Dua

59 16 2
                                    

"Heh Vi tahu ngak didepan gerbang tadi ada kakel ganteng parah nyariin lo," kata Feby dengan mulut yang masih penuh dengan buah.

Sebenarnya tadi Feby pulang sekolah dijemput sopirnya tapi, bukan langsung meminta diantar pulang kerumah Feby malah meminta agar sopirnya mengantarnya ke rumah Viona.

Karena Feby yang sangat heboh dengan kakak kelas yang menghampiri dirinya dan menanyakan keberadaan Viona.

"Hm, siapa?" ujar Viona sibuk memainkan game online di handphonenya.

"Namanya kalau ngak salah tuh.. em Athalla?" Viona yang tadi sibuk dengan game onlinenya diam sejenak.

"Lo kenal Vi?" tanya Feby.

"Tadi waktu gua lagi duduk di bawah pohon tiba-tiba tuh orang loncat dari atas pohon, aneh." ucap Viona melanjutkan lagi gamenya.

"Heh lu tahu ngak Vi gua tadi selintas mikir kalau tuh cowok salah satu pemain dari Truth Or Dare," kata Feby dengan muka seriuanya.

Viona tidak langsung merespon melainkan dia menyaring dulu apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini cukup masuk akal karena tidak ada cowok yang berani mendekati dirinya.

"Vi, lu kenapa?" tanya Feby.

"Ah, ngak bentar gua mau mandi." ujar Viona.

Feby hanya mengangguk paham melanjutkan memakan buah sambil bermain handphone.

Tak lama Feby merasa suara pintu rumah terbuka.

"Viona abang Devano tertampan pulang,"

Dan pintu kamarpun terbuka lebar menampilkan seorang laki-laki memakai kemeja putih dengan jas yang diletakkannya di lengan.

"Eh bang Dev, Feby kangen bang," Feby berjalan mendekati Devano dan memeluknya erat tubuh tinggi Devano.

"Kamu apa kabar, hm?" kata Devano mengelus lembut rambut Feby.

"Baik bang, abang gimana?" Feby melepaskan pelukannya.

"Abang mah ngak usah ditanyain sudah pasti sehat dong," ujar Devano. Feby terkekeh melihat tingkah laki-laki didepannya.

"Vionanya ma-," belum sempat Devano meneruskan ucapannya Viona keluar dari kamar mandi dengan tangan yang masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Loh abang udah pulang?" ujar Viona meraih pundak Devano lalu menciumnya.
"Kenapa ngak ngabarin Vi dulu?"

"Kalo abang ngabarin bukan  surprise namanya?" Devano memeluk tubuh adik kesayngannya itu.

"Kalian mau kemana?" tanya Devano.

"Vi mau muterin jakarta sama Feby, abang istirahat aja pasti capek." ujar Viona memerkahkan senyumannya.

Tidak bisa dibayangkan betapa bahagiannya Devano melihat senyuman indah adik tersayangnya itu walau dia hanya pergi beberapa
bulan dari rumah.

Jika sudah sama Devano Viona berubah menjadi anak yang lebih banyak tersenyum, sedikit ceria, dan juga sedikit manja.

Karena hanya Devano lah yang Viona punya.

"Hm, yasudah hati-hati dijalan. jangan ngebut ngebut Vi!" tegas Devano.

"Feb kalau dia ngebut kasih tahu abang, oke?" lanjutnya.

"Siap Laksanakan." ujar Feby berdiri tegap dengan tangan hormat.

Seketika ruangan kamar dinding yang berlapis warna cokelat dan penuh dengan buku-buku itu menjadi penuh dengan tawa.

*****

TRUTH OR DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang