Aku tak tau perasaan apa yang selalu membelenggu.
Tapi, ku yakin! Aku mulai merasakan
Getaran aneh di hati ku~" Stevi "~
Part 2
##Author pov
Bel pulang berbunyi. Secepat kilat Stevi meringkas bukunya ke dalam tas dan berlari keluar. Ini kesempatan untuknya agar bisa lari dari Fauzan. Mumpung, Fauzan sedang mengambil motor di parkiran. Untung, angkot selalu standby di depan gerbang sekolah. Jadi, Stevi tak perlu nyari sini-situ dulu.
"Zenda, entar kalau lo ketemu Fauzan, bilangin aja gue udah pulang kebelet pengen pipis. Okeh!" Zenda mengangguk. Mau mau saja dia mengikuti akal bulus Stevi itu. Tak mau menyia-nyiakan waktu lagi, Stevi lekas masuk ke dalam angkot. Baru saja naik, angkot langsung jalan karena penumpangnya juga sudah memenuhi kapasitas. Beruntung banget nasib Stevi hari ini. Sementara itu, dilain tempat, Fauzan sudah siap melajukan motornya. Dia bergerak tergesa-gesa, takut Stevi keduluan kabur. Padahal, cewek itu memang sudah melarikan diri. Sampai di gerbang, dia hanya melihat Zenda. *mana curutnya? Yaelahhh pasti kabur. Nih anak bandel banget yak. Udah dibilangin jangan kabur.* oceh Fauzan dalam hati.
"Zen, Stevi mana?" Tanya Fauzan.
"Udah pulang. Katanya kebelet pipis." Fauzan hanya bisa berdecak kesal. Dengan mudahnya Zenda tertipu sama Stevi. Itu hanya alasan agar dia gak jadi pulang dengan Fauzan.
"Baru aja perginya?" Tanya Fauzan lagi dan dijawab anggukan kecil dari Zenda.
"Yaudah... Thanks." Dengan cepat dia menarik gas motornya supaya bisa nyusul angkot biru yang ada di depan. Instingnya mengatakan bahwa Stevi ada di angkot itu. Tapi, keadaan jalan yang sangat ramai, tidak memungkinkan Fauzan untuk main tikung-tikungan. Sangat terpaksa dia harus menunggu hingga ada kesempatan untuk menghentikan angkot itu. Tepat di jalan Delima yang sepi tapi mulus, Fauzan sengaja menikung mobil itu dan berhenti tepat di depannya. Seketika, angkot itu berhenti. Tapi, supirnya malah marah. Iyalah marah, coba kalau ada apa-apa, bisa mampus tu si Fauzan.
"Woy!! Mau bunuh diri di jembatan sono noh gak usah di depan angkot. Entar saya yang susah." Fauzan bergidik ngeri. Si supir angkot ternyata seram. Kumis hitam pekat ,kulit gelap, matanya yang besar. Sungguh, membuat Fauzan langsung deg degan.
"Sorry, Pak. Saya mau nyari Stevi. Suruh dia keluar aja Pak. Ato gak kalian kagak bisa pulang." Yang dikatakan Fauzan hanya sebatas ancaman. Lagi pula, dia tak akan berani ngebegal angkot anak sekolah.Sesegera mungkin supir angkot menerikkan nama Stevi. Tak lama, orang yang dicari Fauzan keluar dari angkot. Memasang wajah super cemberutnya. Sebenarnya Fauzan merasa sedikit tak suka jika dia harus melihat Stevi mengeluarkan ekspresi cemberutnya. Maka dari itu, dalam keadaan apapun, Fauzan selalu berusaha membuat Stevi tetap tersenyum.
"Naik!" Dan, jujur kadang Fauzan juga suka dingin sama Stevi. Itupun jarang. Lain halnya dengan cewek lain. Stevi masih kekeh terhadap pendiriannya untuk tidak pulang bareng Fauzan. Keras kepala!
"Naik sendiri atau gue paksa." Stevi naik. Namun Fauzan tak langsung melajukan motornya. Stevi udah peka, kalau naik motor tapi Fauzan gak jalan juga pasti ada kesalahan. Tangannya mulai melingkari pinggang Fauzan. Yah, itu kesalahannya. Setelah itu, barulah Fauzan melajukan kendaraannya.Biasanya kalau Stevi sedang seperti ini Fauzan selalu mengajaknya ke suatu tempat. Yang pasti tempat favorit Stevi. Apalagi kalau bukan warung B A K S O. Makanan favorit Stevi. Di hidangkan 5 mangkuk saja, dengan senang hati Stevi melahapnya.
"Lo tau sendiri kan Stev. Gue gak bisa liat lo cemberut terus." Kata Fauzan memarkirkan motornya, membuka helm, lalu menggandeng tangan Stevi masuk ke warung. Pesanan bakso spesial buat orang spesial. Saat bakso datang, bukan makan, Fauzan malah menatap Stevi terus.
"Lo kenapa? Cerita ke gue. Gue selalu bagi cerita ke lo. Tapi, sekarang lo malah asik nyimpen masalah sendiri." Fauzan benar. Stevi mulai berfikir positif. Bukan berarti dari tadi fikirannya negatif yah. Dia hanya memikirkan masalah saat ini. Untuk apa juga dia seperti ini pada Fauzan? Toh, Fauzan juga gak tau apa-apa.
"Gak papa kok. Cuma, mager aja." Alibi Stevi
"Bohong lu gak elit Stev. Percuma kalau lo nyimpen masalah lo dari gue. Entar juga gue bakal tau sendiri." Nadanya pelan namun menggunakan sedikit penekanan.
Stevi menyukai disaat-saat dia bisa menatap bola mata Fauzan yang berwarna hitam pekat, bulu mata hitam panjang dan lentik, alisnya yang tebal, hidung mancung namun lucu, dan bibir seksi berwarna merah merona alami. Menurut Stevi, Fauzan adalah manusia limited edition dengan banyak kelebihan.
"Tatap aja terus, sampe baksonya dingin." Kata Fauzan yang sedang menyantap bakso.
"Dih! Gr banget."
"Gr, tapi lo sayangkan." Stevi terdiam. Sahabat laknatnya itu terlalu Gr.Setelah acara makan bareng itu selesai dan Fauzan juga sudah mengantarkan curut kesayangannya ke kost-an, dia merasa ada yang hilang. Padahal, kost-an nya sebelahan. Mereka berdua sengaja tinggal di rumah kost yang sama dengan kamar yang beda atas usulan kedua orang tuanya. Alasannya cuma satu, buat jaga Stevi.
Brukk!!
Fauzan menghempaskan tubuhnya keatas kasur. Fikiran Fauzan terus berlarian memikirkan banyak hal. Tentang, seminggu lagi akan kemah lah, sampai ke perasaan dia kepada Marsya yang sangat sulit dia tebak. Dia merasa, jika rasa suka itu sekadar ucapan saja. Padahal, dia tidak benar-benar care dengan Marsya. Tangan kanan Fauzan meraba saku celananya. Mencari benda pipih berlogo VIVO dan membukanya. Seperti biasa, dia sangat menyukai kegiatannya. Mengambil foto Stevi diam-diam. Entahlah kenapa? Mungkin hal ini sudah menjadi hobinya sejak lama.
Foto yang sengaja diambil Fauzan sewaktu Stevi sedang menunggunya bermain basket.
##Tunggu part selanjutnya yah. Jangan lupa tinggalkan jejak🐾🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
STEZAN
RomancePertemuan dan perpisahan apa bisa di tentukan sendiri? Jika iya, gadis ini ingin sekali merubah takdir yang membawanya ke langit lalu menjatuhkannya lagi ke bumi, menjadi sedikit lebih indah untuk dinikmati sesaat. Moga betah😘 maap rada gaje, ma...