Pilih Saja Aku

16 1 0
                                    

"Kantin ngga saa? " tanya bagas sesaat setelah guru bahasa Indonesia, bu lusi keluar dari kelas.

"Yok gas" aku lalu menarik tangan bagas menuju kekantin.

"Rame banget gas. Banyak kakak kelas lagi. Balik ajalah" aku memang paling malas jika sudah berpapasan dengan kakak kelas. Bukan apa apa, aku memang malu jika harus berpapasan dengan kakak kelas. Apalagi kakak kelas cowok. Mereka memang tak pernah menggangguku, tapi aku dengar dari teman ku jika ada kakak kelas paling berbahaya disekolah ini. Perempuan anak kepala yayasan yang hobbynya membully. Bukanya aku lemah, penakut atau apa ya, tapi karna aku males ribut aja. Karna kalo aku digangguin atau ribut sama seseorang, pasti lelaki disamping ku ini langsung ikutan ribut sama orang yang bermasalah sama aku.

"Lah saa gue laper " ucapnya dengan nada memelas.

"Ntar aja belinya kalo udah sepi gas"

"Kalo nunggu sepi ya berarti nunggu masuk saa, nunggu masuk sama aja bolos pelajaran buat makan dikantin, yang namanya bolos itu berarti cari gara gara saa"

"Lagian saa yang namanya kantin itu ngga pernah sepi kali" bener juga

Belum ku menjawab, bagas sudah menarik tanganku, duduk di segerombolan laki laki yang aku ketahui teman teman bagas saat ekskul basket.

"Woy gas! " sapa lelaki berambut cepak yang lumayan tampan.

"Woy" sapa bagas balik. Sapaan macam apa itu cuma woy woy woy aja. Emangnya mau tawuran apa?

"Tumben lo ikut ngumpul " ucap leali yang rambutnya menjuntai ke bawah macam oppa oppa korea gitu. Kulitnya putih bersih.

"Ngga kebagian meja gue"

"Eh eh lo bawa siapa gas?  Bening bener" kini giliran lelaki yang sedang memangku gitar di pahanya.

"Alah sok ngga tau lo ndra, kayaknya tiap kita latian basket lo ngomongin dia mulu " bukan bagas yang menjawab melainkan lelaki yang mirip oppa korea itu.

"Heheh gue kan cuma biar bisa dikenalin langsung aja dan sama bagas" ucap lelaki yang memangku gitar lagi. Kali ini sambil cengengesan ngga jelas.

"Oh iya gue kenalin langsung ya, "
"Salsaa kenalan gih" perintah bagas. Aku menurutinya. Mengangkat tangan ku untuk berjabatan dengan lelaki yang berambut cepak itu.

"Immanuel, panggil aja el"

"Salsaa" ucapku tersenyum kaku.

"Dani, panggil sayang ngga papa kok" ucap lelaki yang sangat mirip oppa korea itu kemudian di soraki oleh teman temanya yang lain.

"Salsaa" balasku menjabat tangan Dani.

"Andra. Panggil mas aja ngga papa biar sopan sama calon suami sendiri" gantian lelaki yang memangku gitar memperkenalkan diri.

"Salsaa" aku menerima uluran tangan Andra.

Menurut ku, menurut kesan pertamaku, teman teman bagas yang sedang semeja denganku ini sangat humoris. Terbukti dari aku datang hingga duduk memakan makanan mereka selalu mengeluarkan cerita receh yang menurutku tak lucu tapi entah mengapa mereka sampai tertawa terbahak-bahak seperti itu.

"Salsaa kok diem aja si" tanya Dani

"Terus suruh gimana? " sahutku

"Ya gimana ya?  Tau deh bingung juga" dani menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Aku melanjutkan makan ku hingga tiba tiba suara seseorang menginterupsi ku untuk berhenti dan mendongak ke arahnya.

"Salsaa kalo jam segini itu pagi atau siang sih" tanya El yang suaranya tadi menyuruh ku untuk berhenti makan.

Abang ku Itu,Mantan Pacarku (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang