Bab 14

283 21 1
                                    

Bi Imah! Sebut saja begitu. Pekerja rumah tangga yang sudah belasan tahun bekerja di kediaman keluarga Rain. Waktu Bi Imah memberitahu tentang siapa tamu yang datang, Sinb sedikit merasa terkejut, tidak menyangka saja jika manusia membahagiakan itu memijakkan kakinya di rumah ini. Apa yang dia lakukan disini? Menemuiku? Atau paling saja ingin menemui Kak Taehyung? Pikir Sinb.

Sinb menengok Ayahnya yang sedang tidur. Atau karena pesanku tadi? Ah iya, mungkin saja. Dia pasti khawatir dengan keadaan Ayah.

"Non, Sinb. Itu temennya sudah nungguin." Kata Bi Imah mengingatkan sekali lagi.
"Ah iya, Bi. Terimakasih ya."
"Terimakasih?" Heran Bi Imah.

Sinb pun turut memasang raut wajah heran, "Kenapa memang, Bi?"
"Ah tidak, Non. Bibi cuma seneng saja denger suara Non Sinb." Kata Bi Imah dan semakin membuat alis Sinb menukik heran.

"Mari ya, Non. Bibi mau lanjut masak buat makan malam nanti." Lanjut Bi Imah lalu beranjak pergi.

Sudah belasan tahun bekerja, membuat Bi Imah jadi seperti keluarga disini. Begitu pun Bi Imah yang sudah menganggap keluarga ini sebagai keluarganya sendiri. Dia hafal betul setiap karakter orang-orang di rumah ini, termasuk Sinb. Setahu Bi Imah, dibanding Taehyung yang memiliki sikap ramah, Sinb justru jauh dari kata itu. Dan ucapan "terimakasih" yang terlisankan dari bibir mungil Sinb tadi adalah serupa udara pagi di kaki pegunungan. Sejuk! Itulah yang Bi Imah rasakan saat mendengarnya.

Terpikirkah kalian oleh sesuatu, bahwa rupanya selama ini kehadiran Yerin mampu merubah Sinb menjadi manusia seutuhnya, bukan lagi gunung es ataupun siluman dinding. Sinb yang sekarang sudah bisa berinteraksi lebih baik dengan orang lain.

Sinb segera beringsut bangun dari sofa empuknya. Namun sebelum itu dia merapikan rambutnya sebentar di depan cermin lemari yang terdapat di kamar Ayahnya. Ya siapa tahu saja rambutnya berantakan. Dan setelah Sinb berada di ruang tamu. Sosok si manusia pemilik mata bulan sabit itu terlihat duduk disana sambil membawa pikirannya yang serupa benang kusut. Seperti pula nasi uduk yang campur aduk.

"Yerin," Sapa Sinb.

Yerin pun menoleh ke asal suara itu, dan sontak berdiri saat menemukan wujud teman sekamarnya tersebut.

Mereka sekarang sudah seperti bangku taman yang menunggu untuk diduduki anak-anak. Terdiam! Saling pandang untuk beberapa detik. Sampai Sinb berkata, "Kenapa kau ke-" kalimat Sinb terpotong kala Yerin memeluknya tiba-tiba. Tidak lama. Hanya dalam hitungan tujuh detik pelukan itu berubah menjadi insiden pemukulan secara bertubi-tubi yang dilakukan oleh Yerin. Lebih tepatnya menepuk.

"Yak.. yaak.. yaaak.. Kenapa kau memukulku?" Kata Sinb sambil menepis-nepis pukulan Yerin.
"Karena aku kesal,"
"Memang apa salahku?"
"Sudah membuatku khawatir,"
"Lalu apa kau pikir aku tidak lebih khawatir."

Yerin menghentikan pukulannya. Menyadari kebodohannya yang asal main memberi Sinb pelajaran. Dia menunduk dan berkata "Maaf."

Sinb membuang nafas, "Aku juga minta maaf, jika sudah mebuatmu cemas." Kata Sinb. "Dan terimakasih."
"Karena mencemaskanmu?"
"Karena sudah datang kemari,"
"Ayah kenapa?"
"Ayah?" Heran Sinb.

Tidak tahu kenapa ucapan itu terdengar something di telinga Sinb saat Yerin juga memanggilnya 'Ayah.' Dan sebenarnya Yerin sendiri pun tidak tahu kenapa tiba-tiba dia berkata seperti itu.

Sinb tersenyum, sambil menggapai tangan Yerin dia berkata, "Ikut aku!" Ajaknya bermaksud membawa Yerin menemui Ayahnya.

Sesampainya di sebuah kamar, disini Yerin sudah mendapati seseorang itu. Seseorang yang waktu itu makan dengan lahap saat menerima suapan darinya. Dan sekarang seseorang itu tengah berbaring, tertidur di tempat tidur. Sinb pun membawa Yerin mendekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet But PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang