Enam

25 4 0
                                    

Viona membantu Athalla berjalan menyisiri koridor rumah sakit, keduanya hening hanya terdengar suara orang-orang yang berada di setiap koridor.

Sesampainya didepan ruangan yang mereka tuju langkah Athalla terhenti.

"Ini kondisi nyokap gue, sudah dua tahun terakhir ini nyokap menghidap penyakit kanker otak, dokter bilang sudah menginjak stadium akhir," Athalla menjeda ucapannya.

"Bokap gue ngak bisa apa-apa, perusahaannya lagi sangat kritis. Waktu gue denger tentang Truth or Dare gue mikir itu permainan konyol tapi saat gue denger kalau berhasil menyelesaikan ketiga tantangan, apapun permintaannya yang sudah disepakati sejak awal akan dikabulkan." ujar Athalla.

"Tiga?" tanya Viona bingung.

"Iya, sebenarnya tantangan setiap pemain itu tidak semuanya menyangkut cewek, tapi player SPTR1 ngasih gue tantangan ini, dan ada tiga tahap, pertama gue harus mendapatkan hati si target, yang kedua gua harus meninggalkan target, dan yang ketiga-," Athalla tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya.

"Yang ketiga apa?" tanya Viona penasaran.

"Gue harus nyerahin si target ke si penyuruh." ujar Athalla, Viona hanya diam menatap pandangan lurus.

"Gue minta lo bantu jadi pacar pura-pura gue." ujarAthalla melirik kearah Viona, pandangan keduanya bertemu.

"Permisi, dengan mas Athalla administrasinya tolong cepat diurus agar pasien dapat segera dioperasi." ucapan suster itu berhasil memecahkan lamunan Athalla dan Viona.

"Iya, baik sus." ujar Athalla.

"Apa artinya dalam tiga tahap itu harus ada pengorbanan dan imbalannya?" tanya Viona.

Athalla mengangguk pelan, "Iya, gue berharap lo bersedia."

"Dan lo ngak usah khawatir tentang tahap ketiganya gue udah punya rencana untuk mem
usnahkan perminan konyol ini," jelas Athalla kembali menunjukkan raut muka yang aneh.

"Dan gue mungkin bakal minta bantuan lo."

Viona hanya terdiam masih mencerna dengan baik perkataan yang Athalla ucapkam tadi, dia tidak mau ikut campur dengan semua ini tapi tidak tahu mengapa hatinya mengatakan sebaliknya.

*****

"Vi, kamu dari mana?"

Viona yang sedang berjalan diam-diam seperti maling menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

"Eh abang hehe," Viona berjalan mendekati Devano yang sedang berdiri menyender ditangga.

"Abang berkali-kalk nelepon kenapa ngak diangkat?" tanya Devano menginterogasi.

"Hp Vi kan ngak aktif," jawab Viona menundukan kepalanya.

"Kamu dari mana? kata Feby tadi kamu tiba-tiba lari dari kelas,"

"Bang, tadi Vi cuman kebelet ketoilet." bohong Viona.

"Mulai besok abang yang akan mengantar dan menjemput kamu sekolah." paksa Devano. Viona sudah capek dengan semua ini perhatian yang terlalu berlebihan membuatnya seperti anak tk yang harus diawasi gerak-geriknya dimanapun.

"Cukup bang! Vi capek, Vi udah gede bang Vi bisa bedain mana yang baik dan mana yang buruk Vi bukan anak tk lagi yang ngak bisa apa apa!" Viona berlari meninggalkan Devano yang masih terdiam, baru kali ini dia melihat Viona semarah ini kepada dirinya apa mungkin dia terlalu berlebihaan? ini semua dia lakukan demi kebaikan Viona, dia tidak mau kehilangan Viona.

Viona menghempas dengan kuat pintu kamarnya menghasilkan suara gebrakan yang keras, dibantingnya tasnya kesembarang arah, Viona tak kuasa menahan dirinya sehingga dia menumpahkan tangisnya disudut ruangan kamarnya dengan kaki terlengkup.

TRUTH OR DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang