Don't forget to like, share, and comment. And enjoy the story...
.
Orang itu adalah pria paruh baya yang ia tabrak saat sedang berlari menuju stasiun.
'Bagaimana bisa dia? Tidak, bagaimana bisa ada diatas sini tanpa tangga atau apapun? Dan bukannya tadi aku sedang sendirian.'
Yuki masih menatap pria paruh baya yang didepannya itu dengan bingung bercampur takut dan terkejut. Begitu juga dalam pikirannya terdapat banyak pertanyaan mengenai pria yang didepannya ini.
Pria paruh baya itu tersenyum lembut padanya. Seperti mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Yuki saat ini. "Dari wajahmu sepertinya kau tidak melupakan wajahku ini. Itu benar aku pria yang kau tabrak di café tadi. Aku datang kemari untuk menemuimu Yuki."
"Eh, Yuki, watashi. Anata wa dare desuka? Dan bagaimana anda bisa tahu nama saya? Dan juga bagaimana anda bisa-" ucapan Yuki terpotong karena mulutnya dibekap oleh pria didepannya itu.
"Shtt. Tenang Yuki. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu itu. Tapi pertama-tama kita harus berpindah ke tempat yang nyaman terlebih dahulu." Ucap orang itu masih menutup mulut Yuki dengan tangan kanannya yang dilapisi sarung tangan putih.
CTIK
Dengan jentikan jari mereka sudah berada di taman. Taman terlihat sunyi. Mereka dapat melihat bangku taman di samping mereka dan sebuah lampu taman yang masih menyala dan menyoroti kedua insan tersebut. Tunggu sebentar lampu tamannya hidup! Bukannya sedang mati lampu? Bahkan hanya lampu ini yang menyala, lampu yang lain tidak ada satupun yang menyala.
Pria itu melepaskan bekapannya dan kembali menatap Yuki. Dia tahu kalau kali ini Yuki memiliki banyak pertanyaan mengenai dirinya. Tapi pertama-tama untuk mencairkan suasana di antara mereka berdua. Pria itu pun membuka mulutnya.
"Nama saya Sakamaki Tougo. Atau lebih tepatnya saya dipanggil Karlheinz. Saya adalah negarawan. Dan saya bukan manusia." Ucap pria yang dipanggil Karlheinz itu, hingga membuat Yuki kembali membelalakkan matanya.
'Bukan manusia.' Batinnya tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh Karlheinz itu. Tapi memang benar sih cukup mustahil manusia biasa bisa berpindah tempat hanya dengan jentikan jari.
"Kalau begitu apa? Eh, maksud saya anda siapa? Eh, le-lebih tepatnya...anu." Tanya Yuki sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya takut jika salah bertanya.
Yuki menundukkan kepalanya karena malu menanyakan hal seperti itu. Masih menunggu jawaban dari Karlheinz, tetapi Karlheinz tidak mengatakan apapun melainkan hanya menatap luka ditubuh Yuki yang sudah ditutupi oleh perban. Yuki yang sudah tidak sabar mengangkat kepalanya agar bertatap muka dengan Karlheinz. Betapa terkejutnya dia melihat taring panjang yang ada di mulut Karlheinz. Dia kembali menyimpulkan kalau orang yang didepannya itu adalah 'vampir'.
Yuki bergerak mundur secara perlahan-lahan berusaha untuk melarikan diri. Sebelum dia lari dari tempat itu, tiba-tiba saja dia sudah duduk dibangku taman.
"Kau ingin seperti bulan itu kan? Yuki." Tanya Karlheinz sambil menatap bulan. Secara refleks Yuki langsung menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu katakan, alasan apa yang membuatmu ingin menjadi bulan itu? Bukannya menjadi seperti bintang." Tanya pria itu lagi.
"Soalnya dia selalu menerangi malam yang gelap. Walaupun cahaya yang dipancarkan bukan dari dirinya. Tetapi semua orang tidak menyalahkannya, malah merasa senang, begitu juga dengan saya. Karena itu, saya ingin menjadi seperti bulan itu." Jawab Yuki dengan nada yang pelan.
Karlheinz tersenyum mendengar jawaban dari Yuki. Tiba-tiba saja dia menepuk kepala Yuki dengan pelan, hingga membuat Yuki mendongak menatap dirinya.
"Katakan padaku apa yang paling kau inginkan Yuki." Tanya Karlheinz dengan senyum seringai yang menghiasi wajahnya.
Pertanyaan yang dilontarkan Karlheinz langsung dijawab dengan mantap oleh Yuki. "Kasih Sayang."
"Kalau begitu aku akan memberikan kasih sayang yang sesungguhnya padamu."Ucap Karlheinz dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
Secara tiba-tiba muncul kertas berwarna hitam di bagian belakangnya dan sebuah pena yang terbuat dari bulu didepan Yuki. Kertas tersebut seperti kontrak, dan Yuki harus menandatangani kontrak tersebut.
"Tidak usah memaksakan diri dulu. Kau bisa menyimpannya terlebih dahulu dan menandatanganinya kalau sudah yakin." Ujar Karlheinz agar Yuki tidak merasa terbebani.
Perkataan Karlheinz tidak membuat Yuki ragu, ia segera mengambil pena bulu tersebut dan menandatangani kontrak itu. Melihat perlakuan Yuki membuat Karlheinz tersenyum lebar.
'Yappari, aku tidak salah pilih.' Batin Karlheinz senang.
Selesai menandatangani. Kontrak itu langsung terbakar dengan sendirinya bersamaan dengan pena bulunya hingga menyisakan abu, yang tak lama kemudian angin bertiup kencang membuat abu-abu itu tertiup angin hingga terpencar entah kemana.
Bersamaan dengan tiupan angin. Tiba-tiba badan Yuki membeku dan tatapan matanya mengosong seperti dihipnotis. Karlheinz menyentuh daerah pipi kiri Yuki dan mengelusnya dengan lembut. Tidak ada penolakan dari Yuki, badannya hanya diam dan matanya menatap mata Karlheinz dengan kosong.
"Mulai sekarang, namamu Tsukishiro Yuki. Kau akan menuruti perintahku. Dan akan berusaha mendapatkan kasih sayang yang kau inginkan. Dan juga terus membagikan kasih sayangmu sebesar-besarnya. Kau mengerti Yuki?" Perkataan Karlheinz dibalas anggukan Yuki dan jawaban singkat. "Ha'i."
Tak lama kemudian, badan Yuki kembali bergerak. Dirinya dan badannya normal, tetapi tatapan matanya berubah menjadi dingin dan dengan ekspresi yang terkesan dingin atau lebih tepatnya datar.
Karlheinz mengulurkan tangannya dan disambut oleh Yuki.
Tap tap tap
.
.
.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon And Sun
FanfictionBulan... Bulan adalah ciptaan Yang Maha Kuasa. Ciptaan yang sangat penting bagi kehidupan. Bahkan aku juga mengaguminya. Cahayanya yang bukan berasal dari dirinya, membuatnya bersinar tidak terlalu menyilaukan mata. Cahayanya yang menyinari kegelapa...