-08-

1.7K 240 10
                                    

"Rosé, tolong nanti kau serahkan dokumen perusahaan pada saya ya. Aku mau periksa." Perintah Jennie begitu ia dan Rosé sampai di kantor.

"Baik, Bu. Akan saya serahkan nanti." Balas Rosé seraya mengangguk.

Jennie tersenyum, kemudian melanjutkan langkah ke dalam ruangannya. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi kebesaran direktur miliknya. Mumet, itu yang dirasakannya sekarang. Masalah internal keluarganya membuat tubuhnya menjadi cepat lelah. Helaan nafas lelah lolos begitu saja dari mulutnya.

"Bagaimana caranya meyakinkan Appa kalau aku dan Jisoo itu serius?" Batinnya.

Sebenarnya sang ibu telah menyerahkan keputusan masa depannya pada Jennie sendiri asalkan Jennie bahagia. Hanya sang ayah yang menentang keras hubungan Jennie dan Jisoo. Jisoo juga sudah berjuang keras untuk mendapatkan restu dari ayah Jennie. Tapi, ayah Jennie sangat keras dan mengusir Jisoo berkali-kali.

Ingatan Jennie kembali berputar pada kejadian dua bulan yang lalu saat Jennie memperkenalkan Jisoo sebagai kekasihnya. Masih teringat jelas bagaimana kemarahan sang ayah pada saat itu.

***

Flashback On

"Appa dengar kamu membatalkan pernikahanmu dengan Kai, apakah itu benar?" Jennie mengangguk mantap mejawab pertanyaan sang ayah.

Di sampingnya, Jisoo hanya mampu menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah ayah Jennie. Ayah Jennie mengalihkan pandangannya pada Jisoo. Sang ayah menghela nafasnya, kemudian bertanya, "Kau temannya Jennie?"

Jisoo memberanikan diri menatap ayah Jennie. Baru saja dia hendak membuka mulutnya, Jennie dengan cepat menyela, "Dia kekasihku Appa."

Sang ayah kontan terkejut. Begitu juga dengan sang ibu yang ada di sampingnya. Mereka tidak percaya dengan kalimat yang keluar dari mulut Jennie. Emosi ayah Jennie langsung memuncak. Dia berdiri, kemudian menghampiri Jennie dan mendaratkan tamparan keras pada pipi anak perempuannya itu.

Jennie mengusap pipinya yang baru saja ditampar keras oleh sang ayah. Dia menunjukkan senyum miringnya dan menatap sang ayah, "Aku berhak menentukan kebahagiaanku, Appa."

"Tidak dengan sesama jenismu, Jennie!" Balas sang ayah dengan nada tinggi.

"Lantas kenapa?" Jennie berdiri berhadapan dengan ayahnya, "Tidak ada yang salah dengan itu kan?"

"Lancang kamu?!" Ayah Jennie kembali mengangkat tangannya hendak menampar, tapi dihentikan.

"Aku mencintai Jisoo, dan itu faktanya." Ucap Jennie kemudian.

Sang ibu berdiri, menatap Jennie dengan matanya yang telah berkaca-kaca. Lalu, dia pun membuka langkahnya meninggalkan Jennie, Jisoo dan sang suami.

"Kau membuat malu nama besar keluarga Kim!" Bentak sang ayah, kini lebih keras.

"Kalau begitu, aku akan keluar dari rumah ini. Biar Appa tidak menganggap aku membuat malu nama keluarga Kim." Balas Jennie santai.

Sang ayah terdiam berusaha meredam emosinya. Tapi tidak bisa, makin diredam, emosi tersebut semakin besar. Membuat ayah Jennie kembali mendaratkan tamparan kerasnya ke pipi Jennie. Jennie kembali tersenyum miring dan menatap tajam ke arah ayahnya.

"Ok! Keputusan aku sudah bulat, Appa. Aku akan keluar dari rumah ini dan membeli apartemenku sendiri dan tinggal bersama dia." Ucap Jennie seraya menatap Jisoo.

Unwritten Feelings(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang