Besoknya matahari kembali bersinar. Tidak terlalu terik, malah terkesan mendung. Namun itu tidak menghentikan rombongan peselancar mengeluarkan papan mereka dan berbondong-bondong ke pesisir pantai. Sasuke mengenakan celana renangnya dan bertelanjang dada, menyusul Shikamaru dan Sai yang sudah bergabung bersama Naruto.
"Hai tukang pamer," Naruto melambai ke arahnya, "pernah berselancar sebelumnya?"
Sasuke mengangguk, "beberapa kesempatan. Ada apa?"
"Bagus. Kalau begitu Aku tidak usah menjagamu di laut lepas," beberapa orang tertawa menanggapi. Naruto memang selalu seperti itu, seorang pawang yang menyenangkan.
Mereka berenang beberapa saat, menunggu ombak. Sai duduk di papannya, menatap laut biru seperti sedang menerawang. "Kau lihat rombongan gadis muda tadi?" ujarnya tiba-tiba.
Shikamaru melirik, "yang mana?"
"Yang besar," dia memosisikan dua tangannya seakan sedang menangkup sesuatu, "seperti buah kelapa muda."
"Astaga," Naruto menoyor belakang kepala pemuda itu. Dia memekik dan tertawa, "Kau baru saja mengandaikan dada wanita. Apa kau baru pubertas?"
Sasuke mendengus, pembicaraan tolol.
"Tapi yang pirang benar-benar cantik Naruto," Sai menoleh, menatapnya dengan binar yang aneh. "Ketiga temannya juga lumayan. Tapi Aku yakin si pirang tadi berkedip ke arahku."
"Tuan percaya diri," Shikamaru yang sudah memiliki Tema memilih tidak peduli. "Angkat pantatmu Sai. Dada wanita tidak akan menyelamatkanmu bila dihantam ombak."
Shikamaru benar. Ada ombak besar mendekat, dan keempatnya bersiap dalam posisi. Naruto menyeringai, dia akan menaklukkan yang satu ini seperti yang sudah-sudah.
Para pria bermain selancar.
.0.
Satu setengah jam yang menyenangkan mengendarai ombak sudah terlewati. Shikamaru menyeka air di wajahnya, dan menenteng papan selancar dengan satu tangan. Sai mencoba mengeluarkan air dari telinga. Ombak benar-benar menghantamnya tadi, dan dia bersyukur masih bisa mengapung.
Sasuke menyugar surai hitamnya yang basah. Pantai hari ini cukup ramai, mungkin karena tidak terlalu panas. Beberapa anak gadis melirik ke arah mereka, dan para peselancar pria sesekali mengirim kedipan mata. Namun dia tidak bergeming, hanya mencari-cari kapan pantai mempertemukannya lagi dengan Sakura, si merah jambu yang manis.
"Tidak buruk, bung," Naruto menenteng papan selancarnya yang berwarna oranye dan hitam. "Setidaknya kau tidak nyaris tenggelam seperti bocah penyuka dada," dia melirik Sai.
"Nyaris. Aku tidak tenggelam," Sai menekankan pembelaan.
"Bukan hanya kau yang bisa menaklukkan ombak, aquaman," Sasuke mendengus dan terkekeh. Mereka berjalan menjauhi air.
"Aku lapar," Shikamaru menggerutu di belakang mereka. "Ada yang melihat Temari?"
Naruto menunjuk dengan dagu, "tampaknya ia bertemu teman baru," ujarnya menunjuk rombongan gadis dengan Temari melambai ke arah mereka.
"Ada si pirang," Sai mengerjapkan mata. Dia tampak semangat, menyusul Shikamaru yang akan menemui Temari.
"Maksudnya Ino?" Naruto mendengus.
"Kau mengenal mereka?" Sasuke sedikit tertarik. Memang dia tau ada kemungkinan Naruto juga mengenal Sakura. Dia hanya ingin tahu lebih banyak lagi.
"Dia adik dari Deidara, sesama peselancar. Mereka rombongan berlibur bersama Karin. Masih ingat sepupuku?"
Sasuke bergidik, Karin pernah mengincarnya dulu. "Si pedofil merah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Amante
FanfictionYang ia ingat hanya pantai, lalu suara deburan ombak, kemudian aroma laut lepas. Lalu di bawah bulan, jemari yang saling bergenggaman tangan, ayunan tubuh hanyut bersama lantunan irama dan panggilan samudera. Dengan dua penaif berharap tidak akan pe...