Bab 10 {Salah}

6 1 0
                                    

"Astagfirllah!" Tanaya menutup mulutnya membuka matanya lebar-lebar, merasa tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.

"Saya harap bisa membicarakan rencana selanjutnya secepatnya. Saya mungkin tidak bisa membawa orang tua saya datang kemari tapi saya akan mengajak anda sekeluarga ke kediaman kami." Ucap Alfaroz dengan dialek Inggrisnya.

Sebelumnya Alfaroz sempat menatap penuh kemarahan karena berpikir dirinya telah ditipu oleh Tanaya.

Alfaroz sempat marah dan berniat untuk segera pergi tapi Farid berhasil menghentikanya. Alfaroz berpikir anak yang di gendong Tanaya adalah anaknya dengan pria lain. Budeh Rahma yang melihat Alfaroz berteriak di depan Tanaya yang sedang menggendong anaknya langsung mengambilnya dan membawanya pergi. Takut di culik kali ya? Secara tampilanya macam rentenir hehe

"Kau berteriak di hadapan anak kecil, yang bahkan tak kau ketahui anak siapa. Sungguh seperti pria yang tak tau etika" Kata Tanaya lembut, menyindir.

Kedatangan Alfaroz membuat heboh warga, pengajian yang sedang berlangsung terpaksa di bubarkan, sang papah sampai berlari ke rumah sekencang mungkin karena info yang di sebarkan bocah-bocah.

Sang papah bahkan sempat membuat keributan karena berpikir istrinya terlilit hutang. Dan untungnya sang papah adalah guru bahasanya sehingga ia dapat mengerti apa yang di bicarakan Alfaroz, berbeda dengan sang mamah dan deretan pria berseragam yang hanya menatap bingung tak mengerti.

"Dari mana anda mengenal putri saya? Dan mengapa putri saya? Orang seperti anda, bukankah selalu saja membuang sesuatu jika bosan" Ucap sang papah garang khas tatapan mengintimidasi.

Bisa di bilang papahnya terkenal karena sifatnya yang arogan, posesif, dan overprotective. Tanaya sih berharap dengan ini si pangeran bakalan menyerah, tapi kalau pangeran pergi Tanaya gak akan pernah bertemu dengan Farid lagi dong? Ini sungguh situasi yang membingungkan.

"Secara tidak sengaja kami bertemu dan saya mulai mengenalnya. Saya juga tidak tau mengapa harus putri anda yang bersikap kekanakan yang saya pilih. Padahal nantinya bisa saja putri anda yang akan menjadi Ratu. Dengan sikapnya yang seperti itu saya tak yakin ia layak. Dengan alasan ini saya akan membantunya ketika ia berada dalam kesulitan, dan semakin dekat dengan putri anda. Saya juga tak akan pernah membuangnya seperti barang" Perkataan Alfaroz jelas sekali bukan pujian, membuat Tanaya menatap penuh kemarahan.

'Dia dateng mau ngelamar atau ngajak gelut si?' Batin Tanaya merasa kesal.

"Kalau di antara kalian memang tidak ada masalah dengan pernikahan ini, dan karena kalian sudah memutuskan. Saya tidak mungkin menghalangi"

"Gak! Memangnya Naya bilang setuju dengan lamaran yang di bawa pangeran?"

"Bukankah kita sudah pernah membicarakan hal ini sebelumnya? Aku rasa sudah pernah mengatakan kalau aku tak bisa menunggumu karena aku memiliki waktu yang terbatas"

"Anda mengatakan kalau tak ingin mendengar kalimat penolakan dari saya. Itu berarti anda telah membuat keputusan sepihak. Bukan keputusan kita. Padahal yang menikah bukan hanya anda seorang?"

"Apa alasan kau menolak lamaranku?"

"Saya tidak bisa memberitaukanya"

"Bukankah kau hanya bingung ingin mengarang cerita seperti apa?"

"Bukan begitu hanya saja, saya rasa saya belum siap" Tanaya mulai kehabisan kata-kata.

"Jangan jadikan pemikiran burukmu alasan untuk kau terus terpuruk. Itu hanyalah masa lalu, kau harus segera sadar karena kini kau hidup di masa sekarang bukan masa lalumu yang kelam" Tanaya Speechless.

Décision Imperium {ONGOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang