Bukan Begitu

6.2K 938 52
                                    

Faris meletakkan secangkir kopi yang ia bawa tadi ke meja kosong di sebelahnya. Kemudian, ia ambil beberapa tisu untuk mengelap noda kopi yang mengenai kemejanya.

"Ayo, pulang," ujar Elina yang sudah berdiri kembali di hadapan Faris.

"Siap. Eh ... nanti aku numpang mandi ya di rumah kamu."

"Boleh, tapi bayar."

***

Elina langsung menghempaskan tubuhnya di sofa seraya menyalakan televisi. Namun, tak ia tonton sama sekali karena dirinya kembali terfokus pada novel yang harus dikoreksinya kembali. Jadi, suara televisi hanya untuk menemaninya saja.

Dibacanya dengan saksama novel dewasa yang sempat membuatnya tercengang dan terkesima pada saat pertama kali perempuan ini membacanya. Bagaimana tidak? Diksi yang dibuat sang penulis begitu apik, narasinya mengalir, meskipun menggunakan sudut pandang orang pertama--di mana sang tokoh seorang pria. Poin itu yang membuat Elina terkesima, tetapi ia juga tercengang begitu mendalami isi cerita yang penuh adegan dewasa di tiap babnya yang dijabarkan secara eksplisit.

Tangan Elina tergerak untuk mencoret-coret beberapa kesalahan preposisi. Padahal, ia kemarin sudah banyak mengganti tulisan yang preposisinya disambung menjadi dipisah. Namun, tetap saja masih ada yang terlewat.

"Kamu baca apa kok serius?" tanya Faris seraya membaca tulisan yang tertera di kover.

"Jelas kan kalau ini novel."

"Kamu suka baca novel dewasa gitu, ya?" celetuk Faris yang melihat label dewasa di dekat ISBN.

"Ini kan lagi kerja."

"Ohh ... terus kamu suka baca cerita apa?"

"Thriller gore."

Faris hanya mengangguk seraya mengintip apa isi buku yang dibaca Elina. Dapat ia baca dengan jelas adegan panas dalam cerita. Sontak ia mengalihkan pandangannya ke arah wajah Elina yang tampak datar, tak berekspresi. Dirinya mengerutkan dahi karena saking herannya kenapa temannya itu bisa setenang dan seserius itu membaca isi buku yang tiap adegannya dijabarkan dengan jelas.

"Ngapain lihatinnya kayak gitu?"

"Enggak pa-pa, cuma penasaran aja sama penulis bukunya."

"Yang nulis cowok. Emang kenapa?"

"Imajinasinya liar banget. Gila, haha ..."

"Btw, cerita ini pengalaman pribadi penulisnya lho."

Faris memelototkan matanya, cukup kaget. Pasalnya yang sempat terbaca olehnya adalah adegan perselingkuhan antara suami si tokoh utama dengan saudari kembarnya yang memiliki wajah tak identik. Digambarkan kalau saudari kembar si tokoh utama sangat cantik dan seksi sehingga membuat sang pria berpaling dari istrinya karena keindahan fisik saudari iparnya.

"Gila, selingkuh sama saudari ipar sampai berhubungan di sembarang tempat, malah dibikin novel. Kok ada laki model gitu."

"Slow, Mas. Saya cuma bercanda."

"Ohh ... kirain. Tapi tetep aja ceritanya kok gitu amat."

Elina hanya tersenyum. Ia sudah biasa mendengar perkataan yang sering diucapkan Faris saat ada seorang teman meminjam novel yang ia miliki. Yang beberapa ada adegan dewasa yang tak lazim. Mungkin untuk pembaca cerita di platform online hal seperti sudah biasa ditemui, bagi mereka yang tidak, apalagi tak suka membaca pasti hal semacam itu cukup tabu.

"Ini masih mending. Temenku pernah nangani yang cerita yang adegannya kasar malahan."

"Jangan-jangan cerita kamu isinya kayak gitu, ya? Makanya santai banget bacanya."

He Called Me, "Buluk"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang