11. Impossible

19 4 3
                                    

Jika kamu sedang berjuang, tolong pegang bahuku. Jangan melakukannya sendiri, karena tidak ada yang bisa aku lakukan selain menuntunmu.





Kini Jian sedang berbaring di atas kasurnya sambil membaca buku yang dipinjamkan Jackson. Ia berusaha mencari informasi yang bisa membantunya menghilangkan Jihyo dari kehidupan Jaebum.

Gadis itu menatap sampul buku tersebut yang bertulisakan 'The ritual incur soul' sebelum beralih ke lembar pertama.

Jiwa yang sudah meninggal bisa bangkit dan kembali ke dunia jika ada seseorang yang memanggilnya. Si pemanggil arwah biasanya selalu berada di dekat arwah yang sedang menjalankan misi balas dendam. Dan orang yang memanggil arwah tersebut pasti orang-orang terdekat arwah tersebut, seperti anggota keluarga inti atau sang kekasih.

"Orang terdekat?" Jian berpikir sejenak.

"Jihyo ngelakuin itu karena dia harus memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Jihyo punyai dua adik yang masih kecil. Orang tuanya udah pergi meninggalkan mereka bertiga. Sejak saat itu, Jihyo harus jadi tulang punggung untuk adik-adiknya." Jian pun teringat dengan ucapan Jaebum dulu.

Dua adik yang masih kecil? Apa mungkin bisa mereka melakukan ritual pemanggil arwah?

Jian menyangkal pemikran itu. Tidak mungkin seorang anak kecil bisa melakukannya? Jika bukan adik Jihyo, lalu siapa yang memanggil arwahnya? Apakah Jaebum yang melakukannya? Tidak! Dia korban di sini!

Srettt....

Srettt....

Jian yang tadinya berbaring langsung mengubah posisinya menjadi duduk ketika merasakan ada sesuatu yang aneh. Gadis itu terdiam sejenak. Selimutnya tertarik ke bawah.

Sesaat kemudian, muncul tangan yang mencengkram sprei tempat tidurnya. Jantungnya semakin berdetak cepat dan keringat pun mulai bercucuran di keningnya.

"Jihyo aku tau itu kamu. Jadi jangan menakutiku!" ujar Jian berusaha menutupi ketakutannya.

"Oh benarkah? Kayaknya kamu udah biasa dengan hal kayak gini?" Ternyata benar itu Jihyo. Ia tersenyum lalu duduk di atas ranjang Jian.

"Mau apa kamu di sini?" tanya Jian tak terima karena Jihyo yang muncul tiba-tiba dan masuk ke kamarnya.

"Sebenernya aku ke sini mau bunuh kamu. Apa kamu siap?" Jihyo membelai rambut Jian lembut. Sedangkan Jian menatap Jihyo ngeri.

Jian tersenyum sinis. "Setelah kamu bunuh aku, apa kamu akan membunuh Jaebum juga?"

"Ya iya lah. Aku akan bawa dia bersama ku."

"Dasar gila! Bisa nggak sih berhenti? Kamu itu udah mati! Mati Park Jihyo! Kakak ku udah sangat menderita karena ulah kamu, dan kamu mau bawa dia pergi sama kamu? Apa karena kamu hantu jadi nggak bisa mikir? Jangan buat hidupnya semakin kacau!" bentak Jian murka. Ia sontak berdiri mendengar Jihyo ingin membunuh Jaebum dan pergi bersamanya? Benar-banar gila!

"Aku? Kamu bilang ini semua ulahku? Aku rasa kamu punya kaca di kamar ini? Apa kamu nggak sadar semuanya berawal dari keegoisan kamu?"Jihyo tak terima jika semua ini adalah ulahnya.

"Kalau kamu nggak menghalangi hubunganku sama Jaebum dan mengedepankan keegoisanmu, mungkin sekarang aku dan Jaebum udah hidup bahagia dan ini semua nggak akan terjadi." lanjut Jihyo.

"Kamu pikir aku mau kakak ku menikah dengan wanita jalang kayak kamu?" ucap Jian sambil menunjuk Jihyo dengan telunjuknya.

"Mau aku jalang sekali pun, kamu nggak punya hak untuk mencampuri urusan kami! Yang menjalani hubungan ini adalah aku dan Jaebum. Rasa egois kamu udah buat dia menderita. Semua ini salah kamu, Im Jian!" Jihyo berbabalik menyalahkan Jian.

Don't Disturb My Life, Please! [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang