26 : Dokter yang kompeten

3.6K 81 0
                                    

Kenneth dan Marvel sedang berada di ruangan yang sama. Mereka baru saja selesai mendiskusikan soal masalah keuangan perusahaan, dan Marvel meyakinkan Kenneth bahwa masalah kali ini bisa ia tangani.

Namun ada yang berbeda dari Kenneth. Wajahnya pucat dan sering mengeluarkan keringat. Bahkan saat berbicara pada Marvel, Kenneth tak jarang memegang perut bagian kanannya.

"Ngopi dulu, bro." Marvel membawakan gelas kopi ke hadapan Kenneth.

"Simpen dulu di kulkas, nanti gue minum. Gue mau nganter berkas ini ke client."

Marvel mengangguk sambil menyeruput kopinya. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan Kenneth hari ini. Ia membiarkan partner nya sekaligus sahabatnya keluar dari ruangannya.

***

Ananta duduk di tempat duduknya. Tas Kayla sudah ada tetapi si empunya tas tidak terlihat sejak tadi. Kathlin dan Nesa juga tidak ada.

Mungkin saja Kayla dan teman-temannya sedang berada di kantin. Masih ada waktu luang yang cukup untuk ke kantin sebelum bel masuk berbunyi nyaring.

Ananta mengeluarkan buku Matematikanya dan mulai mencoret-coret buku tersebut dengan rumus-rumus yang memusingkan.

Suara yang membisingkan sama sekali tidak mengacaukan konsentrasi Ananta. Sampai suara bising itu semakin mendekat dan tiba-tiba suara pintu yang di gebrak membuat Ananta mendongak.

Orang yang mendobrak, Ananta kenal siapa dia. Dia adalah kakak kelas yang Kayla tunjukan fotonya saat mereka di Maldives. Kakak kelas yang mengambil sekaligus menghancurkan hati Kayla.

Rahang Ananta mengeras seketika. Pensilnya ia letakkan di samping buku tulisnya. Ia menatap tajam pada kakak kelas yang sedang mengedarkan pandangannya. Lalu tatapan mereka bertemu.

Daniel mendekat pada Ananta. Ia berdiri di hadapan Ananta dan membukukkan tubuhnya karena postur tubuh yang lebih tinggi.

"Lo liat Kayla?"

Mau apa orang ini nyariin Kayla? Batin Ananta.

"Mau apa lo?" Tanya Ananta seperti menantang. Daniel tersenyum miring.

"Gue ada urusan sama dia. Lo pacarnya?"

Ananta tidak menjawab. Ia masih terus menatap Daniel dengan tatapan tajam.

"Bilangin sama cewek lo, punya mulut tuh dijaga. Jangan mengumbar fitnah kemana-mana."

Ananta mengangkat sebelah alisnya. "Maksud lo?"

"Lo tau? Kayla pernah ngakuin perasaanya ke gue lewat chat. Gue tolak, dan dia sebar gue sebagai orang bejat. Bangsat emang tuh cewek! Bener-bener murahan!"

Ananta berdiri dan sekali hentakkan ia memukul wajah Daniel. Seisi kelas yang tadinya sibuk dengan aktivitas masing-masing langsung mengarahkan pandangan mereka pada Ananta.

"Ngomong apa lo barusan?! Dasar anjing!" Ananta memukul wajah Daniel sekali lagi, seakan memukul sekali tidak merasa puas sama sekali.

Daniel berhasil berdiri tegap. Sisi wajah bagian kanannya sudah memar.

"Masalah lo apa sih?! Emang cewek lo aja yang mulutnya nggak bisa dijaga!"

Love is EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang