BVS-6. Rana?

52 5 0
                                    

"Ran?" Panggil Gana pelan. Ia tak mengerti kenapa Rana memeluknya. Rasanya...memang cukup hangat dan menenangkan.

Sementara Rana, ia terus memeluknya sambil menahan tangisnya yang akan jatuh sebentar lagi.

Rana bukanlah orang yang pemberani. Didasar hatinya yang paling kecil, ia sadar bahwa ia memang seorang yang penakut.

"Gue mohon, jangan lakuin itu Gan"

"Iya Ran, gue nggak akan nglakuin itu kok" Gana berbalik badan dan memeluk Rana.

Tak disangka, Rana malah mengeratkan pelukan mereka. Gana semakin bingung, ia harus bagaimana sekarang. Ia lemah jika seorang perempuan mulai menangis.

"Ran, udah. Gue minta maaf ya"

Rana melepas pelukannya dan menatap Gana dalam. Ia mengangguk singkat.

"Gue anter ke UKS aja gimana? Muka lo pucet banget" tawar Gana.

"Iya Gan" sahut Rana pelan.

Gana segera membimbing Rana berjalan keluar kelas menuju UKS.

"Gan...Ran...gue minta maaf" ujar Marchel penuh rasa bersalah.

"Kali ini gue maafin. Sekali lagi lo bertindak semena-mena, kita selesein masalah ini di luar sekolah" jawab Gana tanpa menoleh ke arah Marchel.

Marchel tak bodoh, ia tau maksud dari perkataan Gana. Ia mengangguk lemah.

Gana dan Rana kembali berjalan dengan beriringan. Setelah di luar kelas, rasa canggung menyelimuti keduanya.

Gana melirik ke samping dan tanpa sengaja, Rana juga tengah menatapnya. Jadilah keduanya saling bertatapan.

"Ekhem" deham Gana canggung sambil mengusap tengkuknya.

Rana yang juga malu karena secara terang-terangan menatap Gana langsung membuang mukanya ke samping.

Tak beberapa lama, Gana dan Rana sampai di depan pintu UKS. "Gue...masuk kelas ya"pamit Gana.

"Ehm...Gan. Bisa nggak kalo lo disini dulu, temenin gue"

Entah kenapa kedua jantung mereka berdetak cepat, tak seperti biasanya.

"Yaudah lo masuk dulu. Gue mau ke kantin beli makanan buat lo"

Rana tersenyum samar dan mengangguk.

Gana berbalik dan memegangi dadanya.

"Ya Allah jantung gue! Kenapa pada dangdutan sehhh!" Kesalnya tapi pada akhirnya tersenyum juga.

***

"Rava, yuhuu"

Rava menoleh ke sumber suara dan memutar bola mata malas.

"Gava, Gava. Lo kayaknya nggak pernah capek ya"

"Buat kamu apa sih yang enggak Rav"

"Hihhh, Gava bucin ih" ledek Qila selaku waketu.

Gava melotot galak. Ia mendekat pada Qila.

"Coba coba ulangin lagi ngomongnya. Tadi gue gak denger"

Gava memegang telinganya dan ia dekatkan ke Qila. Sedangkan Qila hanya cengengesan tidak jelas.

"Apa lo gak denger sih?" Tanya Qila di sela tawanya.

"Enggak" singkat, padat, dan jelas.

(2) Brother Vs SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang