Bab 4

180 16 0
                                    

Sekarang aku merasa tubuhku seperti sedang berbaring disuatu tempat yang empuk, dan ini sangat nyaman sekali. Seingatku tadi aku berada di perpustakaan kampus? Tapi kenapa rasanya aku sedang berbaring di tempat tidur? Aku membuka mataku perlahan dan langsung terfokus pada langit-langit yang sudah tidak asing lagi bagiku. Aku beralih memandang keadaan sekitar, meski dalam pengelihatan yang kabur, tapi aku bisa pastikan bahwa ini adalah kamarku. Tapi bagaimana bisa?

Aku mencari kacamataku, menggapai dan merabah pada meja yang ada disamping tempat tidur. Tidak ada! Aku mencarinya disekitar tempat tidur, juga tidak ada. Lalu aku melihat ada tangan yang mengulur ke arahku dengan membawa sesuatu. Terlihat seperti kacamata! Aku mengambilnya, dan memang benar ini kacamataku. Kucoba untuk memakainya dan pangelihatanku pun mulai terlihat jelas, bahkan sangat jelas sampai aku bisa melihat manusia setengah dinding itu dihadapanku. Kalian pasti sudah bisa membayangkan bukan seperti apa wajahnya yang datar tanpa ekspresi itu.

Aku beringsut, beralih menjadi posisi duduk. "Bagaimana bisa aku sampai disini?"
"Kau tadi pingsan!"
"Yang aku tanyakan bukan itu,"
"Hmm...minum dulu," katanya sembari memberiku secangkir teh.
Hah, tidak salah? Tumben sekali.

Aku pun menerimanya, lalu menyeduhnya, "Jadi bagaimana aku bisa sampai kesini? Sebelumnya aku berada di perpustakaan kan?"
"Aku kira secangkir teh hangat akan membuatmu lebih baik,"
"Hah?"
"Ternyata pertaanyamu itu akan semakin tidak berbobot ketika kondisimu sedang buruk ya."

Dan lagi. Setiap kali aku bertanya, dia selalu saja melontarkan kalimat yang membuatku jadi naik darah. Apa susahnya sih, kan hanya tinggal menjawab?

"Bisa tidak sih kau membuat segalanya menjadi sederhana? Hanya tinggal menjawab, selesai sudah!"
"Lagian pertanyaanmu itu terlalu berbasa-basi. Tidak mungkin kan dalam keadaan pingsan kau bisa sampai kesini sendiri. Bagaimana caranya? Terbang?"
"Aishhh.." orang ini benar-benar ya!

"Seseorang menemukanmu pingsan disana," dan akhirnya dia bisa menjawabnya dengan sederhana juga.
"Seseorang? Siapa?"
"Yerin.." sapa gadis jangkung yang masuk tiba-tiba dan langsung duduk disampingku.

Sinb pun langsung beringsut sesaat Sowon baru saja masuk, lalu dia pergi keluar kamar begitu saja. Dasar orang aneh! Sikapnya benar-benar tidak ramah sama sekali.

"Kau membuatku khawatir saja! Jadi bagaimana kau bisa pingsan disana?" tanya Sowon.
"Aku tadi mencari ponselku disana, tapi tiba-tiba saja pintunya tertutup dan terkunci dari luar, lalu mati lampu. Kau tahu sendiri kan aku paling takut dengan gelap!"
"Jadi itu sebabnya kau pingsan?"
Aku mengangguk.
"Lalu ponselmu sudah ketemu?"
Aku bergeleng, "Tidak."
"Yahhh, sayang sekali."

Benar, sayang sekali. Ponsel yang kubeli dari hasil menyisihkan uang saku waktu jaman SMA, hilang sudah.

"Kau tahu tidak siapa yang sudah membawamu kesini?"
"Itu yang tadi ingin aku tanyakan,"
"Kau pasti tidak akan percaya siapa yang sudah menolongmu,"
"Siapa?"
"Kak Taehyung!"
Mataku membola, "Hah?"

Apa aku tidak salah dengar? Benarkah itu, Taehyung yang membawaku kesini? Sowon tidak sedang berbohong hanya untuk membuatku senang kan?

"Bohong?"
"Aku tidak bohong Yerin, dia yang menggendongmu kesini ditemani sama Sinb!"

Sinb? Ah kalau tidak salah dengar, bukankah tadi Sinb bilang kalau seseorang menemukanku pingsan disana. Apa seseorang yang dia maksud Taehyung? Atau apa sebenarnya mereka berdualah yang justru sudah menemukanku disana?
Ah kenapa itu kesannya seperti mereka sedang kedapatan berduaan lalu tiba-tiba saja menemukan seorang gadis culun yang pingsan dalam kegelapan.

Entahlah, aku tidak tahu apa yang saat ini aku rasakan? Sekilas aku merasa senang ketika Sowon mengatakan kalau Taehyung lah orang yang sudah membawa dan menggendongku kesini. Tapi ketika aku tahu kalau Sinb juga ikut menemaninya, sendu seketika menyeruak kembali dalam diri. Seperti surya yang hadir menyapa dari ufuk timur, namun cahayanya tidak sampai menghangatkan bumi, karena segerombolan awan datang menyelimuti tanpa permisi.

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang