17 : Pulang

3.3K 70 0
                                    

"Nggak bisa gitu dong!" seru Marvel. Ia terlihat sangat marah sejak menerima telpon.

"Bilang sama Wiwan, kalau kita akan cabut saham di perusahaan mereka."

Anita sedang berada di sebuah restoran di sebuah kota. Marvel mengajaknya ke kota karena ingin menerima telpon. Di hotel sinyal sedang sangat buruk.

Marvel terus menaikan suaranya kepada si lawan bicara di sebrang telpon, membuat Anita yang sedang memakan es krimnya harus menutup telinga karena suara Marvel yang sangat kencang.

Setelah selesai bincang-bincangnya, Marvel menarik tangan Anita. "Hari ini kita pulang!" seru Marvel.

Anita yang sedang menggigit sendok es krimnya menunjukkan wajah kecewa. Ia masih ingin berlama-lama di tempat ini. Menikmati keindahan alam dan berwisata ke beberapa tempat.

Marvel dan Anita masuk kedalam mobil. Marvel melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, dan Anita tidak tau alasannya kenapa.

Sampai di hotel, Marvel segera memberi tau Maya dan Farel.

"Ma, Pa, kita harus pulang. Ada sesuatu yang terjadi sama Farenhad Company."

"Loh? Kok mendadak vel?" tanya Maya.

Marvel segera berbalik dan kembali berucap. "Kita harus pulang sekarang, Ma. Ini penting."

Maya segera memberi tau semua anggota keluarganya tentang kepulangan mendadak mereka.

Kayla menghembuskan nafas beratnya. Ia masih ingin berlama-lama di Maldives. Namun Marvel tiba-tiba mengabarkan mereka semua akan pulang.

Ia juga tidak terlalu tau apa alasan Marvel yang tiba-tiba marah dan ingin pulang.

"Lo tau nggak, Nan? Kira-kira Kak Marvel kenapa ya?" tanya Kayla.

Ananta yang sedang menutup tas nya hanya mengedikkan bahu.

"Padahal gue masih mau disini." ucap Kayla.

"Ada bagusnya juga kita pulang. Gue males ngejar materi." sahut Ananta. Kayla mengerucutkan mulutnya. Orang-orang seperti Ananta selalu memikirkan sekolah dan pelajaran.

Sedangkan Anita sedang merapikan baju-baju di kamarnya. Marvel sedang berada di kamar mandi, entah sedang berbuat apa.

Anita menghembuskan nafasnya. Mungkin nanti ia akan bertanya pada Marvel apa yang terjadi.

***

Anita lebih memilih duduk di tempat duduknya ketimbang ia harus mengganggu Marvel yang ingin sendiri di kamar.

Bermodalkan selendang panjang berwarna abu-abu, Anita menghantam dinginnya udara yang dikeluarkan oleh AC yang ada dalam pesawat.

Mungkin semua anggota keluarga sudah tidur. Anita masih terjaga karena ia sangat penasaran apa yang terjadi. Mengapa mereka harus pulang lebih awal dan mengapa Marvel marah-marah.

Larut dalam lamunannya, ia menyenderkan kepalanya dan melihat pemandangan malam hari dibawah sana. Masih 4 jam lagi mereka tiba di tempat tujuan.

Pergerakan di kursi sebelahnya membuat Anita menoleh. Marvel duduk disebelah Anita, membuat Anita tiba-tiba berdebar.

Entah sejak kapan perasaan ini timbul. Hal yang merugikan adalah Anita selalu saja salah tingkah jika melihat wajah tampan Marvel.

Love is EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang