05. Problem

14 3 0
                                    

"Sohye-ssi, mianhaeyo"

Sedari tadi Jooheon-nim mengatakan hal itu. Entah apa maksudnya, tapi ia masih di pelukanku sampai sekarang. Aroma soju tercium dari tubuhnya. Pasti ia minum sangat banyak.

Kutekan kontak Kihyun dan segera meneleponnya.

Sial, dia tidak mengangkatnya.

Kulihat sekarang sudah pukul dua belas malam. Pasti namja pendek itu sudah berada di alam mimpinya. Huft.

"Jooheon-nim? Dimana rumahmu? Akan kuantar," aku berusaha membuat Jooheon-nim bisa berdiri tegak. Namun nihil, ia malah semakin erat memelukku.

"Sohye-ssi, mianhae," ia kembali mengulangi kata-kata itu.

Ugh aku tak kuat menahannya lagi. Aku segera mengumpulkan segenap kekuatanku yang tersisa saat ini dan melingkarkan tangan Jooheon-nim di belakang leherku.

Kami berjalan pelan. Kakiku sudah mulai kembali sakit. Aku harus sedikit menahannya. Tak ada pilihan lain selain membawa Jooheon-nim ke apartemenku.

Setelah kami keluar lift, aku langsung menekan password kamarku dan membuka pintu. Melepas sepatu kami dan segera merebahkan Jooheon-nim di kasurku.

Ugh pegal bukan main. Selamat tinggal kasur empuk ku malam ini.

Setelah aku mandi dan memakai piyama yang sopan, aku langsung berbaring di sofa kamarku. Memejamkan mata dan tiba-tiba saja sudah mengarungi alam mimpi.

❣️

Pukul lima pagi. Aku terbangun dan melihat Jooheon-nim masih tertidur lelap di kasurku. Aku meregangkan tubuhku dan beranjak dari sofa. Sial, kakiku semakin membiru. Mungkin hari ini aku harus meminta Kihyun menemaniku ke dokter.

Setelah mandi dan aku bingung setengah mati memikirkan pakaian apa yang harus kupakai dan segera memutuskan untuk memakai yang sedikit formal agar terlihat sopan. Kemudian aku memasak sup pereda mabuk untuk sarapan Jooheon-nim.

"Sohye-ssi?" Panggil Jooheon-nim.

"Ah! Kkamjagiya!" Aku menjatuhkan sendok sup yang masih berisikan kuah panas.

"AAAAHHH!! PANAS PANASS" kuah panasnya mengenai kakiku yang terkilir.

"SOHYE-SSI AWAS!!"

BRUKK!!

"Ouch.."

Mataku sukses membulat sempurna melihat Jooheon-nim yang sekarang terkapar mengenaskan dilantai apartemenku. Jarak wajahku dan wajahnya kurang dari sejengkal. Napasku tercekat, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Bunyi password dan pintu dibuka terdengar. Dengan berat, aku menolehkan kepalaku kearah pintu dengan posisi yang masih seperti ini, berharap bukan Kihyun yang muncul. Dan benar saja, yang baru datang adalah Kihyun. Kuharap ia tak salah paham akan situasi ambigu ini.

Kihyun menjatuhkan plastik belanja nya dan langsung berlari kearahku. Memisahkan aku dan Jooheon-nim.

"Bisa dijelaskan?" Ujar Kihyun.

"Ah kepalaku sakit," balas Jooheon-nim dan ia masuk ke kamar mandi.

Dan.... ya sekarang Kihyun sedang melemparkan tatapan 'maut'nya kepadaku dan aku hanya tersenyum miris melihat kakiku yang kebiruan sudah mulai memerah juga. Apa sebentar lagi kakiku akan jadi pelangi?

"Nanti saja ya? Tunggu sampai Jooheon-nim pulang. Bagaimana jika kita sarapan?" Ujarku kikuk.

"Gwaenchana?" Tanya Kihyun khawatir sembari melihat kearah kakiku yang sudah terlihat buruk. Bahkan sangat buruk.

RED CARPETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang