Pukul enam sore ia kembali dari jalan-jalan singkatnya di Male. Sasuke tidak berbelanja apapun, dia hanya melihat-lihat. Hari terakhirnya nanti akan ia luangkan untuk membeli buah tangan pada yang lain.
Pemuda itu merebahkan diri di tempat tidur, kilas balik aroma vanili yang ringan dan manik hijau cerah itu menghantam benaknya. Dia tidak akan mengakui secara gamblang karena sungguh konyol baginya untuk tertarik pada wanita asing itu. Wanita yang sama sekali tidak ia tahu, tetapi ingin rasanya dia bertemu lagi. Kini ia terlihat seperti orang bodoh.
Ketukan di pintu terdengar. Sasuke berdiri, masih mengenakan celana pendek cokelat muda dan kaos putih polos. Pintu terbuka dan Uzumaki Naruto berdiri di depannya dengan kemeja bunga-bunga yang seluruh kancingnya terbuka. "Bagaimana harimu?"
Sasuke menekuk alis, "Tidak buruk. Aku berjalan-jalan di Male."
"Benarkah?" Naruto mengangguk, "Apa kau ingin istirahat? Aku hanya ingin mengatakan bahwa setengah tujuh akan ada acara di pesisir, sekaligus menonton matahari terbenam."
"Akan kuingat," Sasuke mendengus geli saat si pirang mengacungkan jempol, "lain kali kau bisa mengirimkan pesan. Tidak usah repot."
"Aku hanya kebetulan melewati tempatmu. Baru mengantarkan tamu spesial lainnya," dia mengedipkan mata. Sasuke mengangguk seadanya, kemudian menutup pintu ketika Naruto berbalik. Dia akan mandi.
.0.
Naruto tidak berbohong. Ketika matahari terbenam adalah pesta sebenarnya di sini.
Pondok-pondok berlampu kerlap-kerlip dinyalakan. Pantai terang benderang, dan lagu-lagu dimainkan lewat pengeras suara. Semua penghuni Hakuna yang tidak terlihat pada siang hari menampakkan diri, bergabung dengan yang lain di baliho besar, menyesap cocktail, bercengkrama dan tertawa.
Peralatan barbekyu dikeluarkan. Meja, kursi, dan sofa juga di tempatkan di atas pasir, dipenuhi banyak orang. Naruto masih dengan kemeja bunga-bunga miliknya sedang sibuk membantu koki penginapan menyiapkan sosis, daging, dan saos. Semua yang akan mereka panggang malam ini. Dia mendongak, tersenyum cerah mendapati Sasuke berjalan mendekati kerumunan.
"Yo, Sasuke!" Dia mengangkat tangan. Meletakkan rentengan sosis di meja, dan menghampiri sahabatnya.
"Benar-benar pesta, huh?" Sasuke berkomentar, mengamati sekeliling.
"Belum," Naruto tersenyum, "Semakin malam, semakin ramai. Percayalah, malam hari adalah hal lain yang kusuka di sini selain berselancar."
Sasuke mengangguk. "Jadi, kurasa Aku akan duduk,"
"Aku belum memberitahu ya," Naruto menepuk jidatnya, "Ada Shikamaru, Temari dan Sai di sini. Kurasa mereka menyusulmu berlibur."
"Aaa.." Sasuke mendapati Temari yang melambai tidak jauh dari sana. Teman-temannya. "Aku akan ke sana."
"Aku akan bergabung nanti. Nikmati malammu!"
Sasuke melewati serombongan orang yang sedang bersenda-gurau, menghampiri meja pendek dengan sofa kuning yang mengelilinginya, di tempati oleh orang-orang familiar. "Mengejutkan. Berlibur juga?"
"Tentu saja es batu! Kau pikir Cuma kau yang nyaris gila di kehidupan kota?" Temari bangkit berdiri, merangkulnya akrab. "Aku harus membujuk Shikamaru agar dia mau menyeret pantatnya kemari."
"Shika," Sasuke mendengus. Shikamaru mengangkat gelas minumannya, menyapa.
"Dan si pucat ini juga ingin ikut. Jadilah Aku terperangkap dengan dua pria minus ekspresi," Temari tertawa lepas, "sekarang tiga karena kau ada di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amante
FanfictionYang ia ingat hanya pantai, lalu suara deburan ombak, kemudian aroma laut lepas. Lalu di bawah bulan, jemari yang saling bergenggaman tangan, ayunan tubuh hanyut bersama lantunan irama dan panggilan samudera. Dengan dua penaif berharap tidak akan pe...