Bab 11

151 20 2
                                    

Di dekat lokasi penemuan mayat tersebut sudah dipenuhi oleh banyaknya warga sekitar yang ingin melihat. Juga para pengendara yang kebetulan melintas yang mungkin juga penasaran dan ingin mengabadikan kejadian tersebut hanya untuk kepentingan sosial media.

"Tolong beri jalan!" Pinta salah seorang polisi yang juga rekan Seokjin.

Seokjin dan ketiga rekannya segera menghampiri sebuah objek yang menurut laporan bahwa itu merupakan sebuah koper yang berisi jasad seorang perempuan tanpa kepala. Jalan untuk menuju kesana agak terjal karena jasad itu berada disebuah tepian sungai yang berbatu dan untuk menjangkaunya, Seokjin dan ketiga rekannya perlu menuruni jalan menurun terlebih dahulu.

Disini sudah ada tiga polisi penjaga yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan Seokjin dan ketiga rekannya.

"Bagaimana?" Tanya Seokjin pada polisi penjaga tersebut.
"Menurut Lee Kwang-soo saksi yang menemukan jasad tersebut. Saat dia akan pergi bekerja, dia menemukan sebuah koper. Karena penasaran, dia membuka koper tersebut dan sudah menemukan mayat di dalamnya."
"Yang mana orangnya?"
"Disana. Yang memakai jaket hijau tua lusuh."
"Apa pekerjaannya?"
"Petani di kebun teh."
"Awasi dia. Kita harus membawanya ke kantor untuk keperluan berita acara pemeriksaan."
"Siap!"

Seokjin dan rekan lainnya bersiap menyiapkan berbagai piranti. Mulai dari kamera, mistar, kantong plastik hingga pinset. Mereka semua sudah memakai sarung tangan khusus, juga memasang police line warna kuning guna membatasi area tersebut agar tidak dilewati oleh beberapa orang yang menyaksikan.

Saat Seokjin menarik resleting untuk membuat koper terbuka lebar, dia mendapati jasad seorang wanita yang memang benar-benar tanpa kepala. Jasad ini serupa dengan penemuan jasad-jasad sebelumnya yang juga ditemukan di dalam sebuah koper dan juga tanpa kepala. Bedanya kali ini jasad perempuan tersebut tidak mengenakan busana alias naked.

Jackson yang berjongkok disebelah Seokjin dibuat bergidik ngeri melihat jasad perempuan tanpa busana tersebut.

"Hiiiihh..." Ucap Jackson yang sontak menutup matanya.
"Kenapa?" Tanya Seokjin.
"Serem banget, Jin."
"Kau kan sudah biasa melihat yang seperti ini. Masa masih takut juga?"
"Yang ini body nya terlalu seksi. Dosa tidak ya kalau dilihat?"
Seokjin terkekeh, "Makanya jangan diresapi, biar halal dipandang!"
"Hussh.. Sembarangan kalau ngomong. Sebelum penghulu dan para saksi bilang 'sah', perempuan belum halal dipandang anunya."
"Kalau gitu kita bawa aja mayat ini ke KUA!"
"Buat apa?"
"Buat di sah-kan dengamu dulu, biar jadi halal dipandang."
"What? Amit-amit jabang bayi brewokan."
"Mana ada bayi brewokan?"
"Ada! Bayi jenglot!"

Seokjin tertawa, "Hahaha.. Sudah diam. Jangan banyak ngobrol. Dan kembali bertugas!" Suruh Seokjin yang ekspresinya mendadak berubah tegas dan serius.

"Idiiih.. Seharusnya kau yang diam, Jin. Ketawamu itu tidak lihat-lihat tempat."

Seokjin pun menatap tajam rekannya yang konyol itu. Saking tajamnya, solah tatapan itu memunculkan kilatan di ujung matanya. Membuat Jackson langsung menunduk patuh dan melanjutkan tugasnya.

Saat melakukan tahap pengecekan, Seokjin dan ketiga rekan lainnya yang bertugas, melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Mereka tidak banyak bicara dalam setiap melakukan pemeriksaan untuk mencari beberapa data sampel apa saja yang bisa ditemukan pada mayat tersebut. Sampai tak lama kemudian mereka selesai melakukan tugasnya.

"Segera evakuasi mayatnya!" Perintah Seokjin.

Beberapa rekannya pun memasukkan mayat tersebut ke dalam kantong berwarna orange. Dan Jackson si polisi yang dikenal anak beriman itu sedikit merasa berdosa karena sudah memandangi bahkan menyentuh jasad perempuan yang naked tersebut. Dalam hati ia hanya bisa berkata, "Ampuni aku Tuhan. Ampuni aku Tuhan. Ampuni aku Tuhan." Dan itu terus ia ucapkan seraya membantu rekan lainnya yang juga ikut memasukkan jasad tersebut ke dalam kantong jenazah. Seokjin yang memperhatikan tingkah laku temannya hanya bisa terkekeh. Anggap saja itu seperti hiburan di lubang buaya. Pikir Seokjin.

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang