Second

3K 496 39
                                    

"APALAGI INI?"

Changbin murka didetik pertama ia masuk kedalam kamar rawat Felix.

Sereal berserakan, susu dimana-mana, segala macam biskuit yang berubah menjadi bubur karena susu dan sampah-sampah plastik bekas makanan disegala penjuru ruangan.

Sedikit lega saat menyadari kenyataan bahwa ini adalah kamar VIP untuk 1 orang.

Felix tersentak dari tidurnya. Menyadari ada yang tidak beres, pemuda itu ikut terkejut akan ruangan yang sangat berantakan.

"Bisa dijelaskan, Tuan Sebastian Felix Adyana?"

Felix gugup, tentu saja. Ia terkejut dengan suara bentakan Changbin, terkejut dengan kondisi kamarnya, takut dengan tatapan intimidasi dan suara otoriter Changbin.

"Gue nanya sama lo! Jawab!"

Changbin kembali membentak, Felix bergetar ketakutan.

"B-bukan Felix, kak. B-bu-bukan Felix yang b-berantakin. B-b-bu-bukan Felix." Kepalanya ikut bergerak menggeleng. Tubuh ringkih pemuda itu masih bergetar ketakutan.

Tatapan Changbin berubah menyalang. "Kapan lo bisa sadar sih, Lix? Lo itu gila! Akui aja semua kerjaan lo, beres."

Brakk

Changbin meninggalkan ruangan tanpa lupa membanting pintu.

Felix menatap pintu ruangan dengan pandangan nanar. Air matanya mulai berjatuhan. Air mata yang mati-matian ia tahan demi tak semakin menyulut amarah kakaknya itu.
"H-hiks hiks Felix sayang sama kak Bagas, tapi kenapa kak Bagas gak pernah mau percaya Felix?"

Felix yakin bukan ia pelakunya, karena bahkan dirinya tidur terlalu cepat tadi malam.

"Apa Felix harus mati dulu? Nyusul Mama, baru kak Bagas percaya sama Felix?"








































"Kenapa lo gak ikut Mama lo aja? Daripada nyusahin Bagas terus?"

Felix tersenyum getir.







#####

Ini selalu pendek per chapter

Bukan aku (Changlix Local Area)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang