N

3.5K 401 17
                                    

Sasuke tidak tau bagaimana waktu bisa membawanya pada saat ini. Jemari Sakura menjambak rambutnya dengan lembut dan ia tidak keberatan. Alih-alih merasakan sakit, ia merasa terpancing.
Dia menekan tubuh itu semakin terdesak pada pohon kelapa di belakangnya. Sakura mengerang, dan dengan satu tangan Sasuke membawanya ke dalam gendongan.

Ciuman mereka terlepas, Sasuke bisa melihat kabut yang sama menutupi emerald indah itu. Sakura adalah metafora renjana dan ia ingin membawanya ke ranjangnya.

Nafas mereka beradu. Begitu dekat, hingga saling bersentuhan.

"Tidak buruk," Sakura mendesah pelan di sela tarikan nafas. "Kau pecium yang handal."

Sasuke menyeringai, kecupannya turun ke leher jenjang yang terekspos bebas itu, "kau belum melihat semua."

Sakura menempelkan bibirnya di telinga pemuda itu ketika si pria bertengger di lehernya. Ia tersenyum lebar, "kalau begitu perlihatkan padaku."

Mereka tidak bisa menjaga tangan antara satu dan yang lain. Sasuke membawanya ke kediaman miliknya, karena Sakura tinggal bersama orang lain dan itu akan merepotkan. Tangannya di punggung, lalu ke bahu dan bergerak semakin turun ke pinggul. Sakura mengecup leher itu sembari berjinjit. Tidak akan terlepas.

Pintu terbuka dan tidak ada yang peduli apakah ia kembali tertutup atau tidak. Sakura melompat ke pelukan jantan itu dan Sasuke menggendongnya, dengan senang hati menyambut bibirnya. Jemari lentiknya menggerayangi  dada Sasuke, melepas kacing kemeja yang tersisa hingga menyisakannya bertelanjang dada, kemudian memberi pijatan halus di sana.

Sasuke merebahkan wanita itu di ranjangnya. Tangannya terulur untuk melepas ikatan rambut sang hawa, mengurai surai merah muda yang membuatnya tergila-gila. Sakura tertawa, menarik tengkuk Sasuke mendekat dan kembali mendarat di bibirnya. Keduanya terengah-engah, merona karena bersemangat.

Bra merahnya jatuh ke lantai, kemudian jeans pendek yang membuat Sasuke menggeram rendah sepanjang hari melorot, di susul celana miliknya. Mereka benar-benar saling menelanjangi, menyeringai dan melihat satu sama lain tanpa cela.

Tangan pria itu bergetar ketika kembali menyentuh Sakura. Dia terlalu bersemangat, wanita ini adalah impiannya sejauh ini. Sakura melenguh lembut, dan mendesah tertahan ketika Sasuke berada di dalamnya, penuh. Simfoni indah itu melantun, begitu, berulang. Dia bisa melakukan ini sepanjang malam.

Ya;

Mereka bisa melakukannya sepanjang malam.

.0.

Sasuke terbangun ketika hidungnya terasa gatal, membuatnya bersin. Sehelai bulu angsa terbang mendarat ke wajahnya hingga ia tersadar. Pria itu bangun, melihat kekacauan di tempat tidurnya yang membawanya pada pengalaman panas tadi malam. Tubuhnya lelah, mereka melakukannya hingga subuh. Namun dia mengernyit bingung  ketika ia mengedarkan pandangan dan Sakura tidak ada di situ.

Pria itu memaksakan diri untuk duduk, ia masih telanjang dan hanya ditutupi sehelai selimut. Bertanya-tanya, di mana wanita itu.

Sakura berjalan di atas pasir dengan sedikit kesulitan. Bagian bawah tubuhnya terasa nyeri, side-effect kenikmatan yang ia peroleh semalam suntuk. Pintu terbuka, tampak Karin dan Ino dengan pakaian renang full body mereka.

"Hey cupcake," Ino menatapnya jahil, "kemana saja kau?"

"Apa malam panjang dengan bintang-bintangmu menyenangkan?" Karin menimpali dengan seringai.

Sakura meringis, berusaha mengabaikan keduanya yang menatapnya ingin tahu. Ia berjalan masuk ke rumah, tatapan keduanya masih mengikutinya. "Aku lelah. Pergilah duluan," dia berencana untuk mandi dan tidur yang layak.

AmanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang