"Sedang apa kau Park Sohye?"
"Aku—"
Napasku terhenti sejenak saat Kihyun menatapku dingin sambil bersandar di dinding kamarnya. Ia menyilangkan tangan didepan dadanya dan melihatku dari bawah sampai atas.
Aku melanjutkan kalimatku yang terpotong, "Aku hanya.. hanya kau yang kupikirkan."
Kulihat Kihyun sedikit terkejut, Ia menaikan kedua alisnya dan tidak lagi bersandar di dinding kamarnya.
"Tolong jangan salah paham, maksudku tadi di kamar aku melihat kecoak dan aku panik. Lalu aku hanya berpikir untuk keluar kamar dan meminta pertolonganmu karena aku benar-benar takut untuk kembali ke kamarku," lanjutku sebelum Kihyun benar-benar mengira aku menyukainya. Dasar narsis.
"Pfftt—"
"Ya! Yoo Kihyun beraninya kau menertawaiku!" Balasku sambil memukulnya.
"Hajima Sohye-ah! Hahaha," Kihyun masih tertawa selagi menyuruhku berhenti memukulinya sebelum badannya benar-benar memar.
Akhirnya kami menghentikan tindakan konyol kami dan kami memutuskan untuk duduk. Aku menjarah kasur Kihyun, sedangkan Si pemilik kasur itu duduk di sofabed-nya.
"Hei.. Mianhae, seharian ini aku bersikap seperti anak kecil. Ada perasaan aneh saat kalian sedekat itu," Kihyun membuka percakapan tanpa basa-basi.
Aku terkejut. Awalnya aku memang berencana untuk meluruskan kesalah-pahaman kami tentang Jooheon-nim yang membuat Kihyun bersikap aneh seharian. Dan ternyata dia juga ingin melakukan hal yang sama.
"Uhm, iya. Kau memang aneh kan dari dulu hahaha. Bukan hanya dalamnya, luarnya pun masih seperti anak kecil. Dasar pendek!" Balasku dengan sedikit menjahilinya.
Kami pun tertawa. Ya memang aneh sih kalau dipikir lagi. Setiap kami bertengkar, pasti tidak lebih dari dua hari. Seperti saudara yang benar-benar tidak bisa dipisah.
Setelah pembicaraan singkat malam itu, kami memutuskan untuk tidur karena sepertinya bulan sudah lelah dengan shift malamnya. Hahaha.
❣️
KRIIINNGGG!!
Aku membuka mata. Astaga alarm anak ini bikin naik darah. Dengan sekuat tenaga mengumpulkan nyawa yang masih melayang-layang, aku duduk kemudian menyapa Kihyun yang entah sudah dari jam berapa sudah sibuk di dapurnya.
"Pagi pria kecil," ucapku sambil mengucek mata.
"Ya! Jugeullae?" Balasnya sinis.
"Aigoo Kihyun-ah, kalau aku mati, kau akan kesepian selama sisa hidupmu tau!" Lanjutku sambil berjalan ke kamar mandi. Ya aku ingin mandi. Kalau aku tidak mandi sekarang, mungkin kita akan telat.
Setelah mandi aku baru ingat kalau disini tidak ada bajuku. Aku merutuki diriku dalam hati mengingat kebodohan yang terus aku lakukan akhir-akhir ini. Lalu sekarang bagaimana? Apa aku harus menyuruh Kihyun mengambilkannya di apartemenku? Astaga Park Sohye, kau memalukan.
"Sohye-ah, kau kan belum ambil baju," ucap Kihyun dari luar seakan tau kebodohanku sampai ke akar-akarnya.
"Lalu bagaimana?" Tanyaku kikuk.
"Aku tau seluk beluk lemari-mu. Tunggu sebentar ya," balasnya seakan dia tau beberapa detik kemudian pasti aku akan meminta bantuannya. Dasar S3 ilmu dukun.
Beberapa menit kemudian, Kihyun kembali dan segera memberikan pakaianku. Kemudian Ia menata meja makan dan kami sarapan. Hari ini Ia membuat pancake manis dengan saus mapple diatasnya juga dihiasi dengan buah berry kesukaanku.
"Jal meogesseubnida!" Ucapku diikuti dengan memakan satu gigitan penuh.
"Masissneun de! Kau sangat jago masak ya, kadang aku iri hehe."
"Aigoo nanti kau harus lebih jago dariku oke?" Ucap Kihyun sambil mencubit pipi kiriku dan tersenyum manis.
Setelah kami menghabiskan pancake, kami segera berangkat ke kantor menggunakan Audi R8 putih milik Yoo Kihyun. Aku memeriksa kembali kelengkapan dokumen-dokumen furniture yang akan kami rapatkan siang nanti sampai tak sadar mobil ini sudah terparkir di parkiran kantor.
"Annyeonghaseyo," sapaku sambil membungkuk ke arah sunbae-sunbae ku yang lain. Setelah menyapa, aku segera duduk di tempat kerja ku dan langsung mengerjakan tugas-tugas ku yang terbengkalai.
Tak terasa, jarum jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Hal ini menandakan rapat akan segera dimulai. Dan benar saja, Jooheon-nim mengkoordinasikan karyawannya untuk segera membawa hasil kerja mereka ke ruang rapat.
Di ruang rapat, kulihat sebagian besar karyawan terlihat gugup. Termasuk Kihyun dan Sujin yang biasanya tampak tenang. Di ruangan ini sudah sangat hening. Sambil menghafal, kurasakan tanganku sudah menjadi sedingin es.
❣️
Setelah satu setengah jam, rapat selesai dengan keputusan akhir untuk memilih design Yura-ssi. Selamat tinggal upah tambahan.
"Sohye, mau pulang?" Tanya Kihyun dengan tatapan miris melihatku lesu karena gagal mendapat upah tambahan.
"Eung.. masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Kau pulang saja duluan," balasku.
"Eoh geurae. Kalau ada apa apa, chat saja. Telepon juga boleh."
Dan aku hanya membalasnya dengan anggukan singkat.
Jarum jam menunjuk ke angka sembilan. Astaga ini sudah malam sekali. Terlalu fokus mengerjakan hal-hal ini, sampai aku tak sadar kalau kantor memang sudah sepi. Dengan cepat aku menyimpan file di flashdisk dan membereskan barang-barangku yang tercecer. Setelah itu aku bersiap untuk turun.
Eh? Suara apa itu..
"......"
"Tak bisakah kau berhenti mengungkit masalah itu? Aku lelah hyung," ucap seorang pria di dalam ruangan Jooheon-nim.
"Mwo? Hyung? Sedekat itukah kita? Jangan harap," suara pria lain membalasnya.
Rasa penasaran ini menggerogoti diriku. Bagaimana ini? Apa aku pergi saja? Tapi aku... penasaran. Bagaimana jika aku intip sedikit?
MWO?
ITU HOSEOK DAEPYO-NIM DAN JOOHEON-NIM.
Mereka kelihatan sedang bertengkar. Sepertinya aku benar-benar harus pergi.
"Sohye-ssi?"
Baru saja aku ingin melangkahkan kakiku, dan sepertinya aku ketahuan.
❣️
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
RED CARPET
Hayran Kurgu"Terima kasih Park Sohye, kau telah hadir dalam hidupku dan menjadi bagian terakhir yang selama ini belum kutemukan" -Lee Jooheon