14. Die

22 5 0
                                    

Disebuah ruangan serba putih, terbaring seorang gadis dengan perban di kepalanya. Im Jaebum, tidak pernah jauh dari sisi sang adik. Genggamannya tidak pernah lepas dari tangan seorang gadis yang terbaring lemah di hadapannya.

"Lebih baik kamu pulang, udah malem. Nggak perlu khawatir, Jian pasti baik-baik aja." ujar Jaebum pada seorang pria bermarga Tuan tersebut.

"Hm.. ya udah, aku pamit."

Jaebum mengangguk. "Ya, makasih untuk hari ini."

Mark pun membungkuk lalu perlahan pergi meninggalkan mereka berdua.

Awalnya Jaebum sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di rumahnya jika Mark tidak datang dan memberitahunya.

Saat itu Mark sedang menunggu Jian yang tidak kunjung keluar. Sampai akhirnya ia mendengar suara teriakan dan tangisan. Pria itu yakin jika suara tersebut berasal dari kamar Jian. Ia takut jika firasat buruknya akan benar-benar terjadi.

Tidak ingin hal itu terjadi, dengan sigap Mark mengetuk pintu rumah Jian dan memberitahu Jaebum jika sedang terjadi sesuatu di kamarnya, berharap jika ia bisa menghentikan ulah Jihyo. Iya Park Jihyo, Mark tahu akan hal itu. Namun terlambat, wanita itu sudah menyelesaikan misinya hari ini.

Jaebum kembali menatap wajah pucat sang adik. Kejadian hari ini sangat membuatnya frustasi. Bagaimana bisa hal ini terjadi pada adiknya dengan kondisi sedang terkapar di lantai kamarnya dengan darah yang bercucuran? Ini sungguh aneh! Dari rekaman CCTV pun tidak ditemukan seseorang yang menyelinap masuk ke rumahnya. Apa mungkin ini sebuah kecelakaan? Tapi bagaimana kronologisnya?

Ia seperti dejavu, hal seperti ini terulang lagi. Jian terbaring koma di rumah sakit akibat kecelakaan mobil satu tahun yang lalu. Sudah dua kali hal yang sama terjadi seperti ini.

"Jian, kakak tau kamu bisa denger suara kakak. Bangun, ya? Jangan menyerah! Kakak tau ini sakit, tapi kakak yakin kamu pasti bisa melewatinya. Dimana pun kamu sekarang dan apapun yang sedang kamu alami, jangan pernah ninggalin kakak." bisik Jaebum di telingan Jian.

××××××

"Bang! Jian kenapa? Kenapa nggak langsung ngabarin aku?"

"Nggak perlu teriak bisa kali! Lupa ini rumah sakit?" protes Jaebum yang sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya.

Suara Youngjae hampir membuat konsentrasinya buyar.

"Maaf, bang. Gue cuma kaget pas mama bilang kalau Jian masuk rumah sakit dan nggak sadarkan diri." Younjae berjalan mendekat ke arah Jian.

"Bang, kok bisa gini, sih?" tanya Youngjae sembari mengelus lembut pipi Jian.

"Gue nggak tahu persis kejadian yang sebenarnya. Tapi dokter bilang, Jian mengalami benturan keras di kepalanya yang buat dia jadi koma." jelas Jaebum.

"Kok bisa? Siapa pelakunya?" tanya Youngjae lagi.

Kecurigaan Youngjae dan Jaebum sama. Mereka berpikir jika ada seseorang yang telah mencelakai Jian.

"Gue nggak nemuin seorang pun saat kejadian. Gue juga udah periksa CCTV, tapi nggak nemuin pelakunya. Dan gue nggak mungkin pasang kamera di dalam kamar."

"Mungkin nggak sih kalau ini kecelakaan?" tebak Youngjae.

"Bukan, bukan. Gue yakin ada sorang yang sengaja melakukan ini." Youngjae mengerutkan keningnya karena Jaebum yang terlihat begitu yakin jika ini bukanlah sebuah kecelakaan.

"Kalau Jian tersandung, otomatis lukanya ada di bagian depan. Dan faktanya Jian mengalami benturan dibagian belakang kepalanya. Pasti ada seseorang yang udah dorong dia." jelas Jaebum.

"Tapi pelipis Jian juga luka." kata Youngjae ragu dengan penjelasan Jaebum.

"Luka itu pasti berasal dari lemparan vas bunga yang ada di atas meja rias. Gue yakin ada yang melemparnya ke arah pintu kamar supaya kena pelipis Jian. Gue nemuin pecahan vas itu di belakang pintu kamarnya. Vas bunga itu awalnya ada di atas meja rias. Kalah Jian kesandung atau apapun itu yang bisa buat dia tertabark vas bunga yang ada di atas meja, pecahan vas itu nggak akan ada di belakang pintu, bener kan?"

Youngjae mengangguk, terkaan Jaebum sangat masuk akal. Tapi jika itu memang benar, siapa orang itu? Dia pasti orang yang sangat kejam dan brutal! Jika Youngjae tahu siapa orang yang telah membuat gadis yang ia cintainya seperti ini, ia tidak akan mengampuni orang tersebut.

"Gue nggak nyangka ini akan terulang lagi." lirih Youngjae dengan mata yang berkaca-kaca.

"Lo nggak pulang dulu ke rumah? Dasar bocah! Udah makan, belum?" Jaebum baru sadar jika Youngjae masih memakai seragam sekolahnya.

"Abang mau traktir?"

××××××


Terhitung sudah tiga hari Jian koma. Belum ada tanda-tanda jika ia akan segera sadar. Sampai-sampai Jaebum harus membawa perkejaannya dan menyelesaikannya di sini. Karena ia tidak mau meninggalkan Jian sendirian. Meskipun ada dokter dan suster yang akan merawat Jian di sini, tetap saja rasa khawatir tidak pernah hilang dari Jaebum.

Nit... Nit... Nit...

Tiba-tiba terdengar suara nyaring yang menghentikan kegiatan Jaebum. Jaebum panik ketika melihat tubuh Jian yang terlonjak-lonjak ke atas. Dengan cepat Jaebum menekan tombol merah yang berada di dekatnya untuk memanggil dokter.

Seketika dokter dan beberapa perawat datang dan langsung dengan sigap menangi Jian.

"Jian, bertahanlah! Kakak mohon!" pinta Jaebum dalam hati.

NIT.....!!!!

"Maaf, pasien sudah tidak tertolong!"




To be continued....

Don't Disturb My Life, Please! [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang