' Chp 006 ' - Revenge

3.4K 128 6
                                    

Ed memasuki ruangan yang minim pencahayaan. Terdapat seorang pria yang duduk dibalik meja besar yang disamping kiri dan kanannya terdapat 2 orang yang berbadan kekar.

"Wah, kita kedatangan tamu terhormat. Bagaimana kabar anda tuan Ed?" Ucap pria yang duduk di kursi itu.

"Kau yang membuat kekacauan di pesta malam pertemuan Presdir Retro, ya kan?"

"Wah wah, tuan Ed langsung ke topik pembicaraan huh. Kalau memang aku yang membuat kekacauannya memangnya kenapa?"

"Kau bosan hidup hm, Mr Gio?!"

"Tuan Ed, kau hanya sendirian disini. Sedangkan aku, aku mempunyai anak buah yang bisa sewaktu waktu aku menyuruh untuk membunuhmu" Jawab Gio dengan tatapan tajamnya.

"Kau salah, jika ada yang mati. Itu adalah Kau" ucap Ed dengan smriknya.

"Kau bermimpi huh"

*Dorrrrr*

Gio memegang perutnya yang mengeluarkan darah.

"Apa ini, mengapa kau menembakku? Aku ini atasanmu"

"Kau salah, mereka tidak pernah meganggap kau adalah atasan mereka. Bagaimana huh? Bagaimana rasanya dibohongi dengan waktu yang sangat lama? Apa kah sakit? Berasa ingin segera mati huh?" Ucap Ed sambil mendekati Gio.

Langkah demi langkah Ed membuat Gio semakin mundur.

"Apa ada kata terakhir sebelum aku bertindak lebih jauh?"

Gio hanya diam saja sambil menahan ras sakit diperutnya karena tertembak.

"Hanya diam, ternyata satu tembakan saja bisa membuatmu bisu hah?"

Ed yang begitu menakutkan membuat nyali Gio semakin menciut. Ia mundur hingga dinding dan terduduk seketika. Ia bahkan tidak tau bagaimana cara untuk meloloskan diri. Berteriak? Bagaimana bisa, ruangan ini kedap suara.

"Ikat dia"

Para pria berbadan besar itu langsung melaksanakan perintah Ed.

"Ok, sekarang waktunya aku bertindak" Ucap Ed dengan menghampiri Gio.

Ed mengambil pisau kesayangannya yang terukir tulisan E bewarna silver dan hitam.

*Srettt*

Ed menyayat tangan kanan Gio. Lalu menyayat tangan kiri, dan kedua kakinya.

"Kau ingat apa yang kau dan adik biadapku kepada kedua orang tuaku huh?" Ed memancarkan aura yang sangat menakutkan, dan membuat semua yang ada diruangan ini nyalinya menjadi menciut.

Gio melebarkan matanya. Ia baru tahu, selama ini Ed menyimpan dendam ini padanya dan pada istrinya (adik Ed). Gio kira hanya sebatas kesalnya Ed karena perbuatannya yang mengacaukan pesta Presdir Retro. 

"Bagaimana kau bisa tau? Kau tidak ada dirumah saat itu." Tanya Gio dengan ketakutannya.

"Kau, bagaimana bisa menyembunyikannya dariku? Kau kira aku sebodoh itu huh?"

*jleb jleb jleb*

"ARRGHHHH.. Berhentiiii AARRGHHH"

Ed menusuk badan Gio dengan brutal. Darah Gio membasahi lantai yang dingin.

"Kau tau, aku tidak akan pernah puas. Jadi nikmatilah semua ini dengan senang hati"

*crashhh*

"AAARRRRGHHH"

Ed mengarahkan pisau itu ke wajah Gio.

"Ed apa kau... tidak kasihan... hh pada adikmu? Bagaimana... bagaimana jika... aku mati... ia akan sedih... aarghhh" Gio sudah merasa ia akan bertemu dengan ajalnya. Sakit sekali. Ed benar benar seperti iblis.

"HAHH.. kasihan? Kau tau? Rasa Kasihanku itu sudah MATII, dengarr sudah MATI... sejak aku berumur 18 tahun" Suara Ed menggelegar di ruangan yang gelap itu.

Gio mengerjapkan matanya perlahan, rasa sakit ini benar benar menyiksa.

"Jika kau ingin membunuhku... sudahlah... cepat lakukan" Gio sangat pasrah. Sudah tidak ada cara lagi ia bisa melarikan diri.

"Sayangnya, tidak secepat itu"

Ed memotong tangan kanan dan kiri Gio. Darahnya mengucur dengan deras.

"ARGHHHHHHH"

"Tangan itu, yang membuat orang tuaku mati. Tangan itu, yang sudah menyeret kedua orang tuaku di hadapanku"

Gio sudah tidak sanggup lagi. Ia menyerah. Ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit ini.

"Semua perbuatan pasti ada balasannya. Dan next, istrimu. Ia akan menerima balasan selanjutnya" ucap Ed dengan nada dinginnya.

"Pistol" Salah satu bawahan memberikan pistol pada Ed.

"Selamat jalan. Aku kirimkan kau ke neraka" Ed mengacungkan pistolnya pada Gio yang sudah sekarat itu.

*Dorr dorrr dorrrr*

Ed menembak Gio dengan bertubi tubi hingga peluru yang ada di pistol itu habis. Ed menjatuhkan pistolnya.

"Bakar tempat ini" Ucap Ed. Ia mengambil jas yang diberikan oleh bawahannya, lalu membalikkan badannya sambil keluar dari ruangan itu.

Suara dentuman musik terdengar lagi saat ia keluar dari ruangan. Ia menghampiri kedua temannya dan wanita yang sudah mabuk.

"Ayo pergi" Ucap Ed sambil menggendong Sessya dan sambil berjalan keluar dari club itu yang dibelakanngnya diikuti oleh Geraldy dan Freddy.

"Bagaimana bisa huh? Iblis mau menggendongku? Apa kau sudah tidak waras hm?" Rancau Sessya yang sedang mabuk itu.

"Kau yang tidak waras, membuatku repot saja"

"Itu salahmu sendiri, siapa suruh kau membawaku kemari huhhh"

Ed hanya menghela napasnya. Ia membawa masuk Sessya ke mobilnya lalu memasangkan seatbeltnya. Ia lalu memutari mobil dan menuju kursi pengemudi.

Didepan sana, club itu terbakar. Orang yang berada didalam sana berlari untuk menyelamatkan diri. Ed memandangnya dengan senang, dengan senyum jahatnya. Ia belum puas. Masih ada lagiyang harus dibereskannya.

Sessya yang berada di samping Ed yang sedang dibawah pengaruh alkohol ini mengerjapkan matanya, ia melihat club itu terbakar.

"Neraka sudah menunggumu, cepatlah kesana keparat"

Sessya mendengar ucapan Ed, lalu ia kehilangan kesadarannya.

Ed melajukan mobilnya pergi dari club yang akan menjadi abu itu. Kedua temannya itu juga sudah meninggalkan tempat itu duluan.

"Kau berkata tidak akan mabuk, tapi apa. Kau bahkan sudah tidak sadarkan diri." Keluh Ed pada Sessya disampingnya yang tertidur.

◽▪◽▪◽▪◽

Mobil Ed memasuki perkarangan rumahnya. Mobilnya berhenti di halaman rumahnya.

Ia menggendeng Sessya dan membawanya masuk ke kamar Sessya dan merebahkannya ke tempat tidur.

Ed memandang Sessya dengan tidak berekspresi.

"Bagaimana bisa, kau yang lemah ini menjadi calon untuk menghasilkan bibit unggul dari seorang Ed" Ucap Ed lalu berjalan keluar dari kamar Sessya lalu menutup dan menguncinya.

∆ ◆ ∇ ◆ ∆ ◆ ∇

Yea...
Jangan lupa Vote dan juga Comment.
Thank u so much, thank u ❤

Luvv
Zielloiss






Psycopath LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang