12. Aren't You?

14 3 0
                                    


Jika tidak ada awal, maka tidak ada akhir. Jika aku tidak bertemu denganmu, maka aku tidak akan mencintaimu.




Di sebuah ruangan kosong tak terpakai, terdapat dua orang pria dan satu orang gadis. Terlihat raut kekhawatiran dari salah satu pria yang sedang duduk di bangku. Tidak berani menatap kedua dua orang lainnya. Ia hanya bisa menunduk, memandang lantai dengan rasa cemas.

"Lo ngapain di depan rumah gue kemarin? Nggak deh, kayaknya lo dateng setiap hari, ya kan?!" tanya gadis berambut panjang tersebut kepada seorang pria di hadapannya.

"Nggak ada." jawab pria itu singkat.

"Nggak usah takut. Cuma jawab gue dengan jujur. Gue nggak akan ngapa-ngapain lo, Mark Tuan!"

"Jawaban apa yang kalian mau?" akhirnya pria bernama Mark itu berani menatap gadis yang sedang berbicara dengannya.

BRAK!!!

Merasa geram dengan jawaban yang diberikan, satu pria yang lain menggebrak meja dengan keras. "Nggak usah polos! Tinggal jawab aja kok susah?!"

"Youngjae, nggak usah ngegas!" tergur Jian pada Youngjae. "Gue tau, setiap malem lo selalu berdiri di depan rumah gue. Pasti ada sesuatu, kan?" lanjut Jian.

"Aku nggak melakukan apapun! Lagian kenapa kalian menuduh ku seperti itu?" ucapanya bersikeras.

Jian menarik nafasnya dalam, ia menunjukkan foto Mark yang sedang berdiri di depan rumahnya yang dia ambil dari rekaman CCTV rumahnya.
"Nggak usah batu, atau gue bisa laporin lo ke polisi atas tuduhan teror dan meresahkan orang lain?"

Mark terdiam. Pria introvet ini tampak gugup menghadapi Jian. Tatapan matanya terlihat sedikit gelisah saat Jian mengancam akan melaporkannya ke polisi.

"Lo tau Park Jihyo kan? Ada hubungan apa lo sama dia? Atau jangan-jangan kalian bersekongkol untuk balas dendam?" lanjut Jian.

Mark membulatkan matanya terkejut. Apa yang dikatakan gadis ini sunggung membuatnya kesal. Bagaimana mungkin Mark mau bekerja sama dengan orang seperti Jihyo? Hm—arwah maksudnya.

Laki-laki menghela nafasnya sebelum berbicara. "Dia saudari tiri ku. Ibunya menikah dengan ayah ku beberapa tahun yang lalu. Tapi dia udah meninggal sekarang." jelas Mark pada akhirnya.

"See! Makanya lo manggil dia supaya untuk menjalankan misi balas dendam, kan?" Youngjae bersuara.

"Kalian mencurigai aku? Untuk apa aku ngelakuin itu? Sama sekali nggak menguntungkan!" tukas Mark.

Gadis bermarga Im itu menaikkan sebelah alisnya. "Ya mungkin aja lo sakit hati sama gue? Kayak yang dia bilang, kalau gue penyebab kenapa dia bisa mati. Jadi lo mau bantu dia untuk balas dendam ke gue." Jian masih terus berusaha membuat Mark mengaku jika dialah orang yang telah memanggil arwah Jihyo.

Mendengar tuduhan itu, Mark lantas tersenyum geli. "Untuk apa aku membantuin dia? Aku lebih senang kalau dia mati. Kalau emang bener kamu yang membunuh Jihyo, aku sangat berterima kasih sama kamu." Jian dibuat bingung dengan ucapan Mark.

Dasar gila! Bagaimana bisa ia membuat pengakuan seperti itu. Jika bukan Mark, siapa pelakunya?

Im Jian tidak habis pikir!

"A–apa maksud lo?"

"Sebelum kamu menuduhku, curigai dulu orang yang ada di sekitar kamu!" ujar Mark lalu pergi begitu saja.

Ketika Mark melewati deretan kelas, seorang siswa pria menghalangi jalannya lalu membawanya pergi ke suatu tempat yang sepi.

"Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanya pria itu.

Don't Disturb My Life, Please! [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang