Lo ada saat gue sedih
Tapi saat gue bahagia lo hilang
Lo bukan pelampiasan Stev!~" Fauzan Juliantara "~
Part 7
Stevi akui, Fauzan memang tipe cowok yang susah peka dan deket sama wanita. Tapi, kalau sudah dekat, dia tak akan mau melepaskannya atau membiarkan wanita itu jauh darinya sedikit pun.
"Gue bisa kok tanpa lo." Dalam hati Stevi terus berkata bahwa dia sedang berbohong."Lo bisa tanpa gue. Lalu, apa lo pernah mikir, bisa gak gue tanpa lo?" Stevi tertunduk dan menggeleng pasrah. Fauzan memindahkan tangannya ke lengan atas Stevi.
"Gue gak bisa Stev."
Bruk!!
Seketika saja, Fauzan langsung memaksa Stevi masuk ke dalam pelukannya. Sementara Stevi? Dia hanya terdiam dengan rasa keterkejutannya atas apa yang baru saja terjadi. Stevi berfikir jika ini hanya khayalannya karena dia sangat sering memikirkan sesuatu yang tak penting tentang Fauzan. Tapi, dia sadar bahwa ini bukan khayalan. Dia bisa merasakan suhu tubuh Fauzan yang begitu hangat. Keinginan Stevi untuk membalas pelukan Fauzan untuk saat ini harus di coba lagi di lain waktu. Tubuhnya terlalu kaku."Lo gak bisa giniin gue Stev. Lo ada saat gue sedih, tapi lo kemana aja saat gue seneng? Lo bukan pelampiasan Stevi." Terdengar begitu jelas untuk Stevi.
"Zan, lo mau bunuh gue kah?" Stevi sudah dari tadi ingin mengakhiri drama ini. Namun, ekspresi Fauzan yang begitu serius menanggapi ucapannya membuat dia menjadi bersemangat untuk melanjutkan adegan demi adegan."Maksud lo?" tidakkah Fauzan merasa aneh dengan sikap Stevi yang berubah menjadi super drama? Mana mungkin dalam satu waktu seorang absurd seperti Stevi merubah sikapnya seperti yang baru saja ia lakukan.
"Lo kalau mau bunuh gue, peluk aja terus." Fauzan langsung melepas pelukannya dan memberi jarak antara dia dan Stevi sedikit berjauhan. Nampaknya, ada yang sedang malu malu meong.
"Masih bisanya lo bercanda saat kayak gini. Gue deg-degan curut." kata Fauzan menjitak kepala Stevi.
"Pantes aja jomblo. Ganteng-ganteng susah peka ternyata." Stevi menutup mulutnya seakan dia tak sengaja menyebutkan kalimat barusan. Padahal, itu memang sudah di fikirkannya.
Stevi melirik jam tangannya. Mereka sudah lama berada disini. 10.20 Tapi yang ada di fikiran Stevi sekarang hanya satu saat Fauzan mengatakan bahwa dia gak bisa jauh dari Stevi. Cukup kalimat itu saja yang keluar dari Fauzan, sudah membuat Stevi merasa sangat berharga bagi lelaki itu.
"Zan, gue mau pulang. Anterin cepet." Fauzan malah duduk lagi di kursi tahtanya.
"Males gue." dengan santai dia mengatakan dua kata itu.
"Laper Zan... Anterin gak. Kalau lo gak nganter, gue jalan sendiri nih." Ancam Stevi yang sudah pasti tidak akan dia lakukan.
"Jalan aja sono." Stevi terkaget. Benarkah? Dia terus meneliti setiap inci tubuh Fauzan. Apa itu memang sahabatnya? Atau jin di rumah pohon ini sedang menyamar sebagai Fauzan?
"Beneran lo ya. Lo gak takut gue diculik gitu?" Fauzan bangkit dan berjalan ke arah Stevi. Gadis absurd itu fikir, Fauzan akan berubah fikiran dan mengantarnya pulang.
"Kalau ada yang nyulik lo bilang ke gue."
"Kenapa?"
"Gue bakal panggil wartawan buat wawancarain penculik itu. Kok bisanya dia tahan nyulik lo. Sebelum di culik aja mintanya banyak banget. Bisa bangkrut tu si penculik nyulik anak curut badan gentong kaya lo." Stevi langsung menggerutu dalam hati, mengatai Fauzan sepuasnya tanpa diketahui sang empu. Terlalu kesal dan tidak bisa menahan emosinya lagi, Stevi turun dari rumah pohon dan berjalan menuju arah jalan pulang. Setengah perjalanan, dia terus berharap jika Fauzan akan menyusulnya. Tapi nyatanya tidak ada.

KAMU SEDANG MEMBACA
STEZAN
RomancePertemuan dan perpisahan apa bisa di tentukan sendiri? Jika iya, gadis ini ingin sekali merubah takdir yang membawanya ke langit lalu menjatuhkannya lagi ke bumi, menjadi sedikit lebih indah untuk dinikmati sesaat. Moga betah😘 maap rada gaje, ma...