Part 6

7 3 0
                                    

Seseorang yang pantas di ajak berjuang
Hanya seseorang yang mampu
Untuk Bertahan

~" Stevi "~

Part 6

         Jujur saja, Stevi hendak menangis. Sedari kecil, ketika Fauzab terluka, dia selalu menangis. Seakan-akan dia juga merasakan sakitnya. Padahal, terkadang Fauzan biasa-biasa saja menanggapi lukanya sendiri. Stevi duduk di samping Fauzan yang baru saja terjatuh dari motor gedenya.

        "Fauzan, Zan bangun donk. Lo gak mati kan?" saking khawatirnya, apa yang baru saja dia katakan pun tanpa sepengetahuannya. Fauzan mulai membuka matanya sambil meringis sakit lalu mengangkat motornya. Dia juga melepas helm nya. Stevi cukup lega karena wajah Fauzan tak apa-apa. Tapi, sarunga tangan lelaki itu sobek. Dapat di pastikan jika tangannya terluka.
   
        "Cie.. Khawatir sama gue." Stevi cengok. Dalam kondisi panik bagi Stevi ini dia masih bisa bercanda?

         "Lo gimana sih bisa sampe jatuh gitu?! Kalau lo luka gimana? Terus masuk rumah sakit, terus dirawat, terus makin parah, terus.." fikiran Stevi bahkan sudah melenceng ke lain arah. Lagi pula, luka kecil ditangan saja mana mungkin membuat Fauzan menghilang dari bumi? Yang benar saja.

          "Udah udah gak usah nangis. Dan, gak usah mikir macem macem. Cuma luka dikit doank kok. Sini!" ajaknya mengulurkan tangan menyuruh Stevi agar lebih dekat dengannya. Itu selalu dia lakukan kalau Stevi sedang menangis. Stevi mulai melangkah , mendekati Fauzan dan memantukkan kepalanya ke dada bidang Fauzan pelan, supaya bisa berfikir jernih.
 
           Fauzan tak hanya diam. Dia mengelus lembut puncak kepala Stevi. Sentuhan yang sangat dirindukan gadis manja ini.
           "Lo tau kan? Kalau lo luka gue juga bisa ngerasainnya?" Kata Stevi pelan sambil terus menyenderkan kepalanya di dada Fauzan. Sungguh, posisi ternyaman untuknya saat ini adalah seperti ini.

          "Iya gue tau. Yaudah sekolah yuk." mendengar kata sekolah, buru-buru Stevi melihat jam tangannya. 07.15 itu yang di tunjukkan jarum jam. Mereka sudah terlambat 15 menit. Fauzan tertawa kecil. Stevi berfikir lagi bahwa teman masa kecilnya ini sudah gila karena kepalanya sempat terbentur aspal jalanan.

          "Biasa aja kali itu muka. Bolos bareng yuk." Oi?? Kok malah ngajar gak bener? Apa Fauzan tak tau jika Stevi adalah anak paling teladan di rumahnya, bukan di sekolah ya. Iya lah paling teladan, kan Stevi anak sematawayang. Jadi, gak ada bandingannya.
   
          "Kemana? Mending balik ke kost aja deh. Tangan lo luka. Perlu di obatin." Fauzan langsung menyodorkan helm untuk Stevi.

         "Kita ke rumah pohon aja. Kan lebih seru."
  
         "Tangan lo luka Zan, harus diobatin biar gak infeksi." Fix! Stevi sudah mirip dengan emak-emak yang lagi marahin anaknya.
 
         "Tenang, kotak P3K selalu dibawa kok. Yuk." dan, pada akhirnya, Stevi tetap tidak bisa melawan. Khusus hari ini dia akan mengalah buat orang sakit.

⛲⛲⛲⛲⛲

          Tiba di rumah pohon, Stevi hanya berusaha mengingat masa keciknya bersama Fauzan. Sangat indah untuk dikenang. Crown dari bunga, kemana-mana bareng, sampe baju pun harus couple-an.
  
          "Zan, sini P3K nya, biar gue obatin." Fauzan menyodorkan P3Knya pada Stevi. Dengan cepat, Stevi membersihkan luka tangan Fauzan. Stevi selalu mampu mengobati luka Fauzan tanpa harus membuat lelaki itu meringis kesakitan. Untunglah, luka Fauzan berada di tangan kiri. Kalau ditangan kanan, dia tidak bisa menulis.

         "Btw, cewek yang di jodohin sama kamu siapa namanya?" tanya Stevi memecah keheningan. Fauzan terdiam untuk sejenak.
 
        "Dhea." singkat saja jawabannya. Kadar dingin dalam darah sedang naik bagi Fauzan.

STEZANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang