Third

2.9K 478 17
                                    

Selalu seperti ini. Felix lelah.

Kali ini pot-pot tanaman hias dikamarnya yang jatuh berserakan. Seolah baru saja ada angin puting beliung.

Felix tak pernah tahu siapa pelakunya. Namun ia paham satu hal, Changbin akan datang lalu memarahinya seperti biasa.

Helaan nafas berat keluar dari bibir mungilnya. Tak ada pilihan lain, Felix mulai bergerak membersihkan.

Pemuda manis itu berhenti sebentar saat cukup lelah. Felix tak baik-baik saja, mungkin keterangan rawat inap sudah dapat memberi penjelasan. Dan ini, tanaman hias yang berserakan tak sedikit jumlahnya. Ia harus membersihkan hingga kesudut ruangan. Felix tak bisa. Ia takkan kuat.

"Kenapa lo gak ikut Mama lo aja? Daripada nyusahin Bagas terus?"

Namun terpaksa, daripada batinnya yang terus tersiksa? Lebih baik tubuhnya yang nanti terkapar tak berdaya.

Dan benar saja. Didetik terakhir Felix selesai menyapu ruangan, dirinya pingsan.

Bersamaan dengan Changbin yang membuka pintu. "FELIX!"

Kepala Felix membentur lantai cukup keras hingga menimbulkan suara debuman. Changbin tak berhasil menangkap tubuh sang adik. Meskipun berlari, Changbin sempat terpeleset lalu jatuh sebelum kemudian sampai pada Felix.

"Sial sial sial, sialan, lo kenapa sih, lix?" Changbin panik, namun tak bergegas memanggil perawat yang bertugas. Ia memilih untuk memindahkan Felix ketempat tidur sebelum kemudian berusaha membangunkan pemuda itu.

Changbin bodoh, Felix benar-benar sakit. Dan usaha membangunkannya dengan menepuk pipi adalah cara paling bodoh yang bisa dilakukan.

Butuh sepersekian menit sebelum Changbin sadar dan memanggil perawat. Kemudian ia disuruh menunggu diluar.



























Bagas bodoh, Bagas payah, Bagas tak becus, inner Changbin.

Bukan aku (Changlix Local Area)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang