Bab 13

148 21 0
                                    

Dua minggu sudah semenjak kejadian di hari itu, dan sudah banyak yang berubah. Mulai dari pulihya kondisi Nayeon dari kecelakaan yang sempat membuatnya harus menggunakan alat bantu untuk berjalan, sekarang dia sudah tidak butuh alat itu lagi. Sowon dan Kakak yang hubungannya mulai semakin dekat, meski memang masih belum ada kejelasan. Dia sekarang sudah mulai berhenti menulis cerita. Ya, cerita yang dimana tadinya Jungkook berperan sebagai tokoh pangerannya, kini berganti menjadi Kak Seokjin, meski memang masih berusaha dalam proses membuka hati.

Sowon juga pernah cerita, terakhir dia bertemu dengan Kakak, alih-alih memberi sebuket bunga ataupun coklat, Kakak justru memberikannya sebuah piala yang bertuliskan "juara 1 di hati, untuk Kim Sowon dari Pengagum Senjamu" sebagai bentuk penghargaan kasih sayang. Dari situlah Sowon jadi tahu siapa Si Pengagum Senja yang selama ini suka memberinya hadiah secara diam-diam, dan dia sungguh tak menyangka jika orang itu adalah Kak Seokjin. Sowon juga sempat menangis saat menceritakan itu padaku. Entahlah, mungkin dia terharu karena masih belum percaya bahwa ada seorang pria yang begitu indah dalam memperjuangkanya. Aku juga turut bahagia mendengar itu.

Kemudian Sinb. Dia sekarang sudah bisa bersikap lebih ramah dengan sekitar meski hanya pada Sowon dan Nayeon, tapi menurutku itu sudah sedikit bagus dibanding dengan sikapnya dulu yang dingin dan merasa tak membutuhkan satu pun seorang teman untuk menemaninya, seolah lupa bahwa manusia adalah makhluk sosial. Terkecuali Jungkook. Iya, Sinb tidak suka dengan Jungkook. Aku sudah tahu tentang hubungan Jungkook dengan Eunha yang berakhir. Dan di taman pagi itu, Jungkook bercerita padaku bahwa dia menyukai Sinb. Tadinya aku syok. Entah kenapa aku harus syok saat mendengar itu? Aku juga jadi merasa aneh, kenapa Jungkook harus menyukai Sinb? Beberapa kali pula aku melihatnya menggunakan kesempatan itu, tapi Sinb selalu mendadak dingin dan menghindar pergi tiap menyadari kehadiran Jungkook. Hehe baguslah, ada rasa tenang tiap kali Sinb menghindar seperti itu. Kalian jangan tanya lagi padaku kenapa? Karena aku juga tidak tahu.

Dan tentang Taehyung. Ah aku tidak mampu menceritakannya pada kalian. Di kampus aku jadi jarang melihatnya. Kalau pun bertemu, dia akan bersikap biasa, maksudnya dia akan selalu bersikap seolah tidak ada keberadaanku disana. Entahlah, tentang Taehyung aku tidak mampu lagi menuliskannya lebih banyak untuk kalian baca. Aku berharap akan ada keajaiban yang membuatku harus menuliskannya lebih banyak. Atau seperti ini saja:

Menitip Segudang Rindu pada Angin

Malam ini hujan sangat deras
Sederas rinduku akan kabarnya yang bias
Angin yang lebat nan dingin
Ya, diluar sedang hujan angin
Mungkin juga itu karena ulahku
Menitipkan rindu lewat angin-angin itu

Terlalu banyak
Terlalu sering
Terlalu besar
Hingga membuatnya jadi badai
Mungkin sebaiknya tidak perlu
Menitipi Sang Angin segudang rindu
Biar rindu tetap membeku
Agar langit bisa kembali biru

Diluar memang sedang hujan deras disertai dengan angin yang riuh, ditambah listrik di asrama sekarang sedang padam. Dan secarik puisi itu sempat ku tulis tadi sebelum lampu mati. Seperti yang kalian ketahui, aku takut dengan gelap. Tapi di kamar ini sudah dihiasi lilin-lilin, Sinb yang menyalakan semuanya. Dia sudah hafal dan lebih bisa mengurusku disaat-saat seperti ini.

Merangkul lengan dan bersandar di bahu Sinb adalah penangkal rasa takutku malam ini, meski tidak bisa menangkal rasa takutku akan kehilangan sosok Taehyung. Sinb sekarang sedang duduk di kasurku, sebab aku yang memintanya. Seperti pada yang sebelumnya, karena aku takut dia akan terlelap lebih dulu dan membiarkanku terjaga seorang diri di pencahayaan yang minim ini.

"Sinb..."
"Hmm?"
"Kau pernah jatuh cinta?"
Dia sedikit lama menjawabnya, lalu dia bilang, "Aku tidak yakin,"
"Maksudnya, kau tidak yakin apa kau jatuh cinta atau tidak?"
"Hmmm,"
"Siapa orangnya?"
"Tidak penting,"
"Hmmm.. Jungkook menyukaimu. Apa kau yakin kalau dia jatuh cinta padamu?"
"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu," ucapnya sedikit malas.

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang