"02"

66 10 3
                                    

"Huh.. tadi itu maksudnya apa ya? Itu cuman bercanda kan? .... Iya lah, kita kan cuman teman..." ujar Rose sambil membaringkan tubuh di kasurnya dan menghadap ke langit-langit kamarnya. "Tapi.. kenapa rasanya..aku kecewa?"lanjutnya dalam batinnya. Ia pun tertidur.

"Huh.. jam berapa ini?" tanya Ryan pada dirinya sendiri dan melihat ke arah jam dinding. '23.00' . Melihat jarum pendek yang berhenti di angka sebelas, dirinya terlihat stress karena tak tahu mau melakukan apa, karena ia tak kunjung tidur. Ia mencoba memijat dahinya berulang kali, memainkan lagu "lullaby" berkali-kali, tapi dirinya tak kunjung tidur.

Akhirnya matanya berhenti dan tertuju ke arah gitar miliknya. Ia pun berjalan ke arah gitar itu, "Hmph" senyum pun menghiasi mukanya. Ia pun mengambil gitar itu dan mulai memainkannya. Ia hanya dapat memainkan satu lagu. Ia pun mulai memetik dawai-dawai gitar miliknya dan langsung tertidur selesai memainkannya. Sambil mengi-go, di mukanya terpancar senyum yang lebar sambil ia tertidur memeluk gitar miliknya.

                                          ***
"Rose!" panggil Miya dari gerbang sekolah. Rose membalasnya dengan senyum dan segera berlari menghampirinya. "Eh, lu udah denger kan, katanya Max bakal balik hari ini?" tanya Miya. "Hah! Belum tuh. Tapi.. Max itu siapa? Gua ga pernah denger.." balas Rose "Masa lu ga pernah denger cerita tentang dia dari Ryan?" lanjut Miya kebingungan. "Ryan? Apa hubungannya dia sama Ryan?" tanya Rose lagi. "Menurut gosip yang beredar 2 hari yang lalu.. sebelum kita masuk SMP, tepatnya pas Ryan kelas 8, Aiden pernah negur si Max karena dia ga pernah datang remedial, ga pernah dengerin guru, terus sering banget bolos pelajaran. Ya.. tapi namanya Max dia ga peduli tuh, sama omongan si Aiden. Sampe Ryan turun tangan.. Ryan sampe bilang, "Woi! Lu mau sekolah apa ga sih? Kalo lu mau, sekolah tuh yang bener! Apa jangan-jangan.. lu mau berakhir kayak BAPAK lu! Yang sekarang di penjara! HAH?".

Rose yang mendengar kalimat itu sedikit terkejut. Miya pun melanjutkan ceritanya.. Akibat dari perkataan Ryan, Max langsung berbalik dan non.. jok Ryan. Mereka berdua berantem habis-habisan. Sampe mereka dihentikan Pak Joko. Kepala Sekolah milih Ryan untuk tidak di-skors. Si Max ga terima dia lebih milih pergi dari sekolah ini. Oh iya, gua ga tahu lu.. tahu ini atau nggak.." "Iya?" balas Rose penasaran melihat muka Miya yang sedikit khawatir. "Tapi lu tahu ga kalo.. akibat dari perkelahian itu sendi bahu kanannya ter.. geser.." lanjut Miya. Mendengar kalimat yang Miya ucapkan. Rose tersentak ke belakang. " Tapi dia udah sembuh kok, dia langsung dilarikan ke rumah sakit! Jadi tenang aja." lanjut Miya menenangkan Rose.

Rose yang mendengar hal itu sedikit lega. Tapi ia kembali cemas. Yang ia cemaskan bukan hubungan Ryan dengan Max, melainkan apa yang terjadi jika ia bertemu dengan sosok Max dan membuatnya marah. Ia tidak ingin dirinya berakhir di Rumah Sakit.

Tiba-tiba terlihat kerumunan di tengah-tengah lapangan sekolah. Karena penasaran Rose dan Miya berlari ke sana. "Dia.. udah datang?!" tanya satu murid kelas XI yang berlari ke arah kerumunan itu. Miya menyerobot anak-anak yang ada di dalam kerumunan itu sambil menarik Rose. Ketika sampai ke paling depan, Rose melihat sosok Max yang berdiri tepat di depannya. Ia ternyata tampan dan tinggi, ketika Rose melihat matanya terlihat sosok seseorang yang kesepian. Ketika tatapannya dibalas oleh Max ia tersentak dan memutuskan pandangannya.

Tiba-tiba Max tersenyum dan berkata, "Sudah lama ya!" kerumunan itu berbalik dan mengikuti arah mata Max dilihatnya Ryan sedang berdiri bersama dengan April yang baru saja sampai. Ryan membalas senyum Max dengan muka tidak peduli dan berjalan pergi. Murid-murid yang melihat kejadian itu banyak yang berbisik, "Gosipnya beneran?"

Rose yang ketakutan berada di sebelah Max memilih untuk keluar dari kerumunan, tapi ia terdorong dan jatuh ke tanah, kakinya tergores kerikil. Walau luka, yang ia rasakan hanyalah malu dan takut, ia pun menutup mukanya.

Tiba-tiba ia merasakan ada seseorang yang mendekatinya, ketika ia membuka matanya dilihatnya Max yang sedang menatapnya sambil tersenyum geli. " Lu bodoh ya? Jalan aja jatoh, gimana lari?" ujarnya sambil melihat gadis itu dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Rose tidak tahu harus membalas apa. Tiba-tiba Max langsung mengangkatnya dan berjalan menuju UKS. Murid-murid di sana banyak yang terlihat iri dan banyak yang berbisik-bisik. Banyak juga yang terkejut, karena mereka kira Max bukanlah orang baik.

Sampai di UKS, Max menurunkan Rose di salah satu tempat tidur, tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia beranjak pergi. Sebelum ia pergi Rose langsung berteriak, " MA- KA- SIH -KAK!" sambil terbatah-batah. Max yang mendengar ucapan Rose tersenyum dan langsung pergi.

"Rose!" teriak ketiga temannya memasuki ruang UKS. "Wah, hebat sih! Gua kira Max tuh anaknya ngga peduli orang lain, tapi lu bisa ya.. dia gotong sampe sini...!" kata Annie dengan muka terkejut. "Kalo diliat-liat dia ganteng juga ya!" ujar Miya sambil tersenyum. "Iya.. tinggi lagi! Oh-Oh gua denger dia juga jago basket!" tambah Annie. "HAH IYA?!" tanya Miya sangat penasaran. "Apalagi dia badboy.. pasti banyak yang suka!" tambah Lisa.
"Iya lah!" jawab Annie membenarkan. Ketiga teman Rose melompat-lompat kegirangan membicarakan kakak kelas baru mereka.
"Rose gimana rasanya digendong cogan? Hangat ga?" tanya Miya sambil menaik-turunkan alisnya. "Apa sih? Kalo lu mau tahu sana lari ke depan dia terus pura-pura jatoh! Siapa tahu lu digendong kayak gua!" balas Rose. Mereka pun tertawa. "Eh ayo! Kelas udah mau mulai!" ujar Lisa yang melihat ke arah jam dinding.

Ketika mereka tiba di kelas, bel berbunyi dan kelas pun dimulai. Rose yang duduk di dekat jendela, melihat keluar. Dilihatnya langit biru di pagi hari dan pepohonan dekat parkiran. Dirinya jadi teringat kejadian yang ia alami tadi pagi. Ketika ia berada di samping Max dan ketika ia melihat April yang berdiri di sebelah Ryan, sambil merangkul tangannya. "Aku berpikir apa sih?" ujar batinnya. Ia pun memilih untuk kembali mendengarkan ceramahan Bu Darta tentang "Kedatangan Jepang Di Indonesia"

***
Bel pulang sekolah berbunyi. Ketika Rose dan teman-temannya hendak menuruni anak tangga, dilihatnya Max yang sedang berada di anak tangga paling bawah. Rose takut dan salah tingkah. Melihat tingkah Rose, teman-temannya justru mendorongnya ke arah Max. Membuatnya terjatuh tepat di genggaman tangan Max. Melihat hal itu teman-temannya tertawa dan bangga akan perbuatan mereka,
"Kita pergi dulu ya!" sahut teman-temannya dan pergi meninggalkan Rose berdua dengan Max dengan kegirangan.

Rose pun menjauhkan tubuhnya dari Max. Melihat tingkah adik kelasnya itu Max tertawa. "Lu lucu juga ya..." ujar Max sambil menatap Rose. "Lucu apanya?" tanya Rose "Lucu buat diketawain!" jawab Max dengan tertawa.
Tidak senang dengan dengan jawaban Max, Rose memilih untuk berjalan menjauh. Melihat Rose yang beranjak pergi, Max langsung menarik lengannya, "Eh! gua ngga bermaksud bikin lu marah kok.. gua cuman bercanda.. jangan sensian..!" ujarnya menghentikan Rose. "E-eh gua.. ga marah.." ujarnya sambil melepaskan tangan Max.

Ia melihat ke sekeliling terlihat sedikit gugup, ia pun kembali membuka mulutnya, "Sebenernya.. gua rada.. ta-kut sama lu" katanya sambil menundukkan kepala. Mendengar kata-katanya Max tertawa cekikikan, "Takut? Ngapain? ..Ohh.. lu pasti udah denger cerita tentang gua ya? Lu juga berpikir kayak mereka? Kalo gua nih.. jahat? Kalo gua kayak bokap gua?" tanya Max sambil tersenyum. Mendengar kata-kata itu Rose teringat cerita Miya tentang Ryan yang mengatai ayah Max yang masuk penjara.

Melihat raut muka Max yang berubah tidak terlalu senang dan beranjak pergi, Rose membalasnya, "Ngga kok! Menurut gua lu ada baiknya!" Mendengar itu Max berbalik dan tersenyum. "Apalagi lu tadi udah gendong gua sampe UKS, gua.. berhutang sama lu.. makasih ya.." lanjut Rose gugup. Mendengar lanjutan dari kalimat gadis itu, senyumnya bertambah lebar.

Ia pun berjalan ke arah Rose. Dirinya mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Rose, "Lucu" gumamnya sambil tersenyum. Rose yang takut hanya berdiri di sana seperti patung.

Ryan yang sedang mencari Rose melihat Max bersamanya dari kejauhan. Tapi melihat Max bersamanya sambil tersenyum menghentikan niatnya, ia pun hanya berhenti di tempat dan hanya memperhatikan mereka dari jauh.

                            ***      
                                      
~Sebenarnya... apa yang sedang terjadi?~

***                                     

Thank you for reading~
Vote & Comment too~
-geboii

Silly But Pretty (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang