Good Play, Nice Melody Part I

56 4 0
                                    

Shuu POV

"Memangnya apa yang kau ingat, Yuki-chan?" Tanya si mesum dari seberang sana dan dibalas oleh suara yang indah dan menenangkan diriku ini.

"Himitsu." Katanya. Ah...sejak kapan aku jadi menyukai suara itu. Rasanya aku ingin terus mendengarkan suaranya itu.

"Ada apa Yuki-san?" Tanya penyuka teddy bear di seberang sana.

"Aku ingin bertanya pada Shuu-san. Tapi, dia masih tertidur." Jawab gadis itu membuatku langsung membuka mata dan menatap langit-langit.

"Apa yang kau ingin tanyakan?" Tanyaku kembali menutup mataku.

"Eh, anu, apa kali ini Shuu-san akan mengajari saya bermain biola?" Tanya gadis itu penuh harapan.

Aku membuka mataku melirik sekilas kearahnya. "Pukul 3, di ruang musik. Kalau kau terlambat satu detik saja, aku tidak akan mengajarimu lagi." Jawabku setelah berpikir sebentar. Dia pun membalas iya dengan semangat.

__________________

Tidak ada tempat yang paling menenangkan kecuali ruang musik. Sambil menunggu gadis itu datang, yang kulakukan hanya tidur di sofa. Sampai akhirnya aku mendengar suara ketukan disambung suara manis itu.

Tok tok tok

"Shuu-san ini Yuki, saya akan masuk."

Cklek Krieet~

"Kau tepat waktu. Ambil biolanya dan perlihatkan kemampuanmu dari buku-buku yang kau baca." Perintahku dengan mata yang masih terpejam. Dibalas baiklah olehnya.

Tak lama kemudian aku mendengar alunan musik dari biola tersebut. Alunan yang sangat indah. Aku membuka mataku dan menatapnya. Kuperhatikan dirinya yang berusaha menyesuaikan nada-nada yang dimainkannya. Gadis ini, Yuki, tidak pernah berubah dari dulu.

☆★☆★☆★

(2 Tahun Lalu)

'Mereka lama sekali. Dan kenapa kami harus naik kereta? Ini benar-benar merepotkan.' Gerutuku dari dalam hati. Aku menutup mukaku dengan koran. Kesunyian melanda di sekitarku. Hingga aku mendengar suara nafas yang terdengar cepat dan terputus-putus dikarenakan lelah.

Suara itu benar-benar menggangguku. Ingin rasanya aku mengusirnya sampai akhirnya aku mencium bau yang sangat wangi. Bau darah yang sangat lezat. Yang menggodaku untuk menghisap darah manis itu.

Aku menurunkan sedikit koran yang menutupi wajahku sehingga aku melihat siapa yang berbau lezat ini. Aku melihat seorang gadis berambut putih kebiruan dengan iris biru muda. Dia memiliki wajah yang terbilang cukup manis. Mataku langsung mengarah ke arah kakinya.
Yang benar saja kakinya berdarah dan dia tidak mempedulikannya. Tanpa sadar aku mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya kuucapkan. Dan benar dia langsung pergi.

Aku menatap kepergiannya. Hingga akhirnya aku mendengar suara yang membuyarkan lamunanku.

"Woi, Shuu. Ayo kita pergi," kata si kembar merah ini. Aku segera bangkit dan berjalan mengikuti mereka bertiga. Sesekali aku melihat kebelakang untuk melihatnya lagi. Mungkin aku dapat bertemu dengannya lagi.

______________________

Dan benar aku bertemu dengannya lagi. Aku tidak menyangka dia mau menandatangani kontrak aneh itu. Ternyata dia sangat bodoh.

'Ano kata' memberi kami perintah, untuk bersama dengannya selama sebulan ini, tepatnya sampai tahun baru, kecuali hari minggu. Dia membagi waktu kami bersama dengan gadis itu. Ternyata, cara membagi waktunya yaitu sesuai urutan kelahiran kami. Dan sialnya hari pertama atau hari senin itu aku.

'Ano kata' juga memerintahkan kami untuk meningkatkan kemampuannya selama liburan. Kemampuan yang dimaksud adalah bakat atau sesuatu yang kami berenam kuasai, contohnya Reiji yang menguasai bidang akademik maka dia akan mengajari gadis itu untuk meningkatkan akademik gadis itu.

Sebelum ke mansion kami, Gadis itu diperintahkan untuk tinggal di apartemen dengan tujuan untuk meningkatkan kemandiriannya. Dan anehnya dia menuruti saja, apakah dia yang gadis penurut? Atau dia memang bodoh?

Mengenai kemampuan yang akan dia kuasai dariku adalah musik. Aku diberi tugas untuk mengajari gadis itu tentang musik dan harus bisa membuatnya pandai memainkan piano dan biola. Ah, merepotkan.

"Ano, Shuu-san akan mengajari saya bermain piano atau biola?" Tanya gadis ini. Saat ini aku berada di apartemennya. Cukup merepotkan kalau aku mengajarinya bermain piano apalagi biola. Jadi aku memberinya buku-buku musik dan panduan bermainnya.

"Bukannya aku menyuruhmu membaca buku-buku itu!?" Tukasku malas.

"Ee... sebenarnya saya sudah selesai membacanya," balasnya sampai membuatku membuka mataku dan menatapnya tak percaya. Aku memberinya lima buku dan dia hanya membacanya selama 20 menit.

"Kau yakin sudah membaca semuanya?" Tanyaku tidak mempercayainya mungkin saja dia berbohong.

"Hai." Balasnya tegas. Aku melihat sorot matanya yang sangat yakin itu, tapi ada yang aneh dari dirinya.
"Sore jaa, apa Shuu-san akan mengajari saya?" Tanyanya lagi.

"Baiklah jika itu maumu," balasku. Sebelum dia senang dulu aku langsung berbicara lagi. "Tapi, jika kau berhasil memainkan La Campanella dalam waktu 3 minggu ini maka, aku akan mengajarimu." Sambungku membuatnya terdiam.

"Baiklah, saya terima. Tetapi jika saya berhasil, Shuu-san akan mengajari saya bermain piano dan biola?" Balasnya lagi. Yang benar saja selama ini tidak ada yang berani menerima tantanganku. Dia ini sulit dimengerti.

"Terserah." Jawabku malas sambil menutup mataku.

Sesaat setelah itu aku mendengar suara tapak kaki. Yang berjalan menuju pintu rumah.

"Kalau begitu saya permisi ke toko buku dulu Shuu-san. Saya tidak akan lama." Ucap gadis itu dari arah pintu rumah kubalas dengan gumammanku.

'Gadis ini lain.'
.

.

.

.

.

Review :

"Kenapa tidak dilanjutkan?"

"Shuu-san!" Kagetnya.
.

Hai... Minna-san...
Apa kabar? Semoga sehat-sehat saja... (amin..)
Saya tidak up selama ini, dan... berharap kalian tetap setia membaca cerita saya.

Makasih atas semua saran kak agashii-san, vote kak Alice24__, dan teman-teman yang lainnya.
Love You All...❤💕
.
.
To Be Continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moon And SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang