"Jelaskan!"
"Eh eh...lo semua juga harus jelasin dong. Gimana lo semua bisa ada disini!" Elak Gava.
Benar kan? Bukan cuma Gava yang harus menjelaskan di sini tetapi Gana, Rana, Gara, dan Rara. Kenapa mereka keluar kelas disaat jam pelajaran?
Gana dan Rana terlihat gelisah. Ahh...pasti ada apa-apanya nih.
Sedangkan Gara dan Rara santai-santai saja. Mungkin tidak ada yang spesial.
"Lo-lo dulu dong yang jelasin, gimana sih!"
"Oke deh Gan, kalo lo maksa. Gini...gue sama Rava tuh lagi duduk berdua. Gue ngegoda dia ter--"
"Bisa nggak itunya nggak usah di omongin?" Ujar Rava memutar bola mata malas.
Gava ngakak. Lalu ia merangkul bahu Rava yang berada di dekatnya. "Emang kenapa sih dek Rava, aku kan cuma menjelaskan"
"Banyak bacot lu! Gini ya Gan, gue tadi kena air sama Jihan trus gue di ajak ke kamar mandi dan dia minjemin seragamnya buat gue. Gimana, cukup jelas kan?" Jelas Rava.
Gava mendesah kecewa. "Ciyahhh...Rava mah. Kok nggak ada scene romantisnya"
Rava melepaskan tangan dari bahunya dan bergeser ke arah Rara.
"Bodo amat ya Gav"
Gava mendekati Rava lagi dan menarik pinggang Rava yang ramping namun tetap berisi.
Rava memberontak, Gava mempererat.
"Emang ya, lo belum pernah ngerasain tinjuan gue kek gimana" ujar Rava datar.
Gava nyengir. "Ckck, Rava, calon pacar gue yang cantik, semok, baik, dan budiman. Gue tuh sayang sama lo"
"Nggak nanya padahal"
"Gue tuh cinta sama lo dari hati yang paling dalam"
"Bodo amat, emang gue pikirin"
"Gue yakin lo juga ngrasain hal yang sama kayak gue"
"Perasaan enggak deh"
"Gue--"
"Diam Gava Wirayudha!" Pekik Rava pada akhirnya.
Rava memutar bola mata sebal. Mimpi apa dia semalam harus bertemu dengan Gava kayak gini.
Kemudian Gana menepuk bahu Gava yang masih berdekatan dengan Rava.
"Gav, kita semua mau tau alasan kenapa kita di sini, bukan dengerin curhatan bucin lo. Mending diem deh Gav"
Gava ngakak lagi lalu melepaskan pelukannya dengan Rava. Tidak sampai berpelukan sih sebenernya cuma nempel dikit.
"Swalloow dong Gan. Gue juga swallow kok"
"Selow Gav, swallow mah capit"
"Ya itu maksudnya gua wkwk"
Gana memutar bola mata malas.
"Oiya Gan, kenapa lo bisa ada di sini?"
Gana gelagapan tapi tetap tenang. "Gue sama Rana...jalan-jalan aja...yaaa gimana ya"
Gava cekikikan sambil menutupi mulutnya sendiri. "Hayohh, kenapa kalian bisa jalan-jalan berdua? Rana Wirayudha, tolong di jelaskan, suami lo nggak bertanggung jawab banget sumpah"
Gana mendelik sebal. "Gue bukan suaminya Rana yah Gav!"
"Terus siapanya dong Gan?" Goda Gava lagi.
"Musuh. YA MUSUH!"
"Musuh sih tapi cinta"
"Gavaaa, gue hajar juga lo lama-lama!" Kesal Gana.
"Diam deh!" Pekik Rana.
Rana menghela nafas sebentar sebelum menceritakan detailnya.
"Gava, gue tuh sama Gana abis lari"
"Nggak nanya"
Jawaban singkat Gava membuat darah Rana mendadak mendidih. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Andai bunuh orang gak dosa pasti gue bakal nglakuin itu sama lo Gav!"
Gava ngakak. "Ih kembarannya ayang Rava galak deh. Tuh Gan, bini lo ngambek terus. Buruan bujuk gih"
"Sumpah ya lo Gav, pengen gue ambil ginjal lo! Terus gue jual!"
Macam obat nyamuk njer, batin Rara dan Gara.
"Udah deh semuanya. Mending kita ke kelas lagi" Gara menengahi.
"Lebih baik gitu deh. Yuk Gan!" Kemudian tanpa sadar Rana menggandeng tangan Gana erat.
Gana sempat terkejut tadi, tapi setelahnya ia cekikikan. "Ciyee, pegang-pegang"
Rana berhenti sesaat dan merasakan tangannya menggenggam tangan Gana. "Anjerr! Kenapa lo nggak bilang, tangan gue jadi ter.no.da.hi"
Lalu, Rana berjalan cepat untuk menutupi rasa kesal dan malunya yang membuncah.
Sementara Gara, Gava, Rara, dan Rava hanya geleng-geleng kepala. Mereka juga kembali ke kelas masing-masing.
***
"Vey?"
Ivey menoleh dengan ogah-ogahan. "Hm?" Sahutnya tanpa gairah.
"Lo kenapa? Sakit?"
"Kata kakak Miko, Ivey nggak boleh deket-deket sama Miko"
"Elah, cuma mereka bertiga ikih. Mereka nggak bakal nggigit kali paling di bunuh"
Ivey mendelik sebal. "Udah deh Ko, sana jangan deket-deket sam Ivey. Nanti kakak Ivey marah sama Ivey"
Miko nampak berpikir. "Gue boleh perjuangin lo kalo udah dapet restu dari kakak-kakak lo kan?"
Ivey mengangguk ragu. Sedangkan Miko nyengir lebar. "Yosh! Gue akan perjuangin lo apapun caranya!" Ujarnya sambil mengepalkan tangan ke atas.
Ivey masih diam, tak tertarik dengan semangat Miko yang menggebu-nggebu.
"Ilvi? Ayo ke perpustakaan" ajak Ivey pada Ilvi.
Ilvi nyengir devil. "Denger kan apa yang di katain Ivey? Minggir dah lo dari tempat duduk gue! Merusak banget sih lo"
"Elah biasa aja kali mbak"
"Kalo sama gue enggak ada yang slow!"
Miko pasrah dan menghela nafas kasar.
"Yuk Vey"
Ivey tersenyum manis.
Kapan lo senyum manis kaya gitu sama gue Vey?
***
"Dasar lo!"
Suara keganasan berasal dari kelas Gana dan Rana. Saat ini, Gana akan menghajar Marchel habis-habisan.
"Gue minta maaf Gan, gue gak sengaja sumpah!" Jawab Marchel dengan nada gemetar.
"Ih udah sih Gan. Kasian tuh si Marchel" lerai Rana.
Gana menatap Rana. "Ran, bagi lo mungkin biasa aja. Tapi bagi gue itu udah keterlaluan. Das--"
Ketika Gana ingin melayangkan tinjuannya pada Marchel, dengan tiba-tiba Rana memeluk Gana dari belakang.
"Plis, jangan lakuin itu. Gue takut"
Tbc.
Hehe. Sebenernya minimal word work gue itu 1000+ tapi mulai sekarang gue akan nulis di bawah 1000 word. Kalo mau banyak yang bahkan sampe 2000+, ayo dong vote sama komennya😋😋😋
Bagian lucunya di part ini menurutku nggak ada, sengaja seh😆
[CERITA INI DILANJUT DIAKUN LARASR_]
KAMU SEDANG MEMBACA
(2) Brother Vs Sister
Teen Fiction[ON GOING and SLOW UPDATE] SEBELUM BACA, FOLLOW DULU BOLEH? Dont copy my story^^ [CERITA INI DILANJUT DI AKUN LARASR_) Hanya seputar kisah dua remaja bernama Miko Eldinawinata dan Revallina Iveyla Wirayudha yang memiliki kakak kembar tiga. Kakak dar...