BAB 25

1.5K 147 40
                                    

TYPO HARAP MAKLUM

Lets Vote & Comments

FF Membosankan!

***

Redup sorot matanya menatap sang Mama yang terbaring di atas bangsal rumah sakit. Ia tak pernah memiliki rasa benci terhadap wanita yang telah melahirkannya tersebut.

Namun, dia cuma kecewa. Kenapa di saat wanita itu jatuh sakit, tidak ada satu pun orang yang memberi tahunya? Andai bukan karna naluri yang menuntun langkahnya kesini, mungkin ia tidak akan pernah tahu kalo sang Mama diopname. Miris!

"Kenapa?" Lirih laki laki itu dengan nada sendu, menatap sedih sang Mama. "Apa karna aku udah gak dianggap bagian dari keluarga, hingga tidak ada yang memberi tahu aku? Kenapa, Ma?" Cecarnya syarat akan perasaan kecewa.

Neni Sukma cuma bungkam, tak mau buka suara. Ia membuang muka seolah tak sudi melihat putra kandungnya tersebut. Rasa marah dan kecewa terhadap putranya tersebut masih menguasai hatinya hingga detik ini.

"Kesalahanku memang besar, tapi apa aku juga tidak boleh tahu keadaan orang tuaku sendiri? Kenapa, Ma? Kenapa?"

"Mama boleh benci Kinal seumur hidup Mama, tapi sedikit pun perasaan sayang Kinal ke Mama tak akan pernah berkurang. Kinal menyayangi Mama melebihi rasa sayangku pada nyawa Kinal sendiri. Mama segalanya bagi Kinal. Tolong, tolong maafin Kinal, Ma."

Kinal masih terus berkeluh kesah mengeluarkan uneg uneg yang tertimbun di dalam dada selama ini. Berlutut di pinggir bangsal, mengharapkan maaf dari Mamanya tersebut.

Di luar ruangan, tampak Shani menangis dalam diam. Suara Kinal yang terdengar begitu memilukan mau gak mau membuat perasaannya turut sedih juga. Dalam dekapan sang Papa, dia tak bisa menutupi perasaan dukanya.

Devian Putra pun mengusap lembut bahu putrinya tersebut menenangkan. Bukan hanya Shani, ia pun sebenarnya juga turut bersedih hati.

"Maafkan Papa, Nal. Terpaksa Papa melakukan semua ini, karna semua Papa lakukan demi kebaikkan kamu. Sekali lagi, maafkan atas kekasaran Papa selama ini."

[…]

"Mi, Kinal udah pulang belum?" Seru Veranda seraya berjalan menghampiri Naomi yang sedang asik duduk di soffa ruang tengah. Menonton acara TV yang menayangkan film India. "Ck, nih anak cantik cantik nontonnya film India. Kenapa gak sekalian nonton ketoprak atau kalo gak wayang kulit. Heran." Batinnya 'Takjub' dalam artian sebaliknya.

"Udah." Sahut Naomi tanpa menoleh, terlalu fokus pada film yang ditontonnya.

"Trus, dimana dia sekarang?" Veranda ikut duduk di single soffa samping kanan Naomi.

"Sama Shania."

"Kemana?"

"Tau!"

"Kok Tau?"

"Ya emang gue gak tahu."

"Emang mereka gak bilang mau kemana?"

"Astaga, Ve! Loe bawel amat deh nanya nanya mulu, udah kayak wartawan aja loe. Gak lihat apa gue lagi sibuk? Udah sana, pergi. Ganggu gue aja loe!" Omel Naomi merasa terganggu oleh cecaran Veranda.

Veranda mendelik kesal. Ingin berkata kasar tapi takut dosa. Ia pun hanya merutuk jengkel sambil berlalu menuju kamar. Setidaknya ia bisa sedikit lebih lega setelah tahu Kinal sudah pulang. Jadi, tidak perlu merasa kuatir lagi.

---

"Ck, nih orang kemana sih? Lama banget keluarnya. Katanya cuma sebentar, udah sejam gak balik balik. Beneran kecantol suster ngesot kali ya?" Dumel Shania kesal menunggu Kinal yang belum juga kembali dari ijin keluarnya tadi.

Re:STARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang