Terpendam

30 13 0
                                    

I wanted to say, "I would love to know your obsessions."

Sempat aku mencoba berlari di hamparan alam luas. Bermaksud menyelamatkan diri dari kesetiaan yang tak berbalas. Tapi, seperti yang kau lihat. Aku masih saja terjebak pada masa-masa milik kita berdua. Saat senyummu masih terlukis jelas. Menggambarkan kasih sayang yang paling ikhlas. Saat bibirmu berjanji agar kita tak saling lepas. Hingga semuanya berhenti, sejak saat kau katakan padaku, "berlarilah sendiri, dengan bebas".


Tanganku masih hafak rasanya kau genggam. Saat kau berjanji akan terus menuntunku berjalan meski pandanganku perlahan memburam. Hingga perlahan kau ciptakan luka yang dalam.
Kemudian pergi dariku tampa memberi salam. Ruas jari-jariku kini kosong, tak ada lagi jarimu yang mengisinya. Aku masih hafal rasanya. Saat telapak tanganmu mengusap air dari sudut mata. Saat pipi bersandar di pangkuanmu yang lembut dan menenangkan rasanya.

Wajahku masih saja menyimpan kenangan, apalagi hatiku yang tugasnya memang untuk itu, yang dulu kau jadikan merekah lebar tampa ragu. Rasanya dulu hatiku terlalu kecil untuk menampung semua kebahagiaan yang kau tawarkan. Riwayat pesanmu pun masih tersimpan. Masih kucadangkan dimana-mana. Masih akan terus kubaca, berulang-ulang. Dari awal percakapan hingga ujung paling akhir, hingga aku telah sampai waktunya, bahwa aku harus melepaskanmu, harus melepaskan kita.

Gambar wajah kita juga masih kusimpan. Agar aku ingat kita pernah sampai pada sebuah kebahagiaan. Agar aku ingat, kita pun pernah mengerti arti kebersamaan. Agar aku tak kehilangan alasan saat mulai merindukan. Saat harapanku tenyata hanyalah jadi sebuah angan.
Kehilangan dirimu, akhirnya mengharuskanku untuk mencari. Mencari kebahagiaanku sendiri.
Aku tidak bisa lagi tinggal dalam kenyamanan memandang mata dan lekukan senyum yang kau miliki. Mau tidak mau aku harus melakukannya. Kalau kau bisa terlihat baik-baik saja tampaku, kenapa aku harus terlihat bersedih dan tersiksa begini?

Kelak, saat hatiku benar-benar kosong dan perlu diisi, saat itu baru akan kucari. Yang benar-benar pandai bertahan dan menjelaskan bahwa aku begitu dicintai. Yang takkan meninggalkanku dengan bekas-bekas luka seperti ini. aku mungkin akan segera lupa dan menulis cerita baru, tapi tidak secepat ini, tidak semudah kamu.

"Pura-pura melupakanmu atau berusaha melupakanmu,
upahnya tetap sama,rindu".

Menang Dalam LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang