"Aku senang bisa membantumu... iya semua beres, tidak ada masalah. Paling tadi ada angsa yang lepas... operasimu lancar? tentu, kau yang terbaik... oke, aku menyayangimu juga. bye ibu dokter.."
Sakura mematikan ponselnya kemudian menyelipkan di saku celana. Dia kemudian melirik pemuda yang sedang menyetir dalam diam di sebelahnya, sesekali juga melirik ke arahnya.
"Itu,.. Tayuya?"
Sakura menganggu, "iya. kakakku, operasinya baru selesai dan dia punya operasi lain dalam lima belas menit." kemudian Sasuke mengalihkan pandangan ke arah jalan raya yang lenggang sembari mendengus keras. Sakura mengulum senyumnya, "Aku masih tidak percaya kau benar-benar mengira aku yang akan menikah dengan Shisui."
"Ya.. siapa yang tahu?" Bahunya yang tadi tegang ketika perjumpaan mereka kini tampak lebih rileks bersandar pada kursi, "dunia kadang penuh kejutan."
"Kau benar-benar membuatku tersinggung," Sakura berdecak tidak menyembunyikan raut kesalnya, "kau kira aku wanita macam apa yang akan tidur dengan pria asing saat liburan jika semisalnya aku sudah bertunangan?"
"Bukan begitu.. waktu Shisui mengatakan dia akan menikah dengan wanita Haruno kukira itu tidak mungkin kamu. Tapi dia juga bilang calon isterinya akan datang dan tepat saat itu kau yang datang."
"Berarti tetap saja kau tidak yakin. Kau kira aku wanita murahan?" Dia tersenyum jengkel.
Sasuke meraih tangan wanita itu dengan tangannya yang bebas, menyelipkan jemarinya di antara jemari Sakura, tempat yang terasa sangat benar. Wanita itu menoleh dan ia memberi senyum kecil sembari menarik tangan itu ke bibirnya, lalu mengecupnya pelan, "maaf. oke?"
Bagaimana mungkin Sakura bisa melewatkan ini. Dia hanya tersenyum dan mengangguk. Tampaknya saat ini mobil yang sedang bergerak, suara Paul Mccarty, dan jemarinya berdampingan bersama Sasuke adalah tempat paling indah di muka bumi.
-0-
Sasuke tidak berhenti tersenyum. Dia memasukkan kunci apartemennya dan membuka pintu, kemudian membawa dirinya masuk. Di tangannya sudah terdapat kertas belanjaan yang penuh dengan barang. Ketika ia melepaskan sepatunya, dari arah dapur sudah tercium wangi rempah yang di masak, perutnya meronta dan ia semakin mengembangkan senyum.
Pria itu berjalan ke arah dapur dan meletakkan barang belanjaannya di atas pantry.
"Kau masih butuh saos ikan?" ujarnya pada sosok wanita berapron tosca yang kini membelakanginya.
"Tidak, kau lama. sudah kuganti dengan kecap asin," ujarnya tanpa melihat Sasuke. Dia mendekatkan bibirnya pada sendok dan mencicipi kuah masakannya.
"Oke--oke, anggap saja rumah sendiri," Sasuke membongkar muatannya sembari duduk di atas kursi. Dia membeli susu, keju, sereal, daging fillet, telur, salmon, dan tentu saja tomat. Wanita cantik itu ia culik ke apartemennya dan dia paksa memasakkan makan malam untuk mereka berdua. Ia rasa perlu ada malam merayakan pertemuan mereka yang dipermainkan semesta.
"Aku masih tidak percaya kau tinggal di tempat ini seorang diri," Sakura datang menghampiri meja pantry membawa satu mangkuk besar dengan tangan dilapisi sarung tangan penahan panas, dia meletakkan kuah yang mengepul menggoda itu.
"Itu apa?" Sasuke mengintip isi mangkuk.
"Capcay," Sakura memutar mata dan menepuk tangan pria itu ketika ingin mencelupkan tangannya pada masakan yang ia buat, "nanti makannya. Kau belum jawab, benar-benar tinggal sendiri di sini?"
Sasuke mengusap punggung tangannya, "iya. kenapa? Kau takut jika aku ternyata sudah menikah?"
"Lebih buruk. Aku khawatir ternyata kau punya pacar laki-laki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amante
FanfictionYang ia ingat hanya pantai, lalu suara deburan ombak, kemudian aroma laut lepas. Lalu di bawah bulan, jemari yang saling bergenggaman tangan, ayunan tubuh hanyut bersama lantunan irama dan panggilan samudera. Dengan dua penaif berharap tidak akan pe...