamu yakin nggak mau ku antar saja?"

Jimin menatap Taehyung jengah, "Tidak, Tae. Aku biasanya kalau pulang juga naik bus dan tidak ada masalah apapun. Jangan terlalu khawatir, hm?"

Taehyung menghela napas melihat Jimin yang keras kepala. Merasa sia-sia kalau harus meyakinkan Jimin lagi, akhirnya Taehyung mengangguk.

"Hati-hati ya. Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, segera hubungi aku. Mengerti?" Tanya Taehyung.

"Saya mengerti, Bapak Taehyung yang terhormat." Jawab Jimin tersenyum.

Taehyung tidak bisa tidak membalas senyuman Jimin. Tangannya meraih rambut Jimin dan mengelusnya pelan. Mengecup dahinya perlahan sambil menikmati wangi rambut Jimin.

"Sudah. Aku berangkat dulu, Tae. Sepuluh menit lagi bus sudah akan berangkat. See you soon, Tae."

Jimin mengecup bibir Taehyung singkat lalu melangkahkan kakinya memasuki bus yang akan mengantarnya ke kediaman orang tuanya. Di dalam bus, Jimin melihat Taehyung dari jendela dan berkata tanpa suara-

"Aku mencintaimu..."

Taehyung melihatnya lalu tersenyum dan membalas, "Aku juga mencintaimu. Hati-Hati di sana."

Jimin tersenyum melihat Taehyung, melambaikan tangannya untuk yang terakhir kali sebelum bus tersebut bergerak meninggalkan Seoul.

.

.

.

"Han Sanghyuk..." 

Sanghyuk menoleh dan melihat 'seseorang' yang memanggilnya, "Aku tau. Dia sudah berangkat."

Orang tersebut memiringkan kepalanya dengan tetap mempertahankan pandangan datarnya, "Lalu kenapa kau masih di sini?"

Sanghyuk tertawa mendengar pertanyaan seseorang itu, "Aku hanya mengulur waktu seseorang."

Orang tersebut terkekeh, "Waktu siapa yang akan kau ulur? Semakin cepat kau mendapatkannya, semakin cepat pula kau bisa dapatkan darahnya."

"Waktu siapa yang kuulur? Bagaimana jika aku mengatakan bahwa waktumu yang aku ulur, Taekwoon?" Tanya Sanghyuk sinis.

Geraman khas serigala terdengar seakan-akan menggertak setiap orang yang mendengarnya, "Apa kau mengkhianatiku, Sanghyuk?"

Sanghyuk tersenyum remeh, "Mengkhianatimu? Kau yang pertama kali mengkhianati aku, Taekwoon. Aku tau kamu merencanakan hal busuk. Jangan kau kira aku tidak tau."

Taekwoon mendesis, "Terlambat, Sanghyuk. Kau memang pintar, tapi jangan lupakan jika kita telah hidup bersama selama lebih dari 1 abad. Jimin akan tetap mati!"

Sanghyuk meremat tangannya, "That's so mean, Taekwoon."

Taekwoon melebarkan matanya saat dihadapannya Sanghyuk berpindah dengan sangat cepat dan kini dia berada di belakang orang tersebut. Menghantam kepala orang tersebut dengan tinjunya, "-still slow, huh?"

Sanghyuk berkali-kali menghantamkan tinjunya di kepala orang tersebut membuat orang tersebut tergeletak di atas ubin rooftop yang dingin.

"Now, let me ask you something and I have one rule for that. The slower you answer my question, the more finger I might break. Now-"



"-first question, where is Jackson?"

.

.

.

.

Suara pintu yang berderit membuat seseorang di dalam sana terbangun. Matanya mengerjap saat sinar matahari menyapa matanya yang selama 4 jam telah terpejam.

"Wang Jackson..."

Jackson yang berada di dalam sebuah jeruji besi yang dialiri listrik tegangan tinggi tersebut hanya dapat menggeram lemah, berusaha menggertak musuhnya walaupun tubuhnya sudah tidak mampu.

"Tidak perlu menggertakku. Aku di sini untuk melepaskanmu. Tapi sebelum itu, aku memiliki satu permintaan."

Jackson menatap Sanghyuk dengan pandangan sayunya, "Apa yang kau mau?"

"Bawa aku ke klan-mu. Sederhana kan?"

Jackson menimbang permintaan Sanghyuk, "Siapa kamu dan kenapa aku harus membawamu ke klan kami?"

Sanghyuk tersenyum sombong, "Karena aku memiliki informasi yang kalian butuhkan dan kau tau, Jackson? Klan-mu telah mendapatkan informasi palsu yang 'dia' buat untuk membunuhku. Sayangnya, aku tidak sebodoh itu."

Jackson terdiam sebelum akhirnya bertanya, "Kau ada di pihak kami?"

"Tidak sepenuhnya di pihakmu. Setelah semua ini selesai, aku akan menjadi jiwa bebas. Aku tidak ingin terikat oleh peraturan klan, aku sudah muak dengan itu."

"Baiklah, aku akan membawamu ke sana. Sekarang, tolong, keluarkan aku." Pinta Jackson.

Sanghyuk meraih sebuah pedal besar lalu menurunkan pedal tersebut sehingga seluruh aliran listrik mati. Sanghyuk diam beberapa detik sebelum menendang jeruji besi tersebut hingga hancur.

Sanghyuk tersenyum melihat Jackson yang melangkahkan kakinya hati-hati. Tetap merasa waspada terhadap Sanghyuk yang notabene adalah orang asing.

"Baiklah, supaya tidak canggung. Namaku Sanghyuk."

Jackson mengangguk, "Kau sudah tau namaku."

Kali ini Sanghyuk yang mengangguk, "Karena kau tidak ada tenaga untuk berlari. Jadi, aku sudah mempersiapkan mobil. Kita berangkat sekarang."

.

.

.

.
TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Vampire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang