Sekitar jam tujuh malam saat adzan Isya belum lama di kumandangkan Tanaya bergegas mengambil air wudhu lekas beribadah, beberapa menit kemudian berdoa meminta ampunan dan karunianya.
Tring....
Belum selesai kegiatanya suara bel pintu kamar berdering menimbulkan suara pelan namun mengganggu. Tanaya kembali melipat mukenanya membiarkan saja orang yang kini berada di balik pintu kamar hotelnya.
Namun tak beberapa lama bel itu di bunyikan kembali, tidak hanya sekali tapi berkali kali dalam kurun waktu dekat. Membuat emosi Tanaya meluap, padahal untuk berjalan ke kamar mandi dan beribadah saja ia harus berjuang menahan ngilu di pergelangan kakinya. Menyeret kakinya di lantai tanpa alas kaki, Membuka pintu dengan susah payahnya.
"Maaf malam ini saya izin terlebih dahulu, biar asisten saya yang membantu jika...." palanya yang tertunduk dan bibirnya yang bicara cepat terpotong saat ada seorang pria yang menundukan kepalanya dan menatap wajahnya.
"Aldana?" Tanaya kaget melihat pria itu ada di hadapanya.
"Kaki lu masih sakit?"
"Gak kok" Tanaya berbohong
"Trus kenapa izin?"
"Lu juga kenapa ada disini?" Tanaya mengalihkan perhatian, pertanyaan itu terlontar begitu saja.
"Gue kan emang tinggal di sini sementara" jawaban Aldana membuat Tanaya bingung, lagi-lagi Aldana membuatnya berfikir keras. "Ayo ikut gue!" ajaknya.
"Kemana?"
"Nyari dukun, gue mau pasang susuk"
"Hah?"
"Udah cepetan siap-siap"
"Gak, gue mau istirahat"
"Nanti aja istirahatnya, temenin cari dukun dulu. Siapa tau tuh dukun bisa ilangin rasa sakit lu!" Aldana masuk ke kamar Tanaya mengambil sepasang sandal jepit dan kartu kamar Tanaya. "Al, lu ngapain?" Tanaya panik.
Tapi pertanyaan Tanaya sama sekali tidak di indahkan oleh Aldana. Pria itu malah mendorongnya keluar pintu kamar lekas menutupnya. Lagi-lagi Tanaya di bopong oleh Aldana, Tanaya meronta meminta pertolongan tapi semua orang hanya melihat tanpa berbuat sesuatu. Ia menyumpahi siapa saja yang kini sedang menjadikanya tontonan gratis.
Sampailah di loby pintu keluar masuknya semua orang. Tanaya malu sekali keluar dari kamar menggunakan kaos yang di padukan jaket untuk menutupi lengan pendeknya dan celana training tanpa menggunakan alas kaki. Aldana menurunkanya tepat di dekat jalan, tak lama sebuah mobil hitam terparkir tepat di hadapanya, ia sangat mengenali mobil itu. Mobil Aldana.
"Al, kita mau kemana?" Tanaya berbisik
"Katanya di deket taman ada dukun sakti mandra guna, gue mau coba. Siapa tau ketampanan gue bertambah" Aldana berbicara dengan nada yang serius. Tanaya di buat hampir gila dengan ucapan Aldana yang selalu penuh dengan teka-teki.
"Harus ya gue ikut?"
"Harus, soalnya lu jelek. Miris gue liatnya, lu gak laku-laku kayak gorengan pasar"
"Cih" Tanaya merasa kesal dengan ucapan Aldana yang menghinanya itu. Aldana mengambil kunci mobil dari pak security, lalu membukakan pintu untuk Tanaya. Seketika Tanaya merasa dirinya akan merasakan kiamat Sugro kembali.
"Cepetan masuk! Apa perlu gue seret ke dalem"
"Al, kalau lu mau ajak gue. Mending jangan naik besi bermesin itu" Tanaya memelas
"Kenapa emang?" Aldana bingung
"Nanti gue ceritain, sekarang lu cari motor aja"
"Motor? Gak ada bedanya sama aja besi bermesin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Décision Imperium {ONGOING}
Romance"Jangan mencoba bermain RAJA & RATU kalau tak ingin ada korban. Sesuatu sekecil apapun harus mendapatkan balasan. Kau gadis yang pintar, ku harap kau mengerti." "Dan ada satu hal yang harus selalu kau ingat. Tanganku haus akan darah, ku harap aku t...