Matahari terbit dan tenggelam mereka saksikan berkali-kali di bibir pantai. Seperti pohon kelapa yang mengakar di sekeliling Hakuna, hubungan mereka kian bertumbuh dari perjumpaan yang terhitung jari.
Senja kesekian, angin sepoi menyapa pelabuhan.
Haruno Sakura bergelung di sebelahnya, berbinar-binar menatap cakrawala. Dan ia tidak akan bergerak, mendengarkan dengan baik cerita gadis itu tentang hidupnya. Mendengarkan dengan baik cerita tentang Haruno Sakura.
"Jadi kau sendiri bagaimana?" Sasuke menolehkan kepalanya ketika sang hawa bergerak di pelukan mereka, menatapnya penuh tanya.
"Maaf?"
"Ah Sasuke," dia berdecak pelan, "kau tidak mendengarkanku dari tadi?"
"Hn, tidak keseluruhan."
"Jika kau bisa memilih kau ingin jadi apa? Apa cita-citamu waktu kecil?"
Pemuda itu menatapnya bingung. Tidak tau bagaimana harus menjawab. Sebelah alisnya naik, belum pernah ada yang melemparnya dengan pertanyaan itu. "Itu mustahil."
Sakura mencebik kesal, pelukan mereka terlepas. "Mari berandai-andai Sasuke. Kau payah."
"Kau sendiri? Ingin jadi apa?"
Sakura menyengir, "Penjaga kebun binatang," jawabnya tanpa beban.
"Yang benar saja," dia mendengus. Konyol jika Sakura membuang posisi kerjanya yang menakjubkan dan memilih menjadi seorang penjaga kebun binatang.
"Ayolah.. apa mimpimu," gadis itu menatapnya berbinar.
Sasuke menoleh ke arah laut lepas dan termenung. Selama ini hidupnya serasa telah digariskan. Semua telah ditetapkan sesaat ketika ia dilahirkan, dan yang ia lakukan hanyalah menjalaninya. Ayahnya menetapkan semua tentang apa yang dia dan Itachi harus lakukan, dan sejauh ini tidak ada yang mengusiknya hingga Sakura kemudian bertanya.
"Sas.." sentuhan di lengan atasnya membuat ia menoleh. Gadis itu menunggu jawabannya. Dia tidak langsung menjawab dan menatapnya sembari terdiam.
"Penulis," suaranya pelan dikalahkan debur ombang, namun terdengar. Sakura menatapnya dan kemudian tersenyum.
"Penulis ya, Aku baru tau kau tertarik pada sastra." Senyumnya menular hingga Uchiha muda itu turut menyunggingkan senyum tipisnya.
"Ada satu buku yang selalu kubaca," pria itu merogoh sakunya dan mengeluarkan buku kecil berukuran sedang yang tampak sudah lusuh. Sampulnya berwarna biru donker dengan tulisan putih sederhana. Sakura mendongak, mengintip judulnya.
"Losing Eden," Sakura melafalkannya pelan, seolah berusaha mencari inti dari sebuah judul, "Kau mau menceritakannya untukku?"
Sasuke mendengus. Dia tidak suka banyak bicara dan tidak suka berbagi, Sakura memaksanya untuk melangkah keluar dari tempat itu. Namun tidak apa, karena pada ujungnya dia akan tetap bercerita. "Adam dan Hawa akan tetap memakan apel dengan atau tanpa hasutan dari iblis. Karena begitu cara hidup berjalan, mereka akan tetap mencari tau dan memutuskan. Intinya baik Adam atau Hawa, mereka akan kehilangan Eden. Semua ciptaannya akan kehilangan Eden," mata mereka bertatapan, memuja satu dan yang lain dalam kurun waktu selamanya, "seperti manusia yang akan kehilangan, pada akhirnya."
Sakura tidak menjawab. Dia terdiam, dan membeku dengan indah bahkan ketika Sasuke selesai menceritakan bukunya. Bahkan ketika pemuda itu kini meletakkan buku bersampul biru donker itu ke atas pasir. Hingga ketika deru nafas panas itu bersinggungan dengan miliknya, dan bibir mereka mulai saling merasa. Sakura memejamkan matanya, mengabadikan dengan baik di sudut-sudut memori.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amante
FanfictionYang ia ingat hanya pantai, lalu suara deburan ombak, kemudian aroma laut lepas. Lalu di bawah bulan, jemari yang saling bergenggaman tangan, ayunan tubuh hanyut bersama lantunan irama dan panggilan samudera. Dengan dua penaif berharap tidak akan pe...