46 : Confused

1.4K 82 19
                                    

Anita dipanggil ke ruangan Elmex. Sedari tadi ia hanya menunduk, tak berani membalas tatapan Elmex yang terlihat sangat kecewa.

Elmex melipat tangannya di depan dada bidangnya. Ia bersandar di meja kerjanya.

"Saya tidak bisa menahan kesalahan kamu lebih lama, Anita. Saya harus berbicara dengan dewan tentang hal ini. Kemungkinan kamu akan dirumahkan dan tidak bekerja selama beberapa hari." Ucap Elmex dengan suara yang berat.

Anita tercengang. Ia mendongak. Dapat dengan jelas terlihat bahwa Elmex sangat marah.

"Ba-baik, dok. Saya Terima semua sanksi yang akan diberikan." Ujar Anita. Ia tidak boleh protes karena memang ini adalah kesalahannya. Ia sudah menghancurkan sumpahnya karena ia tidak bisa menaruh keselamatan pasien menjadi sebuah prioritas. Ia sangat egois dan tidak profesional.

"Saya juga akan ada pertukaran tenaga medis ke luar negara. Masih lama sebenarnya, tetapi karena saya tidak bisa bertemu kamu beberapa hari kedepan, saya pamit sekarang saja." Ujar Elmex kemudian.

Anita tersenyum kecil. "Selamat dok. Kalau begitu, saya pamit dulu."

Elmex mengangguk. Namun gerakan Anita seketika terhenti dan matanya terbuka lebar saat mendengar perkataan Elmex.

"Rumah tangga yang tidak didasari dengan cinta memang rumit. Saya harap, kamu bisa melewati semua ini."

***

Anita memarkirkan motornya di sebuah cafe yang terlihat kumuh dan berantakan. Anita memesan kopi hitam hangat. Ia duduk di dekat jendela yang berada di paling pojok cafe tersebut.

Sudah menunjukan pukul 10 malam dan masih saja banyak kendaraan yang berlalu lalang menguasai jalanan raya. Anita terus saja menatap kosong kearah jalanan tersebut yang disinari oleh terangnya lampu kendaraan yang lewat.

Air matanya jatuh tanpa sebab. Memang benar kata orang. Disaat mulut tak bisa berbicara, mata akan mengekspresikan bagaimana perasaan kita.

Anita menangkup wajahnya. Ingin rasanya berteriak namun ia tahan. Bisa-bisanya ia melupakan sumpahnya untuk menjadi seorang dokter. Sangat tidak profesional dan ceroboh.

Pesanannya pun datang. Anita mendongak dengan wajah merah dan mata yang sudah sembab. Si pelayan kebingungan dan langsung pergi.

Anita memegang cangkir kopinya. Ia meniup sebentar lalu menyeruput sedikit demi sedikit tetesan pait dicampur manis itu, sembari telinganya menikmati suara alunan musik yang dinyalakan di dalam cafe.

Tiba-tiba ponselnya berdering, membangunkan Anita dari lamunan. Ia segera melihat nama siapa yang tertera dan ternyata Marvel.

Anita tersenyum getir. Ternyata Marvel masih peduli dengannya.

Ia menjawab telepon tersebut.

"Halo..."

"Lo dimana?!" Tanya Marvel dengan gaya bahasa yang berbeda serta dengan nada suaranya yang tinggi. Anita terkejut. Ia melihat kembali layar ponselnya, takut ia salah menjawab telepon.

Tapi suaranya memang suara Marvel.

"B-bentar lagi aku pulang." Jawab Anita. Ia masih menahan air matanya dengan cara mendongak keatas.

Love is EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang