🍃🍃60 Minutes🍃🍃
Hari-hari ku jalani seperti biasanya tanpa adanya dirimu, aku kesepian.
Cepatlah kembali, aku merindukanmu.🍃🍃60 Minutes🍃🍃
Sehari setelah keberangkatan Mark kembali ke kota, Laila kembali menjadi dirinya yang dulu, setiap hari di penuhi isakan tangis dan teriakan yang begitu nyaring.
"Dek," Dimas masuk ke dalam kamar Laila secara perlahan, dan apa yang ia lihat sungguh mengenaskan.
Kamar Laila kembali seperti kondisi sediakala berantakan, dan Laila kembali sering menangis dan tertidur di lantai dingin kamarnya lagi.
"Sampai kapan kamu mau kaya gini, Dek," tanya Dimas namun tak mendapatkan respon sama sekali
"Kakak tau kamu sedih, tapi kamu harus tau. Mark pasti sedih banget kalau kamu kaya gini," kali ini Dimas melihat sedikit respon dari Laila, Laila menatapnya dengan penuh air mata.
"Oh iya, bukannya Mark menyuruh mu menggambar dengan bagus? Apa kamu tak mau menuruti permintaannya? Kalau dia tau permintaanya tidak di turuti dia pasti akan marah," ucap Dimas sambil memperlihatkan buku gambar kecil pemberian Mark. Dan kali ini Laila pun meresponnya, ia mulai berjalan ke arah Dimas dan mengambil alih buku gambar miliknya.
"Aku kangen Mark," jawab Laila kembali menangis.
"Kalo kamu kangen sama dia, kenapa kamu ga lukis dia aja? Kalo nanti dia datang lagi kamu kasih deh lukisannya ke dia," saran Dimas dan berhasil akhirnya ia pun melihat seulas senyuman tipis di wajah adiknya.
"Kakak keluar dulu yah. Melukislah dengan bagus," Dimas mulai keluar kamar dan membiarkan, Laila yang kembali terduduk sembari melihat buku gambar di tangannya.
🍃🍃60 Minutes🍃🍃
Malam hari pun telah tiba, Dimas dan pak Rahman telah bersiap di depan meja makan untuk makan malam. Setelah persiapan makan malam telah selesai merekapun duduk dan mulai bersiap makan malam.
"Dek?" Dimas terlihat begitu kaget saat melihat Laila berjalan menuju meja makan dengan membawa sepiring makanan yang tadi Dimas antarkan ke kamarnya.
"Aku mau makan di sini," jawab Laila dan mulai duduk di hadapan Dimas.
Pak Rahman dan Dimas terlihat begitu kaget, tapi tak lama keduanya kembali tersenyum dan memulai makan malam bersama.
"Yah... Aku boleh minta sesuatu gak?" Tanya Laila dengan terus mengaduk-aduk makanannya.
"Tentu, kamu mau apa?" tanya pak Rahman girang pasalnya selama ini Laila selalu menolak atau mengamuk saat, ia menerima sebuah barang atau apapun yang pak Rahman berikan.
"Aku mau alat-alat untuk melukis," jawab Laila dengan menatap pak Rahman dengan penuh harap.
"Iya, nanti ayah belikan. Besok pagi barangnya pasti sudah sampai", jawab pak Rahman dan pak Rahman pun mulai menatap Dimas dengan senyuman sumringah yang di balas seyuman simpul dari Dimas.
🍃🍃60 Minutes🍃🍃
Keesokan harinya Laila pun kembali menjadi dirinya saat sudah bertemu Mark yang begitu menyukai kebersihan dan kerapihan.
Tok... Tok... Tok...
Laila mulai membuka pintu kamarnya saat seseorang terus menerus mengetuk pintu kamarnya tanpa henti.
"Tada," ucap Dimas sumringah dengan menunjukan semua peralatan lukis yang ia bawa pada Laila.
"Ayo,kita melukis," ajak Dimas
KAMU SEDANG MEMBACA
60 Minutes [End]
Teen Fiction[REVISI] Ku tahu hidup itu hanya sekali, ku tahu bahwa hidup tak akan selalu sesuai dengan harapan. Tapi ku mohon, hanya untuk kali ini, aku ingin kembali bertemu dan bersama dengannya. Aku berjanji tidak akan melepaskannya lagi, jadi ku mohon Kemba...