Bab 1

646 30 1
                                    

Riuh dering alarm memecah kesunyian sejak setengah jam yang lalu. Sesosok gadis masih meringkuk dalam selimut tanpa menggeliyat dan terusik sedikit pun. Entah bunga tidur apa yang menemaninya sejak semalam hingga masih teruntai senyum dibibirnya yang ranum. Getar dan dering ponsel pun seolah turut serta memaki raganya yang masih hanyut terombang-ambing dalam samudera mimpi. Terdapat disana 17 panggilan tak terjawab dari pemanggil yang sama, bersamaan dengan suara ketukan pintu menambah gaduh seisi kamar sang putri tidur. Terdengar suara gadis dari balik pintu berulang kali menyerukan namanya dari luar dengan harap mendapat tanda-tanda kehidupan dari sang pemiliki kamar yang masih tertidur nyenyak di dalam.

Seperti biasa, hampir setiap pagi kejadian semacam ini terjadi pada gadis bernama Yerin. Tak heran, itulah sebabnya mengapa teman-temannya memberinya julukan Putri Kebo. Kegaduhan dari suara seseorang yang mencoba membangunkannya dan suara dari ketukan pintu sudah menjadi peristiwa yang tak mengejutkan lagi bagi orang-orang di asrama yang bertempat tinggal dan berdekatan dengan kamar Yerin.

Sampai beberapa menit kemudian suara ketukan pintu tadi perlahan menghilang, sepertinya orang diluar sana sudah muak karena tak mendapat respon dari dalam. Sementara Yerin si putri kebo masih dengan posisinya yang tak bergerak sedikitpun, persis seperti seonggok mayat. Sampai saat kemudian dia terlihat menggeliyat dan perlahan mulai membuka matanya seraya menguap dan merenggangkan otot-otot tubuhnya, akhirnya dia bangun juga.

"Selamat pagi Jung Yerin, mimpi indah ya semalam?" sapanya pada dirinya sendiri, seraya menyimpulkan senyum sesaat setelah menggapai sebuah cermin kecil yang berada di meja sebelahnya. Tak lupa dia menggapai jam alarm, berniat mematikan suara bisingnya. Lalu tiba-tiba...

"APAAA??? LAGIII?"

***

Dengan kecepatan maksimum Yerin bergegas menuju kampusnya. Untungya jarak kampus tak terlalu jauh dari asrama, jadi dia bisa menjangkaunya hanya dengan berjalan kaki, lebih tepatnya berlari.

Sesampainya di gedung kampus, dia begegas memasuki lift. Kebetulan sekali jam pertama untuk matkul hari ini adalah Akuntansi Manajemen, hanya perlu bersiap-siap saja untuk segera disuguhi dengan percikan air keramat dari mulut si dosen pengampuh.

"Tamatlah riwayatmu Jung Yerin" gumamnya setelah menekan beberapa tombol pada lift.

Tak bisa diam, kaki Yerin terus bergerak menghentak-hentak ke lantai disepanjang lift membawanya menuju lantai 3. Maklum efek dari sudah terlampau takut dan cemas. Rasanya sudah seperti menunggu giliran untuk di eksekusi mati. Sudah bisa dipastikan bahwa sebentar lagi dia akan mendapat omelan dari si dosen pengampuh yang ia sebut sebagai jelmaan hulk itu. "Hiiii menakutkan sekali" bahkan hanya membayangkan perwujudannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

TING

Sampai di lantai 3. Pintu lift pun terbuka dan cepat-cepat saja Yerin keluar dari lift dan melanjutkan jogging paginya.

BRUK

"Aasshhh" keluh Yerin merasa kesal saat tiba-tiba saja bertabrakan dengan seorang pria tepat sesaat dia hendak keluar dari lift, dan terjatuhlah beberapa buku yang sedari tadi ia bawa.

Dengan begitu baiknya, pria itu membantu memungut dan membereskan buku-buku Yerin yang berserakan, tanpa Yerin ikut membantunya. Yerin hanya bisa bersidekap kesal menatap pria itu.

"Makanya kalau jalan itu pakai mat-" maki Yerin terhenti. Matanya membola saat pria itu beringsut bangun memberikan buku-buku miliknya, betapa terkejutnya dia saat mendapati sosok pria dihadapannya.

"Maafkan aku" ucap pria itu sungkan seraya menyodorkan buku-buku itu pada Yerin.

Baiklah! Dan pada akhirnya pria itu yang meminta maaf. Tapi jika kalian perhatikan, bukankah yang harusnya minta maaf itu Yerin? Karena faktanya Yerin lah yang menabrak pria itu akibat terlalu buru-buru.

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang